Black Order Headquarters
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.


An Indonesian D.Gray-Man original character (OC) roleplay forum. Set in an alternate 1880s.
 
HomeSearchLatest imagesRegister[REGISTER] Firstly First I_icon_mini_registerLog in
Time

Selamat datang di Black Order Headquarters! Waktu dunia Black Order HQ saat ini adalah: Februari 1880

[CENTRAL] musim dingin, bersalju dan hawa menusuk

[ASIA] musim dingin, sejuk namun kering

[AMERICA] musim dingin, badai salju di akhir bulan

[AFRICA] musim dingin, sedikit salju di awal bulan

Acara mendatang:

- Valentine Grand Ball

(Kontak staf jika memiliki ide)

Shoutbox

ShoutMix chat widget
Affiliates

ClampFactory Al'loggio

code-geass

tenipuri-indo

Saint-Sanctuary

Neverworld

Aria Academy High School Fighter Role Play Forum

Don't be shy, affiliate with us!
 
Latest topics
» Free Talk
[REGISTER] Firstly First I_icon_minitimeby Ravel Kohler 21st December 2015, 17:50

» [AMERICA] Unusual Training
[REGISTER] Firstly First I_icon_minitimeby Keith Warringstate 21st June 2011, 23:10

» English Free Talk
[REGISTER] Firstly First I_icon_minitimeby Wilhelm U. Smith 19th February 2011, 21:17

» [Central] The History Might Have Recorded Us
[REGISTER] Firstly First I_icon_minitimeby Fuchsia Scarlet 13th February 2011, 12:21

» [CENTRAL] Looking Around
[REGISTER] Firstly First I_icon_minitimeby Lumiere A. Etoile 6th February 2011, 20:13


 

 [REGISTER] Firstly First

Go down 
+55
Toshio Himura
Kassandra Wittelsbach
Felicia Miles
Lumiere A. Etoile
Tristan V. Illumina
Magna Aspinella
Coreen L. M Nostrofo
Rufina Kviscanova
Kim Soo Ki
Frederick Ulrich
Freja Vladislava
Vodete Vladislav
Rosemary Revenants
Dzoldzaya
Casthaniel A. Ellsmer
Shena C. Medvedev
Elska Svellsdóttir
Clearesta Cosmo
Abel Baptiste
Zhang Huo Ju
Sigmund Völsungarson
Eva Montini
William R. Rheins
Mildred Moore
Allan Amberglass
Wilhelm U. Smith
Nellie Barker
Marie Suede
Secret C. Rozent
Katerina Efcileisthenes
Eric Maxime-Olivier
Abiel Nathanieth
Viorica R. Skender
Mario C. Demeska
Verghei R. Skender
Carol F. C. Forskina
Philander Granville
Louis Eastwood
Vanya Muller
Audric Knight
Konstantina Abovian
Gary Stewart
Diavlea S. Goethe
Kara Yilmaz
Milenka K. Lyova
Lupus Corwin
Clairette Verrochio
Blanka Ormondi Demetros
Keith Warringstate
W. Reanne A. T. Hilliard
Stellar Castelmare
Silverius Girlani
Gletsjers van Virchow
Li Lian Jie
Shreizag E. Halverson
59 posters
Go to page : 1, 2, 3  Next
AuthorMessage
Shreizag E. Halverson
Vatican Central
Shreizag E. Halverson


Posts : 580
Umur : 32
Pemilik : S.E.H.
Poin RP : 20

Biodata
Posisi: General
Cabang: Eropa
Umur: 29

[REGISTER] Firstly First Empty
PostSubject: [REGISTER] Firstly First   [REGISTER] Firstly First I_icon_minitime24th October 2009, 11:30

Topik ini dikhususkan bagi semua pendaftar (baik yang baru atau lama) yang karakternya belum diluluskan. Tujuannya agar pihak Vatican Central dapat melihat kemampuan Anda dalam ber-roleplay serta untuk melihat apakah Anda sudah bisa mendalami karakter Anda atau belum. Tuliskan minimal 2-3 paragraf deskriptif dengan tata bahasa dan tanda baca yang tepat. Cukup satu post yang menceritakan keseharian karakter Anda, latar waktu dibebaskan, selama terjadi saat karakter Anda bekerja sebagai seorang staf Black Order.

Interaksi antarkarakter tidak disarankan, karena Anda hanya perlu post pada topik ini satu kali. Smile


Last edited by Shreizag E. Halverson on 13th August 2010, 19:43; edited 1 time in total
Back to top Go down
http://sacchii.deviantart.com
Li Lian Jie

Li Lian Jie


Posts : 346
Pemilik : LLJ
Poin RP : 20

Biodata
Posisi: Disciple
Cabang: Asia
Umur: 14

[REGISTER] Firstly First Empty
PostSubject: Re: [REGISTER] Firstly First   [REGISTER] Firstly First I_icon_minitime24th October 2009, 12:21

Time: 04:56 a.m.
Setting: Li Lian Jie's Bedroom
A Lian Time Line: kegiatan Li Lian Jie sepanjang subuh menjelang matahari terbit di BO
Note: hanya untuk dilihat saja, bukan untuk dibalas. Smile
_____________________________________________________________________________

Li Lian Jie, yang kerap disapa A Lian, telah terbiasa membuka mata sejak pukul dua dini hari sejak hari pertama pelatihannya sebagai Exorcist di Black Order cabang Asia. Kalau dulu dia menggunakan waktunya untuk latihan hingga matahari terbit, kini dia menghabiskan waktunya untuk melukis. Bukan di atas kanvas, bukan di atas kertas, bukan pula di atas kain. A Lian melukis di atas dinding kamarnya sendiri.

Sapuan demi sapuan kuas sederhana dari rambut kuda ia maksudkan untuk membentuk siluet sosok seseorang. Sudah sejak tiga bulan yang lalu ia memulai melukis, hingga sekarang lukisan itu belum jadi seutuhnya. Warna demi warna ia goreskan dengan teliti dan penuh perasaan. Hijau warna pakaian yang dikenakannya, bercampur putih sebagai efek pencahayaan. Kuning langsat warna kulitnya, berbaur dengan warna-warna yang serumpun. Hitam legam rambut gadis itu terurai lembut di dadanya. Meski tangan A Lian telah penuh dengan noda cat minyak, ia tetap tekun menggarap lukisannya yang tak kunjung usai itu. Dan dia senantiasa tersenyum, tenggelam dalam dunia imajinasinya.

Suatu keironisan ketika ia harus kehilangan senyumnya bersamaan dengan semburat merah yang muncul di ufuk timur. Perhatiannya yang selama ini tercurah pada gadis misterius tanpa wajah di dinding kamarnya itu terhenti seketika. Menghela nafas panjang, A Lian menoleh ke jendela kamarnya dan menyaksikan terbitnya matahari. Sorot matanya yang lembut, perlahan memudar tergantikan oleh kesepian. Mata itu lagi.

A Lian meletakkan semua alat lukis, yang telah dianggapnya sebagai harta berharganya itu, di atas mejanya di sudut kamarnya. Ada kain katun tersampir di kepala kursinya; A Lian meraihnya untuk mengelap keringat di sekujur tubuhnya. Sungguh ajaib dia tenggelam dalam konsentrasinya hingga berkeringat di subuh yang dingin ini.

Kemudian dia melemparkan kain itu begitu saja ke atas tempat tidurnya, berjalan ke lain sudut kamarnya untuk meraih mantel Exorcist yang tergantung di dinding batu. Satu kibasan dia berikan pada mantel itu, seraya membuka pintu kamarnya.

Hari ini, dia akan memulai petualangan barunya sebagai seorang Exorcist Black Order Cabang Asia. Langkah-langkahnya mantap, dadanya membusung, dan tangannya mengepal erat. Li Lian Jie adalah bocah kecil yang mengabdikan hidupnya demi kedamaian jiwa-jiwa Akuma. Apakah dalam misi kali ini, dia akan mampu menemukan alasan ia menjadi kuat?


Last edited by Li Lian Jie on 30th October 2009, 20:35; edited 2 times in total (Reason for editing : merapikan EYD)
Back to top Go down
Gletsjers van Virchow

Gletsjers van Virchow


Posts : 215

Biodata
Posisi: Exorcist
Cabang: Asia
Umur: 20

[REGISTER] Firstly First Empty
PostSubject: Re: [REGISTER] Firstly First   [REGISTER] Firstly First I_icon_minitime24th October 2009, 13:47

Timeline: beberapa minggu setelah Gletsjers ditempatkan di cabang Asia.
Setting: Markas Black Order cabang Asia, kamar Gletsjers

Malam telah berakhir, matahari telah terbit di ufuk timur dan sebagian cahayanya menembus ke dalam ruangan yang gelap. Itulah kamar yang telah dihuni Glace (panggilan, biar lebih mudah) sejak ia bergabung dengan Black Order. Sepi memang, dikarenakan ia tinggal sendiri di kamar ini. Sungguh berbeda dengan keadaan di kampung halamannya dulu di mana ia hidup bersama ibunya. Tapi apa boleh buat, ia sendiri yang memutuskan untuk bergabung dengan Black Order demi mencari ayahnya.

Seperti biasa, ia sudah bangun pagi-pagi sekali. Mempersiapkan diri untuk menyongsong hari ini. Jika kebetulan sedang tidak bertugas, ia menggunakan kesempatan itu untuk berinteraksi sekaligus bertanya kepada orang-orang di sana. Ia selalu berusaha untuk menemukan petunjuk keberadaan ayahnya.

Hari ini, ia memulainya dari kafeteria, sekaligus untuk mengisi perutnya. Awalnya ia menghampiri pramusaji di tempat pemesanan makanan. Kata orang-orang, pramusaji tersebut telah lama bekerja di sini. Glace pun segera menghampirinya.

