[CENTRAL] Cookies, Cookies

Timeline : 2 hari setelah Mad Tea Party, pukul 15.00 waktu setempat
Keterangan : Kursus membuat kue dengan section leader Ingressa Michelli, bagi yang tertarik jangan ragu xD

---

Sore hari ini tampak cukup tenang di markas Black Order pusat. Cuaca masih agak dingin tentu, musim dingin belum berakhir. Sementara itu, Gabrielle van Rijn hanya menunggu di infirmari tempatnya bekerja sambil merajut sebuah syal berwarna marun. Untuk siapa? Entahlah, gadis Belanda ini hanya membuatnya karena tak ada kerjaan. Hasilnya bagus walaupun begitu, untuk ukuran 'tak ada kerjaan' tadi.

Infirmari begitu sepi. Hampir tak ada orang yang masuk selain seorang Finder yang mengalami diare dan staf diplomatik yang terkena flu. Huft, Gaby mendesah panjang karena kebosanan.

"Ah, aku ingat Nona Michelli berjanji mengajariku membuat kue kering!" ucapnya tegas, membuat rekan di infirmarinya terkejut.

"Ma, maaf. Aku izin pergi sebentar," ucap gadis itu sebelum berangkat menuju kamar section leader itu. Rekannya tidak melarangnya, beberapa hari ini Gaby lembur untuk mengecek data kesehatan para General. Tanpa keraguan, Gaby segera melangkahkan kakinya keluar infirmari dengan semangat.

---

Gabrielle van Rijn sudah sampai di depan kamar Ingressa Michelli. Ia jadi agak grogi, belum pernah gadis itu mengunjungi kamar section leader kecuali untuk urusan pekerjaan.

Tok. Tok. Gaby mengetuk pintu kamar itu perlahan.

"Pe..permisi. Apa Nona Michelli ada?" tanyanya perlahan, mengharap jawaban sang section leader.

Ikutaan~

---

"Ah, aku ingat Nona Michelli berjanji mengajariku membuat kue kering!"

Perkataan itu membuat telinga Alexa terangkat. Penasaran, eh masa sih? Diam-diam akhirnya wanita beranak satu ini mendengarkan apa yang rekannya katakna di infirmary. Sepertinya menarik juga, sudah lama ia ingin membuat sesuatu... misalnya untuk putrinya nanti kalau mereka bertemu. Sebagai seorang ibu entah mengapa ia malah tidak pandai membuat kue-kue ringan kesukaan anak-anak.

"Huh?"

Semakin penasaran akhirnya berinisiatif untuk mengikuti rekan pemalunya itu menuju ruang kerja Section Leader yang dimaksud. Dan menemukan benar, Gaby sedang malu-malu mengetuk pintu di sana.

"Nona Gabrielle," menepuk pundaknya pelan. Oh, kali ini ia tidak akan pingsan kan? Setidaknya Alexa tidak mengagetkannya dan terlebih penting ia bukan lelaki seperti apa yang ditakuti gadis itu. "Tadi kau bilang mau membuat kue dengan Nona Michelli, boleh aku ikut?" langsung saja pada tujuannya. Yah, seperti Alexa pada biasanya, selalu langsung pada tujuannya.

Sore hari yang tenang. Seorang Section Leader dengan dressing gowntengah menikmati waktu senggangnya. Ressa tidak seperti biasanya berada di dalam kamarnya yang menentramkan hati. Biasanya pada jam seperti ini dia sedang berada di laboratoriumnya, melakukan beberapa percobaan 'awet-muda'-nya dan berusaha tetap sibuk disana sambil mencatat kemajuan tidak berarti yang terjadi, Kdang pula ia menemukan dirinya di antara tumpukan berkas yang bagai berteriak minta diperiksa. Yah, biasa, limpahan dari bagian Diplomatik dan Komunikasi, atau dari bagian Medis. Namun sore ini dia sedang tidak mood melihat tabung-tabung reaksi dan tidak sedang dikejar berbagai laporan. Yah, bahagialah ia kini di kamarnya menatap cermin sambil menyeruputt secangkir kopi kental khas Italia.

Ressa sebenarnya sedang setengah melamun sambil membayangkan akan menelepon Shrei untuk 'urusan pribadi'seperti biasa. Mumpung dia ada di markas, bukankah bagus meminta bantuannya. Siapa tahu besok ia akan kembali menghilang entah ke mana. Ressa baru saja hendak menghubungi Shrei via Timcanpinya ketika..

Tok, tok.

Suara ketukan di pintu membuyarkan semua pemikiran Ressa. Ah, Mungkin Shrei, pikir Ressa. Ya, siapa tahu Shrei punya niat baik hari ini dibalik wajah tanpa-ekspresi-nya itu. Tapi tidak ada salahnya memastikan.

