"Pindah kamar?!" Lorelei menggeram murka begitu mendengar kabar itu. Urat-urat kekesalan tampak di dahinya. Bibirnya meracau tidak karuan, mengutuk orang yang mencetus ide terburuk pada abad itu; berbagi kamar.
Bah! Berbagi kamar? Aku berbagi kamar dengan seseorang !?!
Lorelei mencak-mencak dan melampiaskan kekesalannya itu ke kertas selebaran tambahan yang diberikan oleh salah satu rekannya, hanya untuk dikoyak menjadi potongan-potongan kecil yang dia hamburkan begitu saja di lorong Divisi Research.
"Sialan! Mana mungkin aku betah berbagi kamar dengan seseorang, Bagaimana aku bisa mengatur semua laporan penelitianku atau anak-anakku yang manis itu jika ada seseorang. Seseorang yang memiliki kemungkinan untuk menghancurkan semua hartaku! Dan aku tak bakal bisa melakukan penelitian dengan tenang karena khawatir pada mereka!"Harta-hartanya memang bukan harta biasa, harta-hartanya adalah berbagai hasil penelitiannya, entah hidup atau tidak, koleksi serannga awetan, organ awetan yang direndam dalam air raksa, dan catatan-catatan laporanyang penting serta yang ditempelkan di dinding, hanya untuk mengingatkan pria Prancis ini agar tidak lupa bahwa tubuh
mortal-nya membutuhkan asupan makanan atau kegiatan simpel lainnya yang sering dilupakan.
Pria berambut coklat muda itu menginjak-injak sobekan-sobekan kertas, meloncat kuat-kuat di atasnya seolah berusaha membunuh seseorang. Namun vitalitas pria itu yang tak terlalu baik menghentikan amukannya dengan cepat. Dada Lorelei naik-turun tak karuan, kehabisa nafas.
"Kalau begini... tak ada cara lain!" Lorelei mengepalkan tangannya, dia berbalik arah menuju ke bagian magement. Langkahnya lebar dan tergesa-gesa.
----------------------------------
Lokasi: Bagian Logistik"Kuingatkan sekali lagi! siapapun yang nanti sekamar denganku TIDAK diperkenankan untuk menyentuh barang-barangku dengan alasan apapun! Kalau mereka melanggarnya aku tak akan segan-segan mencabut jantung atau bola mata mereka, kurendam dalam air raksa dan kuwadahi di toples bening!"
Lorelei berkata dengan lantang pada salah satu staff bagian logistik yang tampaknya sedikit gemetaran, gigi staff itu bergemerutuk tak karuan. Sekaligus mensyukuri dirinya karena sudah menemukan teman sekamar.
"Lekas carikan aku siapapun itu sehingga aku bisa mengatur anak-anakku dengan lebih cepat!" ucapnya sekali lagi dengan gerakan tangan yang dramatis, matanya terlihat berkilat-kilat.
Jadi... siapakah orang yang cukup
'beruntung' menjadi teman sekamarnya?.