"Umm... Bolehkah saya bertanya sesuatu?" ia bertanya.

"Ada apa?" tanya pramusaji itu ramah.

"Kenalkah anda dengan orang ini?" tanya Glace sembari menyodorkan potret hitam putih ayahnya 19 tahun yang lalu. Pramusaji tersebut mengamati potret itu dengan seksama.

"Ah! Aku tahu siapa dia!" kata si pramusaji.

Glace pun tersenyum senang mendengarnya. Pramusaji itu pun menceritakan tentang masa lalu ayah Glace pada saat ia masih bergabung di Black Order. Akan tetapi, menurut penuturan pramusaji tersebut, ayahnya tiba-tiba menghilang tanpa kabar beberapa tahun yang lalu dan hingga kini belum diketahui keberadaannya. Hal ini tentu membuat Glace agak kecewa. Akan tetapi, ia tidak mengenal kata pantang menyerah untuk hal ini. Orang-orang yang sangat senior di sana pun mengatakan bahwa Glace mewarisi sifat pantang menyerah, persis seperti ayahnya yang juga bekerja di sini dulu. Ia tak pernah berhenti mengorek informasi-informasi tentang ayahnya walaupun sering mendapatkan informasi yang kurang pasti. Ia merupakan orang yang pantang menyerah untuk mencari keberadaan ayahnya. Ia akan terus mencari jejak-jejak ayahnya sampai takdir mengizinkan mereka berdua untuk bertemu kembali.


Last edited by Gletsjers V. Virchow on 3rd November 2009, 15:00; edited 16 times in total (Reason for editing : Membetulkan beberapa kata agar lebih enak dibaca)
Back to top Go down
http://rosmana.blogspot.com
Silverius Girlani

Silverius Girlani


Posts : 97
Umur : 31
Pemilik : Woof

Biodata
Posisi: Exorcist
Cabang: Asia
Umur: 22

[REGISTER] Firstly First Empty
PostSubject: Re: [REGISTER] Firstly First   [REGISTER] Firstly First I_icon_minitime24th October 2009, 14:52

Sekelompok orang berpakaian putih berlari beramai-ramai sambil menggotong sebuah tandu memasuki daerah Medical & Security Section. Di atas tandu ringkih tersebut, seorang exorcist terbaring lemas tak berdaya. Mulutnya tergantung terbuka dan matanya yang redup terlihat berkabut di balik kelopaknya. Keringat dingin mengalir deras membasahi seluruh tubuh exorcist itu, tetapi selain dari pada itu, sesungguhnya exorcist berambut hitam itu terlihat baik-baik saja. Hanya ada sedikit lecet di pipi kirinya, dan beberapa lebam ringan di salah satu lengannya dan itu hanyalah luka minor dibandingkan dengan seorang exorcist lainnya yang dipapah belakangan yang sisi wajahnya terluka parah seperti tertimpa benda besar atau seorang exorcist lainnya yang bermandikan darah yang lebih dulu dibawa masuk ke ruang gawat darurat.

Akan tetapi penampilan bisa menipu.

Sebenarnya Silverius nyaris hancur – secara harfiah – tadi, dan mungkin hanya dua rekan timnya saja yang tahu akan hal itu. Atau mungkin, hanya Silverius saja, mengingat hanya dia lah yang benar-benar mengerti alam Innocence-nya.




Beberapa jam kemudian, pemuda berambut hitam itu membuka mata dan seorang staff medis langsung memeriksanya. Kedua mata hitam Silverius bergulir menatap staff medis tersebut. Masih muda, mungkin sebaya dengan Silverius, dan tentunya hidupnya masih panjang. Sesaat kemudian, Silverius merasa kepalanya berdengung keras dan pecahan-pecahan memori muncul di dalam benaknya yang sepertinya telah menjadi terang benderang.

Silverius dapat melihat dirinya sendiri berdiri di tengah antah berantah sendirian. Memang seharusnya dia bersama-sama dengan dua orang exorcist lainnya, tetapi mereka berdua tidak sanggup mengejar akuma level 2 yang memiliki kecepatan jauh di atas rata-rata itu dan akhirnya hanya bisa menangani akuma-akuma level 1 yang lebih statis. Kedua mata Silverius terpaku pada langit gelap, seolah-olah berusaha memetakannya, dan ketika matanya menangkap kilatan cahaya di salah satu sisi langit, Silverius merasakan ikatan pada lengan bawahnya bertambah erat.

‘Sepuluh, sembilan, delapan…’ Silverius menghitung mundur dalam hati sambil mengikuti jejak kilatan cahaya tadi. Terkadang, dia kurang menyukai interval waktu sepuluh detik ini, dan karena itulah dia merasa dia harus terus berlatih untuk menyempurnakan kemampuannya lagi.

‘… dua, satu… Flight of the Ouroburos!’

Silverius melihat dirinya hancur menjadi butiran cahaya kecil yang gemerlap dan matanya menyipit ketika lima detik kemudian sebuah ledakan di udara terlihat. Lima detik yang terasa sangat lama itu entah mengapa menimbulkan sebuah rasa getir di dalam hati Silverius yang tahu kalau seharusnya dia sudah ada di atas sana dalam waktu satu detik dan hanya diperlukan satu detik lainnya untuk menghancurkan akuma level 2 itu dengan menggunakan LeMat Revolver-nya.

Dan Silverius tahu benar bahwa untuk pertama kalinya dia mengalami kejang-kejang di udara, sesaat setelah ledakan tadi terjadi. Kejang-kejang yang begitu kuat yang membuat dirinya jatuh bebas alih-alih menggunakan Flight of the Ouroburos lagi untuk memindahkan dirinya ke daratan. Entah bagaimana dia bisa selamat tanpa luka fatal.

“Hai, bagaimana keadaanmu?”

Suara itu menarik Silverius kembali ke bangsal Medical & Security Section, di mana dia menemukan kalau seorang staff medis lainnya yang terlihat lebih senior sedang menatapnya dengan lembut. Silverius mengabaikan staff medis tadi sejenak dan menemukan staff medis yang lebih muda sedang sibuk mencatat sesuatu, mungkin catatan kesehatan seorang Silverius Girlani.

“Sekarang, kalau kau tidak keberatan,” staff medis senior tadi meletakkan kedua jarinya pada kelopak Silverius dan membukanya dengan lembut. Ketika si staff medis asyik mendiagnosa melalui mata Silverius, exorcist bermata hitam itu membuka mulutnya dan bertanya.

“Sampai kapan aku akan begini? Apakah ini batasnya?”

Pertanyaan yang sudah sering diajukannya sehingga dia sendiri bosan mendengar jawaban yang akan didengarnya sesaat kemudian – karena siapa pun orang yang menjawab, pasti intinya sama saja.

“Tidak apa-apa. Kau sudah mengalami kemajuan, Silv. Ingat, kan, dulu kau kejang-kejang tak karuan saat sedang latihan ringan? Sekarang kau sudah bisa menghajar akuma level 2 sendirian, tidakkah itu prestasi yang membanggakan?”

“Ya, kurasa begitu,” ujar Silverius datar, mengabaikan panggilan sok akrab dari si staff medis.

Akan tetapi rasanya semua orang juga tahu kalau bukan itulah jawaban yang diharapkan oleh Silverius. Memang, dia telah mengejar sebuah akuma level 2 yang dapat bergerak sangat cepat hingga nyaris tak terlihat sendirian – mengingat hanya dia lah yang bisa mengungguli kecepatan akuma tersebut – tetapi dia tahu batasan-batasan penggunaan tekniknya, dan jika dulu dia bisa melakukan Flight of the Ouroburos dengan sukses selama 7 kali berturut-turut, sekarang dia hanya bisa melakukannya selama 5 kali dan nyaris gagal pada urutan yang ke-6. Itu semua jelas mengingat dia membutuhkan waktu lebih banyak dari biasanya untuk mencapai tempat tujuan. Mungkin dia akan lenyap begitu saja menjadi bintik-bintik cahaya apabila dia tidak memiliki tekad yang kuat untuk [kembali menyatukan fragmen-fragmen tubuhnya dan] menghancurkan akuma itu.

Dan entah mengapa, dia sangat tidak menginginkan hal itu. Entah mengapa, dia merasa dia masih harus hidup, apalagi setelah dia melihat staff medis muda tadi.

Spoiler:
Back to top Go down
http://malesishere.wordpress.com
Stellar Castelmare

Stellar Castelmare


Posts : 2

Biodata
Posisi: Exorcist
Cabang: Amerika Utara - Selatan
Umur: 18

[REGISTER] Firstly First Empty
PostSubject: Re: [REGISTER] Firstly First   [REGISTER] Firstly First I_icon_minitime24th October 2009, 21:54

Stellar tersesat.

Iya, Stellar tersesat di markas. Sergei pernah bilang kalau Stellar tidak boleh berjalan-jalan sendirian ke tempat-tempat yang bertuliskan 'Authorized person only' atau umm... sejenisnya—tapi Stellar lupa. Iya, serius, Stellar lupa. Benar, deh. Stellar tidak berani melanggar perintah Sergei karena ia galak, tapi kali ini Stellar benar-benar lupa karena Aravelnya tiba-tiba menghilang dari kamarnya dan ia baru menemukannya setelah melewati pintu bertuliskan 'Authorized Person only' itu tadi. Rambut eboni cerah Stellar terkibas pelan saat ayunan kaki Stellar bergema di lantai atas Black Order Head Quarter. Sorot mata sang gadis menampakkan ketakutan sementara pupilnya merefleksikan sekelebat siluet berwarna putih kecil yang menuruni tangga dengan ke-empat kaki berbulu putihnya.

"Aravel!"