"Siapa?" tanyanya pada siapapun dia yang ada di balik pintu kamarnya.

"Pe..permisi. Apa Nona Michelli ada?"

"Gaby?" tanya Ressa sambil membuka pintu. "Ada perlu apa kau denganku gadis kecil?"

Namun ternyata Gaby tidak sendirian. Mata Ressa menangkap sesosok tubuh di sebelah Gaby. Alexa?

"Ah, Alexa, kau ke sini juga?" sapa Ressa pada wanita Rusia itu. "Ayo masuk. Apa kalian mau minum apa? Vodka? -- terutama kau, Alexa. Mau vodka?"

Sesaat sambil menunggu sang section staff membukakan pintu, ternyata rekannya dari infirmari, nona Alexa ternyata menghampirinya, yang tanpa diduga ingin membuat kue bersama Gaby dan nona Michelli juga.

"Te..tentu saja, nona Alexa," ucapnya lembut sambil tersenyum.

Ah, rupanya nona Michelli sudah membuka pintunya, menyuruhnya masuk, dan menawari Gaby dan Alexa vodka. Bukannya tidak sopan atau apa, tapi ia tidak minum minuman keras apapun. Entahlah kalau Alexa.

"Ma..maaf, tapi saya tidak minum nona," balas Gaby sopan. "Saya..hanya ingin diajari membuat kue kering dari ahlinya," ucapnya sambil tersenyum pada leader bagian riset itu.

wah Alexa dipanggil nona *disambit*

---

Gadis ini menanggapinya sesaat sebelum pintu dibuka, Alexa hanya ikut tersenyum menanggapinya... wah bukannya ini bisa jadi acara semacam arisan ibu-ibu (walau sepertinya trend seperti itu tidak ada di zaman ini). "Terima kasih," ucapnya sebelum akhirnya pintu itu terbuka.

Sang Section Leader membuka pintunya, menatap kedua penjaga infirmari ini dengan wajah bingung. Ia mungkin melihat gadis kecil yang berupa pemalu di depan pintu itu sebelum akhirnya menyadari ada Alexa di sana. Ressa langsung saja menawarinya vodka begitu melihat tampang Rusianya. Memangnya selalu harus vodka?

Alexa tersenyum miris, mengetahui dirinya ditawari oleh minuman kesukaan si kelinci itu. Ia lalu menggeleng mengikuti Gaby di sana, "Ah, tidak usah... nanti saja. Lagipula kami ke sini memang berniat untuk belajar membuat kue kering," melanjutkan niatnya. "Boleh kan?" tersenyum dengan cengiran.

Setidaknya pikirkan nasib anakmu sebelum pria menyebalkan itu dulu.

"Ma..maaf, tapi saya tidak minum nona. Saya..hanya ingin diajari membuat kue kering dari ahlinya,"

Ah, itu rupanya alasan sang gadis manis ini menemuinya. Kue. Ya, Ressa ingat sekarang, ia memang sempat menjanjikan pelajaran memasak untuk Gaby. Tapi, kenapa wanita Rusia ini ada di sampingnya? Yah, pertanyaan bodoh. Tentu saja, mereka kan satu Section.

"Ah, tidak usah... nanti saja. Lagipula kami ke sini memang berniat untuk belajar membuat kue kering,"

Hmm.. Yang ini baru agak mengejutkan. Bukannya orang Rusia suka Vodka? Tapi mungkin mereka benar-benar ingin membuat kue kering. Boleh juga sih. Apalagi Ressa sudah berjanji. Tidak mungkin ia mengkhianati si imut Gaby.

"Baiklah," kata Ressa. "Ayo masuk. Kita masak di dalam saja." Ressa rasanya masih punya beberapa bahan kue di dalam lemari bahan makanannya, walau jujur saja, kalau kuenya sendiri telah ia bagikan pada Giraile dan Shrei beberapa wakty uang lalu.

Seperti yang sebelumnya sudah Gabrielle van Rijn perkirakan mengenai kamar seorang section leader, kamar Ingressa Michelli lebih luas dari kamarnya dan rapi. Gaby hanya melihat sekeliling kamar Michelli, hingga akhirnya mereka sampai di dapur. Ya, tujuan Gaby datang ke sini adalah untuk membuat kue, dan Michelli adalah orang yang tepat.

"A-ah, nona Michelli, apa yang harus dilakukan terlebih dahulu? Aku tidak berpengalaman membuat kue..," ucap gadis Belanda itu jujur.

Ressa memperhatikan seraya Gaby berjalan menuju dapur di kamar Ressa. Ya, mungkin ia baru kali ini masuk ke kamar seorang Section Leader, sehingga belum terbiasa dengan perbedaan suasana kamarnya dengan suasana kamar Ressa yang memang direnovasi sendiri olehnya, terutama dalam soal perabotan. Tapi, sudahlah. Sekarang saatnya memasak..