Suara lirihnya bergema sementara ayunan ritmis ke-dua kaki Stellar Castelmare bergema pelan sewaktu sepatu kulit yang ia peroleh dari Jacob beradu dengan lantai beton Black Order HQ—masih berusaha menangkap Musang peliharaannya. Aravel tidak biasanya seperti ini. Ia biasanya hanya bergelung sambil menikmati kacang-kacangan sewaktu Stellar kembali dari pelatihan, tapi kenapa ia seperti ini sekarang? Ujung pakaian Exorcist Stellar berkibar cepat sewaktu Aravel bergerak zigzag melewati kaki-kaki para Exorcist lain yang keheranan, sementara Stellar di belakangnya, bergerak mengikutinya dengan kecepatan yang sama namun dengan raut wajah nyaris menangis namun—

BRUK!

"Aduh!"

Tubuh Anglo-Saxon sang gadis terhempas ke udara dan tersungkur setelahnya. Membuat exorcist lain menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke arah sang gadis dengan pandangan bertanya. Stellar meringis, mengusap-usap lengannya yang tergores ketika jatuh sebeluim mendongakkan kepalanya ke atas takut-takut. Stellar tidak sengaja melihat wajah pria yang ia tabrak sekilas tadi. Pupil matanya membulat dan kristal-kristal cair mulai bermunculan di sudut mata sang Castelmare. Sergei Keiron Richardson menyunggingkan senyum asimetris di balik janggut hitamnya di lapisan pupil mata sang gadis ketika dagunya terangkat penuh,

"Well, well, well... Castelmare, apa yang sedang kau lakukan disini, hm?"

Bergidik ngeri, menatap takut-takut ke atas, menampilkan sosok tersebut dengan lebih jelas. Kerutan di wajah Sergei ditambah dengan wajah memerahnya membuat Stellar nyaris menangis.

"A-Aravel, Tuan Richardson. I-ia tadi ke arah sini, Stellar sedang mengejarnya."—Benar kok, Stellar tidak bohong.

Sergei mengernyit, memutar bola matanya sebentar dan menghela nafas, berat.

"Lalu? Menurutmu apa yang ada di belakangmu itu, hm? Setahuku hanya satu musang putih di tempat ini."

Mengerjapkan matanya sekali, mengerling pada gumpalan putih yang bersembunyi di belakangnya. Ekspresi Aravel nyaris terlihat khawatir, setidaknya di mata sang Castelmare. "Umm, umm, tapi tadi, Aravel memang kesini karena lari, ja-jadi—" Gadis itu menunduk, sebutir air mata mengalir pelan di pipi porselen Stellar, "—Ja-jangan hukum Stellar ya," Lirih, nyaris seperti nada permohonan maaf yang ditujukan para tertuduh penyihir pada event Witch Salem Trials tahun 1692. Ha-habis mau bagaimana lagi, Stellar pernah dihukum memburu anjing liar sendirian oleh Sergei. Ja-jadi wajar bukan kalau ia trauma?

Umm, kayaknya segini saja ya, nanti saja ya lanjutannya. xD;; -shot-
Back to top Go down
W. Reanne A. T. Hilliard

W. Reanne A. T. Hilliard


Posts : 13

Biodata
Posisi: Section Staff
Cabang: Amerika Utara - Selatan
Umur: 19 y/o

[REGISTER] Firstly First Empty
PostSubject: Re: [REGISTER] Firstly First   [REGISTER] Firstly First I_icon_minitime25th October 2009, 11:22

"Andrea, nama yang bagus bukan?"
"Kenapa Ibunda selalu memanggil Reanne dengan 'Andrea'? Bukan 'Reanne' yang biasa Ayahanda, Jovian, Vierra dan yang lainnya panggil?"
"Karena nama itu sengaja Ibunda berikan padamu dengan harapan melebihi nama-namamu yang lain, yang diberikan oleh Ayahandamu"
"Memangnya nama itu mempunyai arti khusus Ibunda?"
"Tentu saja, kau tahu? Nama 'Andrea' adalah sesuatu yang penting bagi Ibunda, dan artinya adalah..."





Mengedipkan kelopak matanya satu dua kali.

Terasa berat, mungkin karena ia sempat tidak dapat mengistirahatkan tubuhnya dengan baik tadi malam? Pekerjaannya di bidang pengarsipan, Staf Logistik dan Administrasi yang ia ambil memang terkadang membuatnya harus tinggal dalam waktu yang lama di ruang kerjanya, seharian mengutak-atik dokumen-dokumen milik semua organisasi dalam berbagai bidang ini. Tapi jalan yang sudah diambil tidak dapat ditarik kembali dan Reanne sendiri tidak ingin menyerahkan semua kasih sayang yang tersisa dari Ayahanda hanya pada kakak tiri yang dibencinya apalagi semenjak Ibunda meninggal.

Sekelebat ingatan masa lalu kembali menghampirinya untuk sesaat tadi. Mungkinkah ini pertanda akan terjadi sesuatu dari Ibundanya di atas surga sana? Bodoh, kenapa jadi sentimentil begini, Reanne? Kau gadis yang baik, semua pun tahu akan hal tersebut, tapi tidak setelah semua kejadian memuakkan tersebut. Cemooh, perbandingan, pujian palsu, senyum ramah tidak berarti yang kerap ia terima tidak jarang membuatnya berpikir apakah ia benar-benar putri kandung keluarga bermargakan Hilliard dengan status Ibundanya yang adalah istri sah dan malah kakak tirinya yang merupakan anak dari istri simpanan Ayahandanya sendiri?

Pengkhianatan, kepercayaannya dalam sekejap hilang ketika mengetahui semua fakta di balik segala kepalsuan tersebut. Membuatnya kehilangan senyum termanis miliknya, yang tidak jarang katanya membuat orang lain merasa bahagia apalagi dengan suara sopran manis merdunya yang segar dan riang bagaikan nyanyian burung-burung kecil di pagi hari. Terkadang Reanne pun mengajak Ibunda, Jovian dan Vierra ke taman, sebenarnya ia juga ingin mengajak Ayahanda ikut bersama, namun seringkali beliau sibuk dengan segala urusan pekerjannya mengingat ia menduduki kepala keluarga induk generasi ke-sepuluh sekarang, tidak aneh memang.

Dengan bunga-bunga indah bertebaran di halamannya, Reanne juga sering bermain dengan Sean, kakak tirinya tersebut, yang untuk sesaat mengisi kesepian di rumah besar itu.

Menggerakkan tangannya, masuk perlahan ke dalam seluk beluk kulit putih yang melapisi tulang leher dan belikat yang sekarang dibalut dengan gaun biru muda semi formal berlengan pendek. Mengeluarkan sebuah kalung mutiara berbentuk bunga mungil berhiaskan berbagai macam warna indah berkilaun di bagian kelopak-kelopaknya. Pemberian dari Sean, heran juga mengapa Reanne masih menyimpannya sampai sekarang. Apa memang sebenarnya Reanne masih menyimpan perasaan sayang walau mungkin hanya sepotong di antara sanubarinya terhadap kakak tiri tersayangnya itu?

Haha konyol. Tersayang? Masih menyayangi? Atas semua kejadian menyenangkan yang diberikannya pada Reanne? Tidak, sayangnya tidak. Semua kenangan manis tersebut telah hilang, sama mudahnya ketika sebuah senyuman harus berakhir karena fakta yang harus ia terima dengan sangat berat. Bukankah mudah untuk mengubah perasaan manusia sendiri atas semua yang telah terjadi padanya? Dan hal itu pulalah yang tengah terjadi pada seorang gadis berkebangsaan Denmark dengan tirai ochre, cokelat kejingga-jinggan menghiasi mahkota kepalanya.

Katanya manik sepia miliknya bagai pinang dibelah dua dengan milik Ibundanya. Membuatnya bangga akan hal tersebut, mengapa? Tentu saja dikarenakan kecantikan dan keanggunan Ibundanya yang selalu membuat Reanne secara diam-diam mengidolakan ketegasan sang gadis berstatuskan istri keturunan bangsawan yang walau begitu masih mau bersosialisasi dengan masyarakat lainnya, tidak sombong kau tahu. Dan berderma bukan hal yang jarang ia lakukan pada orang yang memang berada di bawah kelayakkan pada zaman itu. Suatu hal yang terpuji bukan? Dan bukan balasan yang setimpal jika beliau harus meninggal dengan cara sedikit mengenaskan seperti itu, setengah gila, membunuh dirinya sendiri setelah memberikan bisikan kebencian, dendam tidak terbalaskan atas semua yang telah ia lakukan untuk suami tersayangnya, sebuah perselingkuhan.

Hadiah yang setimpal eh?

Reanne percaya pada Tuhan, dan bahwa Ia benar-benar ada. Tapi untuk waktu yang seakan terhenti namun sebenarnya bergerak dengan sangat cepat itu, Reanne sama sekali tidak dapat merasakan kehadiran Sang Penguasa. Mengapa, adalah pertanyaan pertama yang terlintas di benaknya ketika melihat tubuh kurus pucat yang tadinya memancarkan sosok keanggunan berangsur terjatuh mengikuti hukum gravitasi yang ada, tidak dapat melawan ataupun... terbang, suatu hal yang sangatlah mustahil memang jika mengikuti alur pikiran yang ada pada diri setiap individu be-raskan manusia di dunia ini.

Untuk terakhir kalinya masih mengingat sosok mata putus asa, sekaligus dendam yang masih menyala hingga di akhir hidupnya. Membuat Reanne untuk beberapa detik kehilangan emosinya sebagai manusia, tergeletak tidak berdaya, demam tinggi mencapai batas nyawanya saat itu selama enam hari enam malam lamanya. Dan setelah angka keramat yang hampir menghabisi nyawa mungilnya, ia menyadari bahwa ia kehilangan semuanya pada saat itu juga.

Air mata? Tidak terpikirkan sama sekali baginya untuk mengalirkan tetes demi tetes kristal air yang walau terlihat pilu namun indah itu.

Andrea...

Sampai sekarang pun ia masih dapat mendengar suara terakhir nyala suatu keindahan milik beliau. Ibunda adalah miliknya, dan walau Reanne sendiri menunjukkan sikap yang pantas dengan derajatnya sebagai anak pada Ayahandanya, di dalam ia menyimpan dendam kesumat, yang dengan santainya membawa sang anak hasil selingkuhan ke dalam kediaman Hilliard dan melindunginya bahkan melebihi Reanne sebagai putri aslinya. Suatu hal yang memuakkan dan menjijikkan, sudah bosan pada orang yang setia padamu dan lebih memilih wanita dengan kedudukan tidak jelas di luar sana yang jauh lebih buruk daripada seorang Grania Alathea Hilanozura?

Ok, sudah cukup acara mengenangnya, lumayan lama juga waktu yang ia perlukan untuk sekadar berpikir tidak perlu seperti itu sehingga harus menghabiskan banyak waktunya di ruang kerjanya saat ini, lebih baik ia pergi sekarang ke kamarnya daripada melamun tidak berguna, hanya membuang-buang waktu sementara pekerjaan yang harus dilakukannya masih banyak.

Menggeser kursi miliknya, menimbulkan suara derek khas ketika ia menempatkannya kembali kepada posisi semula. Menyadari sebuah jas berwarna hitam melingkupi tubuhnya yang lebih mungil daripada pemilik ukuran sebenarnya yang pastinya berpostur tubuh lebih besar dibandingkan Reanne. Sepertinya ia mengenalnya, ada wewangian khas pria tercium dari jas besar tersebut, dan Reanne mengenalnya, sangat.

"Hoo, ternyata seorang Section Seader pun mempunyai waktu untuk sekadar berjalan-jalan tidak berguna daripada bekerja di bidangnya, hm?"

Dan langsung saja menarik jas hitam tersebut sebelum memutuskan ingin membuangnya, tapi entah kenapa gerakan tangannya terhenti ketika hendak memasukkan paksa jas tersebut di sebuah tempat pembuangan.

Sepertinya lain kali saja, berterimakasihlah karena kondisi Reanne yang sedang dalam keadaan tidak buruk sekarang, kakak Sean tersayang..

Tersenyum puas atas apa yang hendak dilakukannya dan melenggangkan kaki berbalutkan boot hitam miliknya keluar dari ruangan tersebut.




OOC: Umm..maaf kalau rada tidak jelas, akan saya edit apabila ada kesalahan, maaf merepotkan*menundukkan badan*


Last edited by W. Reanne A. T. Hilliard on 28th October 2009, 21:49; edited 7 times in total
Back to top Go down
Keith Warringstate




Posts : 34
Umur : 32
Pemilik : kisui

Biodata
Posisi: General
Cabang: Amerika Utara - Selatan
Umur: 25

[REGISTER] Firstly First Empty
PostSubject: Re: [REGISTER] Firstly First   [REGISTER] Firstly First I_icon_minitime25th October 2009, 22:49

Angin sepoi-sepoi bergerak menyelusuri tubuh Keith dengan lembut dan rumput yang lembut bagaikan permadani membuat Keith merasa sangat nyaman. Dan di tengah matahari pagi musim panas inilah, Keith bersandar di sebuah pohon dan membaca salah satu buku favoritnya. Wonders of the World, buku yang merupakan hadiah dari ayahnya ini, adalah buku kesayangan Keith. Buku yang tidak pernah ia bosan baca, walaupun telah dibacanya berkali-kali. Buku yang merupakan ensiklopedi tentang budaya di dunia ini, merupakan salah satu sumber inspirasinya untuk berkelana mengelilingi dunia.

Keith membalik halaman buku itu lembar demi lembar, setiap lembar dari buku itu membawa Keith ke berbagai tempat di seluruh penjuru dunia ini. Keith pun memejamkan matanya sambil membayangkan indahnya pegunungan di Swiss yang baru saja dibacanya di buku tersebut. Keindahan salju putih yang membentang di seluruh pegunungan Alpen. Keith juga membayangkan betapa mengundang selera aroma keju Raclette yang baru saja dibakar hingga mencair di panasnya api unggun yang menyala dengan indah.

Untuk Keith buku itu merupakan benda paling penting baginya. Selain menggambarkan dunia yang ingin ia lihat, buku itu juga mengingatkannya kepada kejadian di masa lalu.




Saat itu keadaan sedang memanas akibat perang yang baru saja dimulai, dan ayah Keith baru saja akan pergi ke Philadelphia untuk mengunjungi seorang kerabat.

"Ayah mau pergi ke mana?" tanya Keith melihat ayahnya yang sedang berkemas.
"Ayah akan mengunjungi Paman Sam, Keith," balas ayah Keith kepada anaknya itu.
"Aku mau ikut, Ayah," kata Keith sambil memasang muka memelas.
"Keith ini bukan perjalanan yang menyenangkan, lagipula kamu harus menemani ibu di rumah," jawab ayahnya itu.

Tahu bahwa ayahnya tidak akan mengajaknya, Keith merasa kesal dan mulai berjalan keluar kamar. Dan keesekon harinya ketika ayah Keith akan segera pergi. Entah kenapa Keith mendapatkan perasaan buruk.

"Jangan pergi, Ayah!" Spontan Keith berteriak.
Melihat anaknya yang merasa khawatir ayahnya itu berkata, "tenang, ayah akan segera pulang."

Lalu ia mengeluarkan sebuah buku dari tasnya. "Bacalah buku ini dan ceritakan semua isinya kepada ayah saat ayah kembali." Ia pun segera meninggalkan rumah setelah memberikan buku itu kepada Keith.
Keith pun mulai membaca buku itu dan melihat betapa luas dan indahnya dunia ini. Ia pun terus membaca buku tersebut sampai ia sadar bahwa ayahnya tak pernah pulang.




Setelah beberapa saat Keith mengenang kejadian itu, ia pun kembali membuka matanya dan melanjutkan membaca buku tersebut, buku yang merupakan langkah awal dari impiannya untuk menjelajahi dunia.


Last edited by Keith Warringstate on 9th February 2010, 19:07; edited 7 times in total
Back to top Go down
Blanka Ormondi Demetros

Blanka Ormondi Demetros


Posts : 116
Umur : 34

Biodata
Posisi: Exorcist
Cabang: Asia
Umur: 23 tahun

[REGISTER] Firstly First Empty
PostSubject: Re: [REGISTER] Firstly First   [REGISTER] Firstly First I_icon_minitime26th October 2009, 13:43

Kamar Pribadi Blanka
Setahun yang lalu, cabang Eropa
.





Ruangan pribadinya, ruangan yang kosong dan tak terisi apapun kecuali barang-barang vital untuk menunjang kehidupan. Tak ada penerangan, satu-satunya jendela tertutup rapat oleh gorden lusuh berwarna gelap. Lembab dan pengap, seolah tak mengijinkan siapapun untuk dapat bernafas di dalamnya, di udara yang seolah bertekanan lebih besar.

Seorang gadis meringkuk di atas tempat tidurnya yang dingin, setengah telanjang. Tubuhnya –yang penuh luka sayat dan lebam – bergetar dengan suara nafas yang memburu, air asin mengalir dari pelupuk matanya dan terkecap di bibir tipis wanita berambut pirang platina tersebut. Sarat akan pahit getir kehidupan yang dijalaninya selama 21 tahun.

Sorot manik ambernya mendarat pada sebuah belati perak yang terbaring tenang di samping bantal, percikan merah menganak sungai di bagian tajamnya. Sekali lagi jemari lentiknya menyentuh gagang belati perak tersebut, gagang yang terkait dengan bentuk inaktif innocencenya. Pahatan wajah teduh terukir di benda itu; kontras dengan fungsi utamanya.

Darah...


Cairan kental merah-gelap merembes dari bagian kulit yang terbuka, meninggalkan cipratan di pakaian maupun seprai.

Bahkan diapun sudah terbiasa dengan bau amisnya....


Tak dapat Blanka Ormondi Demetros melupakan, tak peduli seberapa keras wanita Hungaria tersebut berusaha mencabut tiap pecahan memori dari dalam otaknya. Terlalu kelam, gelap dan membekas secara permanen. Terkadang ia masih dapat merasakan sundutan besi panas yang dulu selalu dialamatkan di dadanya, tamparan kalap almarhum suami Blanka –yang terbunuh olehnya sendiri– atau suara derak sendi-sendi tulang yang menggeser.

Blanka melolong pedih, wajah pucatnya berurai air mata seiring kenangan yang selalu menyerangnya tanpa kenal waktu. Telapak tangannya mengangkat besi tajam itu, bersiap menorehkan sayatan.

Sayatan dalam yang dapat membuatnya mati rasa...





Blum bisa blending dengan baik = =a, kalau beneran blending mlh saya khawatir...

segitu saja cukup?
Back to top Go down
Clairette Verrochio

Clairette Verrochio


Posts : 2

Biodata
Posisi: Exorcist
Cabang: Asia
Umur: 20

[REGISTER] Firstly First Empty
PostSubject: Re: [REGISTER] Firstly First   [REGISTER] Firstly First I_icon_minitime30th October 2009, 11:29

Kehidupan di Black Order

“Lihat orang itu! Dia adalah anak dari keluarga bangsawan Ainsworth. Ah~~ Enaknya menjadi keluarga bangsawan. Hidup mewah, selalu dilayani, dan dipandang hebat oleh semua orang.” Claire menengok kearah dua orang gadis yang sedang berbicara. Ia terdiam sambil memerhatikan kedua orang itu yang terus memuji-muji seorang anak bangsawan yang baru lewat dengan sebuah kereta kuda mewah.