Mereka pun samapi ke dapur dalam waktu sekira 1 menit. Seperti dapat diduga, dapur Ressa adalah area yang kecil namun rapih, tertata dengan baik. Peralatan memasak kesayangan sang Section Leader bermata biru itu dalam keadaan 'sehat walafiat' dan siap dipakai. Di lemari di pojok ruangan terlihat berbagai bumbu masak yang memang ditaruh di sana sebagai produk efisiensi rancangan kamar Ressa.

Ressa berjalan ke arah salah satu laci dan mengeluarkan secarik kertas. Kertas berwarna merah muda dengan kualitas yang bagus, sesuatu yang sering kali dipakai orang sebagai bahan pembuatan kartu ucapan. Di kertas tersebut tertulis dengan tinta hitam dan tulisan yang rapih:

Quote :

Tea Cookies

Cream:
2 sticks margarine or butter
1 cup sugar

Add:
1 egg yolk

Mix and add:
2 cups flour
2 1/2 tsp. cinammon

Place 1-inch balls on ungreased cookie sheet 2 inches apart. Press to desired thinness with a glass dipped in flour. Brush with egg white and sprinkle with colored sugar or ground nuts.

Bake at 350 degrees for approximately 10 minutes. Remove immediately as these cookies are very thin and will continue to brown after being removed from oven. Yields 6 dozen cookies.

"Gaby, yang akan kuajarkan padamu adalah salah satu reesp termudah. Lakukan dengan baik ya," katanya sambil menyerahkan kertas tersebut pada Gaby.

Gaby sudah menerima resep kue Tea Cookies yang ditulis rapi oleh section leader bagian research itu. Kemudian mata gadis asal Belanda itu menyusuri kertas itu dengan seksama dan mempelajarinya. Kemudian ia mengambil barang-barang yang tertera kemudian melakukan apa yang ada di dalam resep buatan Ingressa Michelli tersebut.

Setelah selesai mengaduk krim yang terbuat dari margarin dan gula itu, dengan cepat Gabrielle menyelesaikan adonan kue kering yang menggiurkan tersebut. Ternyata membuat kue itu cukup mudah juga, walaupun gadis berambut pendek itu masih harus banyak berlatih sebelum kue-kue buatannya sempurna.

Fuuh, lumayan melelahkan juga, kemudian ia melirik ke arah Alexa yang juga ingin membuat kue kering. "Bi-bisa tolong aku mencetak kuenya, nona Alexa?" pintanya sopan.

Ngomong-ngomong, setelah kue kering buatannya nanti selesai (dan kalau ternyata rasanya enak), gadis Belanda itu ingin membuatkan bingkisan berisi cokelat dan kue kering untuk Glau, siapa tahu dia butuh tambahan asupan kalori. Gaby tahu betul pekerjaan exorcist lebih berat dan membutuhkan banyak energi daripada staf sepertinya bukan?

Masuk ke dalam menemukan ruangan serba rapi, tidak disangka juga bahwa pembawaan seorang wanita memang ada di section leader muda satu ini. Alexa agak menyesalkan ia tidak bisa serapi ini walau untuk kerapihan ia tetap berusaha untuk menjaganya.

Kemudian dibawa masuk menuju dapur kecil, ah yang seperti ini pasti hanya ada di ruangan section leader karena pada umumnya staff biasa hanya memiliki ruang tidur biasa saja. "Hm..." memerhatikan dengan seksama peralatan masak yang ada. Sedikit iri, kapan ia bisa kembali ke rumah dan memiliki perabotan seperti itu.

Bayang-bayang Alexa lalu menguap seiring dengan secarik kertas yang diberikan oleh Ressa, oh apa ditulis di sana? Tea Cookies? Hmp... nama yang lucu. Kalau Deniska mungkin sudah memilih untuk membuat 'Vodka Cookies' saja, pikiran soal pria itu lagi. Ah sudahlah... sekarang saatnya berkonsentrasi pada kuenya.

Dan rupanya sang wanita muda pemalu sudah bergerak lebih cepat mendahului dirinya. Wah, bagaimana ia bisa kalah dengan gadis yang tengah dilanda cinta ini? Benar hebat semangat orang yang sedang jatuh cinta rupanya. Hanya tersenyum kemudian mengangguk seiring dengan permintaan Gabby untuk membantunya mencetak kue.

"Oh tentu saja, biar saya yang kerjakan," mengambil bagian dari adonan, menaruhnya di atas talenan lalu menggilingnya sampai tipis. Mencetaknya dengan cetakan yang sudah ada lalu menaruhnya di loyang. Begitu saja kan?

"Apa ini perlu diolesi dengan kuning telur juga?" bertanya pada Ressa. Setahunya sih kalau membuat cookies seperti itu.

---

emangnya buat kue lebaran