“Clairette? Kenapa berhenti? Ayo kita harus segera menyelesaikan tugas ini.” Panggil salah seorang rekan kerja Claire yang merupakan seorang Exorcist juga.

Claire buru-buru mengalihkan pandangan matanya dan mengangguk, “Ti-tidak apa-apa kok, va bene (it’s alright).” Iapun kembali melangkah bersama rekan-rekan Exorcist lainnya. Saat itu Claire sedang ditugaskan untuk melawan akuma yang sedang ‘meneror’ salah satu sudut kota London. Ia yang biasanya selalu fokus dan serius bila sedang mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan nyawa banyak orang, kali ini malah memikirkan hal lain.

‘Ternyata dimanapun tempatnya, orang-orang biasa selalu memandang tinggi keluarga bangsawan. Baik di Italia maupun di inggris, rakyatnya selalu berpikir kalau keluarga bangsawan itu hidup dikelilingi oleh kesenangan, tidak memiliki masalah sama sekali. Padahal kebenarannya tidak selalu seperti itu.’ Ucap Claire kepada dirinya sendiri dalam hati. Beberapa saat kemudian kenangan-kenangan masa lalunya kembali berputar di otaknya bagaikan rekaman video yang dimainkan secara tidak sengaja.

Dulu, keluarga bangsawan Clairette sering dituduh sesuatu oleh keluarga bangsawan lain yang berada di bawah keluarganya. Banyak keluarga lain yang ingin menjatuhkan keluarga Clairette sehingga mereka sering di fitnah dan mendapat banyak masalah. Clairette menyayangi kedua orang tuanya dan berpikir bahwa ia tidak membutuhkan hal lain kecuali mereka. Walaupun begitu, ayahnya begitu protektif dan mengakibatkan Clairette bagai burung dalam sangkar emas. Memang ia tidak diwajibkan bersifat layaknya seorang lady yang merupakan salah satu masalah terbesar bagi anak-anak keluarga bangsawan lain. Tetapi peraturan yang tidak memperbolehkannya bermain di luar mansion ataupun pergi ke suatu tempat baru itu sangat menyiksanya. Clairette hanya diperbolehkan bermain dengan anak-anak yang sederajat dengannnya karena ayahnya takut ia di pengaruhi oleh anak-anak jalanan maupun anak-anak yang bukan dari keluarga bangsawan. Tetapi, orang-orang yang disebut ‘teman-teman yang pantas untuk Claire’ oleh ayahnya malah sering mengucilkan Claire karena berbagai alasan. Diam-diam mereka suka menyiksa Claire yang tidak pernah berani mengadukannya kepada ayah dan ibunya. Seluruh kehidupannya sebagai seorang anak keluarga Verrochio yang menggembirakan hanyalah pada saat-saat bersama orang tuanya yang menyenangkan. Tidak cukup kesengsaraan Claire sebagai bangsawan saat itu , ia-pun semakin tersiksa ketika ibunya telah tiada dan ayahnya menghilang. Satu-satunya hal yang menggembirakan baginya telah hilang meninggalkannya yang kini sendirian.

Claire menghirup napas dalam-dalam dan menatap ke langit biru yang sedang tidak berawan dengan mata dipicingkan karena terangnya sinar matahari. “E ‘luminoso (it’s bright).” Ujar Claire kepada dirinya sendiri. Ia memerhatikan langit biru yang kini entah kenapa terlihat lebih luas dibandingkan saat ia melihatnya ketika masih di mansion. Claire pun menyadari kalau kini ia telah bebas, tidak dikekang oleh nama Verrochio sebagai bangsawan. Ia pun sudah tidak sendirian lagi karena di Black Order, rumahnya yang sekarang, ia memiliki teman dan banyak orang-orang yang menyayanginya. Orang-orang yang sekarang merupakan keluarganya…
Back to top Go down
Lupus Corwin
Vatican Central
Lupus Corwin


Posts : 286
Umur : 31
Pemilik : Male

Biodata
Posisi: Supervisor
Cabang: Amerika Utara - Selatan
Umur: 45

[REGISTER] Firstly First Empty
PostSubject: Re: [REGISTER] Firstly First   [REGISTER] Firstly First I_icon_minitime2nd November 2009, 19:41

Sepasang mata memperhatikan kedua jarum pada jam bandul antik yang terletak di sudut ruangan kamarnya. Seakan mengejeknya, kedua tangan waktu itu bergerak sangat lambat di bawah pengawasan kedua manik mirip arang yang rasanya siap terbakar dan menjadi bara kapan saja. Dan mungkin bila jam itu bisa berekspresi, mungkin sebuah tawa akan terdengar dari mulutnya yang menganga lebar – memamerkan sebuah pendulum dengan lambang salib terbalik raksasa pada bandul di ujungnya – dengan nada pongah yang akan membuat sudut-sudut mulut pria berambut keriting itu semakin tertekuk ke bawah.

Pria berambut keriting itu menyibakkan rambutnya yang dicat sebagian ke belakang dan sebuah desahan yang terdengar seperti desisan sinis meluncur keluar dari mulutnya. Jam antik tadi menunjukkan bahwa sekarang sudah jam setengah empat kurang, dan biasanya sekitar setengah jam lagi beberapa penghuni Markas Cabang Amerika Utara – Selatan akan terbangun. Memang tidak semua, tetapi apabila ada yang memiliki nyali yang sangat tinggi untuk melongok ke dalam kamar Supervisor, maka bisa-bisa Lupus Corwin dipecat dari jabatannya itu.

Ya, sebenarnya hubungannya dengan wanita berusia 30 tahun yang sekarang tengah terlelap di sisinya itu sangat membahayakan kelangsungan karir dan martabatnya. Dia telah merencanakan berbagai skenario pembunuhan dan mengintimidasi banyak orang untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, tetapi dia selalu bisa membungkam mulut setiap orang yang terlibat karena orang-orang itu tidak bisa bertahan menghadapi Lupus apabila mereka hanya sendirian. Lain halnya apabila semua orang di Markas Cabang Amerika Utara – Selatan bersatu menentang kekuasaannya. Bahkan semut yang kecil pun bisa membunuh belalang dalam jumlah yang besar.

Lupus mengelus rambut pirang keabu-abuan Nellie lalu memilin ujung-ujung surai rambut wanita yang terlihat tidak terganggu itu. Fokus kedua mata hitamnya pun berpindah dari perabot-perabot di dalam kamarnya kepada wajah Nellie yang sangat tenang dan jelita. Sulit dipikirkan bagaimana cinta Lupus bisa luntur begitu saja setelah Lucian meninggal – atau lebih tepatnya, dibunuh – tetapi bukan itulah yang memenuhi benak pria berusia 45 tahun itu. Sekarang benaknya sedang memutar ulang sebuah kejadian yang terjadi beberapa tahun yang lalu, saat dia mendapatkan identitas asli informan yang melaporkan kebiasannya kepada Lukas. Harus diakui, melacak seorang Nellie Barker tidaklah begitu mudah karena ada banyak sekali orang-orang yang berada di dalam Markas Cabang Amerika Utara – Selatan. Dan jujur saja, kalau Lupus tidak jatuh cinta pada Nellie, mungkin sekarang wanita itu hanya tinggal nama.

Jadi apa yang sebenarnya memenuhi pikiran Supervisor tertua setelah Ezekiel Wright itu? Sebenarnya yang memenuhi pikirannya adalah rasa curiga kepada wanita yang masih terlelap itu.

‘Bagaimana caranya seorang Section Staff biasa yang berbeda Section bisa mengetahui kebiasaanku? Tidakkah itu sedikit mencurigakan?’ Lupus mengelus dadanya ketika pertanyaan-pertanyaan itu berkelebat di dalam benaknya. Dia mengiyakan kebenaran bahwa itu sedikit mencurigakan, dan dia jelas harus mencari jawaban yang memuaskan untuk pertanyaan sebelumnya. Sebuah senyum yang muncul tak lama kemudian mengangkat sudut-sudut mulut sang Supervisor, dan sekali lagi dia mengelus rambut Nellie.

Dan kali ini wanita itu terbangun diikuti oleh munculnya sebuah rasa lega kecil di dalam hati Lupus.

“Hmmm, ada apa, sayang?” tanya Nellie sambil mengerjap manja.

“Waktunya kau kembali ke kamarmu, Nellie,” jawab Lupus tanpa menghapus senyumnya yang memikat, “sekarang sudah hampir jam setengah empat.”
Back to top Go down
http://malesishere.wordpress.com
Milenka K. Lyova

Milenka K. Lyova


Posts : 15
Pemilik : Issei Akira

Biodata
Posisi: Finder
Cabang: Asia
Umur: 18

[REGISTER] Firstly First Empty
PostSubject: Re: [REGISTER] Firstly First   [REGISTER] Firstly First I_icon_minitime2nd November 2009, 20:56

Suasana kafetaria siang itu cukup ramai, penuh dengan para Finder dan Section Staff yang sedang makan siang. Beberapa Exorcist juga kelihatan di sana, meski keberadaan mereka hampir tidak terdeteksi karena tenggelam oleh banyaknya Finder dan Section Staff. Yang jelas, ruangan itu sangat ramai karena obrolan orang-orang yang ada di dalamnya. Tapi bukan berarti semua orang yang ada di situ mengobrol. Ada beberapa orang yang menyantap makan siangnya dalam diam. Salah satunya, tak lain dan tak bukan adalah Milenka Kirillovna Lyova.

Gadis berdarah Rusia itu menyantap stew-nya dalam keheningan total. Meskipun ia duduk di antara rekan sesama Finder yang lain, tak satupun kata terucap dari bibirnya yang terus membuka dan menutup untuk menyantap makan siangnya. Sepertinya, tak ada satupun orang yang sadar bahwa gadis itu duduk di sana. Kehadirannya seolah-olah hanyalah seperti hantu penunggu kafetaria.

Selesai makan, ia pun langsung beranjak pergi tanpa suara. Ia berjalan menyusuri koridor markas tersebut dalam diam, tanpa sepatah katapun terucap dari bibirnya. Ia pun tidak memikirkan mau ke mana ia sekarang. Ia membiarkan kakinya membawanya tanpa arah, sampai akhirnya ia tiba di kapel yang terletak di tengah-tengah taman. Tanpa banyak berpikir, tangannya meraih gagang pintu kapel dan membukanya perlahan. Tidak ada siapa-siapa di dalam. Suasananya begitu hening, seperti berada di dunia lain.

Milenka melangkah perlahan ke depan altar, lalu berhenti tepat di tengah-tengah ruang kosong antara altar dan barisan kursi. Entah didorong oleh apa, gadis itu mengubah posisi berdirinya menjadi posisi persiapan untuk menari balet. Ia lalu berdiri dengan kedua ujung kakinya, kemudian mengangkat kaki kanannya untuk melakukan posisi Arabesque à la hauteur, tetapi...

...ia terjatuh. Rasa sakit yang dirasakan oleh ujung jari dan selangkangannya terasa begitu menusuk. Sudah berapa tahun ia tidak menari? Empat tahun? Pantas saja ia sudah kehilangan kelenturannya. Setelah terdiam beberapa saat, ia tersenyum getir. Mengapa, setelah 4 tahun ia berhenti menari, mendadak ia ingin menari lagi? Sudah terlambat kalau ia mau menyesal sekarang. Ia sudah berpaling terlalu jauh dan tidak akan bisa kembali lagi.

Menahan semua rasa sakit yang ia rasakan, Milenka berdiri lagi dan melangkah keluar dari kapel. Ia berjalan perlahan menuju kamarnya, sambil memikirkan kira-kira perasaan 'ingin menari lagi'-nya tadi itu sebenarnya pertanda apa. Namun begitu seorang Section Staff divisi Diplomatic & Communication datang menghampirinya dengan membawa sepucuk surat bersegel resmi, gadis itu berhenti mempertanyakan tentang pertanda apa yang dibawa oleh perasaannya saat itu.

"Nona Milenka Kirillovna Lyova? Ada surat dari Supervisor untuk Anda," kata si Section Staff sambil menyerahkan sepucuk surat itu kepada Milenka. Ia segera mengambil dan membuka surat itu, lalu membaca isinya dengan cepat. Mata birunya menelusuri kata demi kata yang tersusun dengan rapi dan formal di dalam surat itu. Dan begitu ia selesai membacanya, ia langsung memasukkan surat itu ke dalam saku jubah Finder-nya.

"Terima kasih," ucapnya pelan sebelum melangkah masuk ke dalam kamarnya dengan cepat. Ia menghela nafas panjang. Surat pemindahan. Terhitung sejak tanggal 10 Januari 1880, ia bukan lagi anggota Black Order Cabang Eropa, melainkan anggota Black Order Cabang Asia. Tak pernah terpikirkan olehnya bahwa ia akan pindah dari tempat yang ia sebut 'rumah' selama 4 tahun terakhir. Ia menggenggam erat rosario yang ia simpan di balik pakaiannya sambil menahan keinginan untuk menangis.

Dulu, pelarianku di kala sedih adalah menari... Sekarang, setelah aku sudah membuang semua kehidupan menariku, aku merasa sangat sedih. Apa lagi yang harus kulakukan sekarang? Apa?

Air mata pun bergulir perlahan di pipi gadis itu, masih dalam kesunyian.



OOT : lalalala, ini mah saya bikin omake namanya Laughing *disambit*
Back to top Go down
Kara Yilmaz




Posts : 6

Biodata
Posisi: Section Staff
Cabang: Afrika - Timur Tengah
Umur: 21

[REGISTER] Firstly First Empty
PostSubject: Re: [REGISTER] Firstly First   [REGISTER] Firstly First I_icon_minitime3rd November 2009, 08:05

"Let us reflect in another way, and we shall see that there is great reason to ope that death is a good...--either death is a state of nothingness and utter unconsciousness, or, as men say, there is a change and migration of the soul from this world to another."
- Aristotles, from "The Apology"


Buku bersampul keras itu menutup secara perlahan. Ratusan lembar halamannya berjatuhan, menimpa satu sama lain dalam ritme cepat yang efektif namun elegan di saat yang sama. Dengan kedua tangannya, Kara mengangkat buku tebal tersebut. Berat. Begitu berat hingga pemuda itu akhirnya menjatuhkan buku tersebut secara kasar di atas buku tebal lainnya. Suara bedebum merobek keheningan di dalam perpustakaan yang kosong petang itu. Beberapa orang segera berhenti dari kesibukannya, spontan menengok ke arah sumber suara bagaikan meerkat pada padang rumput. Masa bodoh, Kara segera beralih pada buku selanjutnya.

Filosofi yang mendasari dunia psikologi. Dimanakah jiwa dan pikiran itu?

Pertanyaan yang terkesan sederhana, namun di saat yang sama begitu kompleks--seperti halnya berbagai macam hal lainnya dalam dunia ini. Jawaban ganda. Dimanakah jiwa dan pikiran itu? Apakah di dalam hatimu, ataukah di dalam otakmu? Apakah manusia merasakan kesedihan dengan hatinya, ataukah dengan otaknya? Kalau memang berada pada otak, mengapa mereka menyebutnya sebagai sakit hati dan bukan sakit otak?

Dan ketika pertanyaan ini terjawab, datanglah pertanyaan selanjutnya; kemanakah kita setelah mati?

Kara membanting tutup buku tebalnya. Sungguh, ia bukan sedang frustrasi. Hanya berkontemplasi. Ia telah menguasai anatomi otak manusia, ia telah berhasil memanipulasi emosi dan stabilitas manusia. Namun dua hal yang pasti; ia tidak bisa memanipulasi pikiran, dan ia tidak bisa menguasai kematian.
Back to top Go down
Diavlea S. Goethe

Diavlea S. Goethe


Posts : 52
Umur : 29
Pemilik : Kumohare[n]

Biodata
Posisi: General
Cabang: Amerika Utara - Selatan
Umur: 27 y.o

[REGISTER] Firstly First Empty
PostSubject: Re: [REGISTER] Firstly First   [REGISTER] Firstly First I_icon_minitime3rd November 2009, 21:01

Hari yang baru dimulai dengan gaya rambut baru. Oh astaga, betapa merepotkannya memiliki rambut panjang—yang bahkan tidak dapat kembali rapi secara otomatis setiap pagi. Kembali wanita itu menyisir rambut hitamnya—yang benar-benar kusut—mengikatnya di kedua sisi kepala agar sesuai dengan imaji anak gadisnya. Diavlea melihat sosoknya dalam cermin. ‘Gadis’ bertubuh kecil dengan balutan seragam hitam-putih yang menutupi nyaris seluruh kulit putihnya, obsidian gelap yang tampak kecewa dan dirinya yang menghela nafas. Wanita itupun berlalu, menghampiri pintu kamar dan langsung menutupnya.

Pagi itu usianya genap 26 tahun. Diavlea—dengan nama panggilan Lea—menghirup secangkir coklat panas yang ia ambil dari kafetaria tanpa persetujuan sang koki. Kedua lututnya dirapatkan agar tangan kirinya yang bebas dapat memeluk tubuh yang kecil itu. Hidungnya menangkap harum manis dari coklat selain hamparan salju di depannya. Entah sudah berapa lama ia duduk di sana, mengabaikan teriakan sarafnya yang memprotes atas meresapnya salju ke jubah yang mulai membasah. Saat itu musim dingin dan ia sama sekali tidak peduli. Lagipula Lea sudah terbiasa bermalam di tengah badai salju.

“Hmm..” bergumam, sesekali menghirup coklatnya yang mulai dingin, atau memperhatikan kristal-kristal putih dengan nama salju turun dan meresap dalam coklatnya. Dan setiap hal itu terjadi, ia akan tertawa kecil. Sebuah ide terlintas di pikirannya. Mungkin ia akan menyeret koki di kafetaria untuk menuang semua coklat di atas hamparan salju ini dan menghidangkannya sebagai bonus di Malam Natal. Ide yang bagus, kalau Black Order cabang Amerika adalah miliknya.

Wanita itu menyeruput coklat hangat yang hampir habis, kemudian membaliknya sedemikian rupa agar tetes terakhir masuk ke mulutnya yang mengembang menjadi sebuah senyum licik setelah selang dua detik. Berapa Exorcist atau Section Staff yang akan ia butuhkan untuk membuat es coklat raksasa tadi, ya? Ia mengembalikan gelas coklat panas ke kafetaria dengan langkah ringan, menatap semua orang di sana dengan tatapan yang membuat nyaris semuanya menoleh dan memandangnya dengan ngeri. Tidak ada yang bisa menolak. Bagaimanapun hari ini adalah hari ulang tahunnya.




(CMIIW Neutral)
Back to top Go down
Gary Stewart

Gary Stewart


Posts : 14
Umur : 30
Pemilik : Woof

Biodata
Posisi: Finder
Cabang: Amerika Utara - Selatan
Umur: 26

[REGISTER] Firstly First Empty
PostSubject: Re: [REGISTER] Firstly First   [REGISTER] Firstly First I_icon_minitime5th November 2009, 16:13

Suasana kafetaria di Markas Cabang Amerika Utara-Selatan tidak pernah seramai ini karena banyak tim telah kembali dari misi beberapa hari yang lalu. Celotehan ceria memenuhi atmosfir dan keceriaan mewarnai wajah-wajah para anggota Black Order yang kembali bertemu dengan relasi mereka yang telah mempertaruhkan nyawa demi memenangkan perang suci ini. Meskipun air mata lega dan haru masih menggenangi beberapa pasang pelupuk mata, tetapi tidak ada raut wajah yang tertekuk ke arah yang tidak mengenakkan hati. Ya, semuanya bergembira hari ini, tak terkecuali seorang pria berambut sandy blond yang beberapa saat yang lalu bergabung ke dalam atmosfir keceriaan itu.

Kedua tangan Gary terangkat tinggi, masing-masing memegang segelas bir ringan yang baru dituang dari tong-tong yang dijajarkan di dekat Gary. Senyum lebarnya yang khas terbentuk di wajahnya dan semua mata teralih kepadanya ketika dia menaiki sebuah meja dan berteriak, "Hei, semuanya! Hari ini aku yang traktir!"

Teriakannya tadi disambut oleh sahutan sorak gempita lainnya dari semua orang yang berada di dalam kafetaria, baik Support Service maupun Active Service. Beberapa pria berseragam hitam-merah dan hitam-putih segera menghampiri meja-meja bartender dan segera memesan dengan antusias. Gary sendiri hanya melebarkan senyumnya yang tetap terlihat polos, sehingga mungkin orang-orang yang ada di ruangan itu tidak berpikir untuk menanyakan dari mana Gary bisa mendapatkan uang yang cukup banyak untuk membiayai suplai stok makanan dan minuman yang harus cepat-cepat diganti di kemudian hari. Ya, mungkin tidak ada yang berpikir demikian kecuali seorang wanita yang berdiri mematung di pintu kafetaria yang dipunggungi Gary dengan cambuk terentang kencang di depan dada.

Mungkin kali ini "Gary si Licin" akan tertangkap juga.


Last edited by Gary Stewart on 5th November 2009, 22:44; edited 1 time in total (Reason for editing : Mencetak miring frase "sandy blond")
Back to top Go down
http://malesishere.wordpress.com
Konstantina Abovian

Konstantina Abovian


Posts : 18
Pemilik : Chief

Biodata
Posisi: Section Staff
Cabang: Afrika - Timur Tengah
Umur: 24

[REGISTER] Firstly First Empty
PostSubject: Re: [REGISTER] Firstly First   [REGISTER] Firstly First I_icon_minitime5th November 2009, 17:59

"Maafkan saya seandainya saya telah membuatmu merasa tidak nyaman."


Blah, blah, blah. Bagaimana mungkin ia bisa mempercayai kata-kata yang diucapkan tanpa ekspresi seperti itu? Pada saat itu ia berumur belia, hendak menginjak usia delapan-belas tahun; muda? Ya, memang muda, tetapi ia tidak bodoh. Ia tidak cukup bodoh untuk--

"Saya sungguh tidak bermaksud demikian."


--ia tersadar dari renungan akan potongan masa lalunya oleh suara yang dihasilkan pintu kantor supervisor yang terbuka. Spontan, ia berdiri, menyambut kedatangan atasan yang telah dinanti-nantinya. Langkah gadis itu, Konstantina, menandakan keberadaannya dengan hentakan keras tumit hak tinggi pada permukaan yang diinjaknya.

"Masihkan kau sudi bekerja di bawahku, Nona Abovian?"


Ia mendengus, meletakkan beberapa berkas di atas meja pria yang hendak kembali mengerjakan tugas seusai menyantap makan siang, dengan wajah ketus. Mata abu-abunya memandang tajam pria yang baru menduduki kursinya itu. "Saya benci bekerja di bawah Anda."

"... Aa."

"Telah saya periksa laporan yang masuk, dan yang benar-benar patut Anda periksa hanya ini dan ini." Sisanya, telah dia kerjakan. Tentu, ia tahu pria Mesir itu akan tetap memeriksa hasil pekerjaannya dan menyempurnakannya. Paling tidak, ia sudah meringankan beban Hakizi Mana; tanpa gaya pemikiran macam ini, mungkin amarahnya sudah meluap di luar kendali.

"Terima kasih banyak. Anda sangat membantu."

Ia mengertakkan giginya. Dini hari, ia menyodorkan jadwal kegiatan hari itu untuk Hakizi Mana, yang memberikan ucapan terima kasihnya dengan wajah tanpa ekspresi itu, seperti biasa. Ia juga telah mengantarkan ayran, minuman yoghurt berasa unik itu, dengan kualitas terbaik, langsung ke meja sang supervisor, dan respon yang didapatkannya sama. Mengikuti, keheningan, dan kebingungan dirinya akan tugas berikut yang harus ia emban.

Minimal, hingga pria itu menyadari hentakan tumit sepatunya pada lantai kantornya. Konstantina mengangkat alisnya, menantang lelaki yang memandangnya dengan datar itu.



"Kau boleh memberi tahu saya jika ada sesuatu yang kau inginkan. Kau tahu?"


"Ada sesuatu yang kau inginkan, Nona Abovian?"

Pertanyaan yang sama, jawaban yang sama.



"Tugas."

"Baiklah. Santap makan siang yang lengkap, dalam tiga puluh menit."



"Kau bukan sekadar bawahan, dan saya juga bukan sekadar atasan. Saya adalah supervisor, pengawas dan penjaga. Saya harus menjagamu juga...


Apa yang ia jawab saat itu?

Dehaman keras dari dirinya. Wanita dalam balutan setelan jas dan celana formal itu berbalik, tetap pada tempatnya. "Perintah adalah perintah. Akan saya jalankan."



"Saya bangga mendengarnya."



... Ya, Tina?"



'... Ya.'
Back to top Go down
Audric Knight

Audric Knight


Posts : 2

Biodata
Posisi:
Cabang: Asia
Umur: 18

[REGISTER] Firstly First Empty
PostSubject: Re: [REGISTER] Firstly First   [REGISTER] Firstly First I_icon_minitime5th November 2009, 21:28

Audric menguap lebar sambil merebahkan badannya di kursi Kafetaria yang masih kosong pada jam itu. "Benar-benar membosankan.." Ucap Audric yang menggigit pena dengan tatapan ke arah langit-langit. "Mungkin menarik kalau tokoh utamanya ku buat sengsara sampai akhir cerita..." Keheningan kemudian menguasai tempat itu. Hanya ada Audric dan suara-suara kecil lainnya(yang entah apa itu) disana.


"Haha.." Audric bangun dan membuka buku di atas meja Kafetaria melanjutkan menulis sesuatu.


Tap Tap Tap


"!!!"

Audric terkejut mendengar adanya suara langkah kaki lewat tengah malam ditempat seperti ini. Refleks Audric langsung menutup bukunya dan bersembunyi ke bawah meja panjang Kafetaria sembari menunggu suara langkah kaki itu menjauh. Audric kemudian mendengar suara langkah kaki itu semakin mengecil dan mengecil. Meski sudah tidak mendengar apa-apa lagi, Audric tidak keluar dari bawah meja dan malah melanjutkan kegiatannya di bawah situ.


Sret,Sret,Sret


Dikarenakan senyapnya malam, suara torehan pena Audric-pun jadi terdengar jelas. "Ketika sendirian di Mansion Ravpire, Lheo mengendap-endap..." Batin Audric melanjutkan menulis cerita dengan asyik. "Dan saat melangkah Lheo tidak menyadari bahwa Ravpire mengikuti dibelakangnya...". Semakin asyik Audric menulis semakin tampak mimik tegang diwajahnya, padahal dia sendiri yang menciptakan cerita itu benar-benar orang yang aneh,haha.


"Lalu Lheo merasa bulu kuduknya berdiri... Perlahan ia menoleh kebelakang dan..." Tanpa Audric sadari kalau ada secercah cahaya yang berasal dari sampingnya.


"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya seorang staff dengan rambut acak dan wajah pucat seperti mayat berjongkok di samping Audric. Tampaknya salah satu staff lembur yang sedang cari angin.



Karena merasa ada yang menyapa Audric terkejut dan langsung menoleh.

"RAVPIRE!!"

Teriak Audric kencang membuat malam itu tidak sunyi seperti sebelumnya lagi.
Back to top Go down
Vanya Muller

Vanya Muller


Posts : 58
Pemilik : masamune11

Biodata
Posisi: Finder
Cabang: Afrika - Timur Tengah
Umur: 23 tahun

[REGISTER] Firstly First Empty
PostSubject: Re: [REGISTER] Firstly First   [REGISTER] Firstly First I_icon_minitime8th November 2009, 19:20

Mata biru menatap lurus pintu kayu.

Vanya Muller, putri dari seorang pengurus sampah, berdiri di depan pintu kamarnya sendiri. Sudah tiga tahun ia dididik menjadi seorang Finder yang dapat diandalkan dan mampu menjadi motor dalam pencarian Innocence. Tidak, tugas mereka bukanlah mengalahkan akuma; dia memiliki peran kecil dalam perang yang sudah berlangsung ribuan tahun lamanya, sama dengan mereka yang berniat menjadi Finder. Peran mereka mungkin kecil, namun penting.

Tangan kanan sang gadis menenteng tas yang berisi baju dan perlengkapan mandi. Di samping kiri, beberapa kardus berisi buku cerita, lembaran teka-teki kata-kata, dan seperangkat peralatan teh miliknya tertata rapi. Tangan kirinya mengepal; kulit bersentuhan dengan kunci besi dari ruangan yang ada di depannya.

"...Ah, hari pertama di sini." Gadis berambut hitam ini hanya berujar pelan. Gugup; suatu hal yang wajar bagi seorang yang mungkin akan diberi tugas keesokan harinya. Kesialan? Tidak, ia melakukan ini karena memang mau, Apa yang sial dari semua itu?

Tangn kiri sang gadis memasukkan kunci, langsung ke dalam lubang kunci yang tampak agak usang. Mungkinkah kunci ini masih bisa berfungsi? Bagaimanapun juga, lubang kunci tersebut tampaknya sudah berkarat. Meski dengan tampak luar demikian, tangan gadis ini tetap memutar kepala kunci... dan berhasil. Sebuah bunyi 'klik' kecil dapat terdengar, sementara Vanya mendorong pintu tersebut--terbuka, menampilkan kamarnya yang baru.

...

Baiklah, mungkin bukan kamarnya semata.

Ruangan kosong yang ada di hadapannya seakan merindukan banyak hal. Mungkin pemilik awal dari kamar ini cukup malas untuk mendekorasi ruangan... atau memang Hakizi Mana sudah memberikan mandat pada bagian kebersihan untuk mengembalikan bentuk kamar seperti semula. Yang pasti, ruangan yang ada di depannya ini tampak sepi akan dekorasi.

Gadis ini tersenyum sebelum melangkah masuk ke dalam ruangan. Tangan kirinya tidak lupa menggeret sebuah tas yang lebih kecil--tas yang berisi identitas dari kamarnya.

"Baiklaaaah! Saatnya bekerja!"

Saatnya mendekor ruang tempatnya beristirahat.
Back to top Go down
Louis Eastwood

Louis Eastwood


Posts : 30
Umur : 34
Pemilik : LLJ

Biodata
Posisi: Exorcist
Cabang: Amerika Utara - Selatan
Umur: 16

[REGISTER] Firstly First Empty
PostSubject: Re: [REGISTER] Firstly First   [REGISTER] Firstly First I_icon_minitime9th November 2009, 19:15

Salju putih bertebaran di mana-mana. Tebalnya membuat setiap langkah kaki melesak ke dalamnya. Ke manapun mata memandang, yang terlihat hanyalah warna putih seperti hamparan kapas yang dingin. Tak hanya di jalanan, salju juga menyelimuti atap dan beberapa bagian gereja tua St. Antony yang bersebelahan bangunan dengan panti asuhan. Pohon-pohon cemara tua sedang dipelihara dengan baik untuk kelak dihias dalam Hari Natal yang semakin dekat.

Dinginnya udara yang dihirup seolah mencengkeram paru-paru. Lalu dalam tiap hembusan nafas, tercipta kepulan asap putih yang hangat. Lou merapatkan mantel kulit beruangnya dan menghangatkan kedua tangannya ke dalam sakunya. Ia melirik kesal pada Golem hitam yang terus mengepakkan sayapnya tanpa peduli bahwa ia membuat udara semakin terasa dingin di tengkuk Lou. Sepatu botnya terbenam di dalam salju sampai di atas mata kakinya, membuatnya tak bisa berjalan cepat-cepat. Dengan Raphael's Requiem seberat 7 kg di punggungnya, rasanya seperti berjalan di tengah kubangan lumpur saja. Dia mengangkat pandangannya ke arah anak-anak panti yang berlari berkejaran sambil tertawa riang beberapa meter di depannya. Tersenyum sambil menghembuskan nafas panjang, Lou diam-diam iri pada kelincahan dan ketangkasan mereka.

Berusaha melupakan kertas-kertas laporan yang tertunda di kamarnya, Lou melihat seorang anak perempuan terjatuh ketika berusaha mengejar teman-temannya. Tak ada yang menoleh ke belakang. Mereka semua terlalu sibuk bermain lempar-leparan salju, sementara si anak perempuan mulai menangis di tengah usahanya berdiri.

Lou berjalan mendekatinya dan menariknya berdiri sambil kemudian dia berjongkok di depannya dan menyapanya dengan senyuman ramah, “Kau tidak apa-apa?”

Anak perempuan itu mengerutkan mukanya, berusaha keras tidak menangis. Wajah manisnya seketika merona merah. Dia bukannya bisu, tapi rasa sakit dan perih di lutut kanannya seakan menyumbat kerongkongannya.

“Coba lihat,” Lou menemukan sayatan agak parah di lutut kanan anak itu yang sedikit mengeluarkan darah. “Heee, hebat, ya, kamu tidak menangis!” Lou berseru takjub pada anak itu sambil menurunkan Innocence-nya dari punggungnya.

Anak perempuan itu merona merah. Lalu ia nyengir lebar membalas rasa takjub Lou padanya yang sebenarnya hanya sebuah hal yang remeh.

Lou mencabut sapu tangan dari saku kemejanya, lalu membebat lutut anak itu dengan lembut penuh kasih sayang. Kemudian dia menepuk kepala anak itu, memberinya sedikit usapan, seraya nyengir dan berkata, “Nah, sekarang sudah beres. Temui Suster Rossie untuk minta obat darinya, ya?” Dia menambahkan ketika Golem-nya memberi isyarat telah diterimanya sebuah pesan.

Anak perempuan itu mengangguk kuat-kuat. Dia berlari kembali ke panti asuhan setelah melambai pada Lou sambil berteriak, “Makasih, Kakak!”

Lou berdiri dan tersenyum sambil membalas lambaian tangan itu, lalu berpaling pada si Golem. “Apa?”

“Ada panggilan. Anda diminta bersiap-siap untuk misi. Segera!” begitu kata si Golem.

“Oke!” Lou memberi hormat pada Golem itu, lalu berjalan pulang ke Black Order dengan penuh semangat. Mungkin karena terlalu semangat, ia sampai lupa kalau ia sedang berjalan di atas salju sambil memikul beban Innocence di punggungnya. Ia menyandung gundukan salju kecil yang ia buat dengan langkah kakinya sendiri dan jatuh terjerembab dengan hidung menghantam tanah bersalju. Berat Innocence di punggungnya semakin membenamkannya. Seluruh tubuhnya dengan sendirinya segera terlumuri oleh salju, bahkan ketika ia bangun.

Tak dinyana, seorang anggota staf Black Order berani mengomentarinya melalui Golem yang menyertai Lou itu, “Haih, benar-benar masih bocah. Makanya punya Innocence jangan berat-berat begitu. Lihat, kau jadi tidak bisa tumbuh...”

“BERISIK! TIDAK USAH PROTES!” amuk Lou, melemparkan segenggam salju ke arahnya yang membuat si Golem bereaksi menghindar secara otomatis.


Last edited by Louis Eastwood on 3rd February 2010, 06:03; edited 3 times in total
Back to top Go down
http://inyourheart.playblogger.com/index.htm?mod=profile
Philander Granville




Posts : 12

Biodata
Posisi: Section Staff
Cabang: Afrika - Timur Tengah
Umur: 26 y.o.

[REGISTER] Firstly First Empty
PostSubject: Re: [REGISTER] Firstly First   [REGISTER] Firstly First I_icon_minitime9th November 2009, 19:54

Matanya menatap menara gelap di depannya, sebuah pemandangan abstrak yang membuat senyumnya merekah, menipis, lalu menghilang, digantikan kemantapan sinar matanya. Ia akan menjadi bagian dalam organisasi itu dan tidak pernah terpisah dari Magna yang mendahuluinya tahun lalu. Mungkin bukan sebagai Exorcist seperti Carol, tetapi asal ada gadis yang dicintainya itu, menjadi tukang pel pun dia tidak masalah

Así que esto es?” katanya dalam bahasa Spanyol kepada Carol—yang memang asli warga kelahiran Venezuela—dan ditanggapi dengan sebuah anggukan kecil gadis itu. Ia tidak membawa apapun selain apa yang melekat pada tubuhnya sekarang. Bagaimanapun, statusnya sekarang adalah ‘pelayan yang kabur dari rumah majikannya’; entah bagaimana keadaan kediaman Aspinella sekarang. Tapi ia tidak peduli, karena yang ada di pikirannya hanya Magna.

Senyum kecil mengembang, menatap Carol yang sekarang memerah—mungkin karena malu, “Muchas gracias por la me,” tambahnya yang dibalas dengan senyum. Entah apa ia akan diterima jika ia mempromosikan kemampuan berbahasanya.

Phil melipat tangannya di depan dada, memandangi menara itu dengan bingung sementara sepatunya mengetuk-ngetuk tanah dengan berirama. “Hei,” katanya, “A dónde iremos a través?




(OOC:
Así que esto es?: There it is?
Muchas gracias por la me: Thank you for showing me
A dónde iremos a través?: Where will we go through?)
Back to top Go down
Carol F. C. Forskina

Carol F. C. Forskina


Posts : 27

Biodata
Posisi: Exorcist
Cabang: Afrika - Timur Tengah
Umur: 21 y.o.

[REGISTER] Firstly First Empty
PostSubject: Re: [REGISTER] Firstly First   [REGISTER] Firstly First I_icon_minitime12th December 2009, 22:09

Sosok mungil di tengah kota. Tubuhnya cukup ramping dengan rambut panjang berombak yang menutupi punggungnya, kontras dengan mata hijau laut miliknya. Raut wajahnya cemas, tampak pucat, membuat kulitnya yang memang putih dari awal menjadi tambah putih. Tangan kiri dan kanannya bebas, tidak membawa apapun dalam genggamannya—padahal pakaiannya hitam, dengan lambang Black Order tersemat di dada kirinya. Usia gadis itu tampak seperti 18 tahun padahal aslinya 21 tahun. Mungkin karena wajahnya yang mungil dan selalu tampak malu sehingga hormon penuaannya agak terhambat.

Carol Forskina berdiri kikuk di tengah kota Turki, mengalihkan pandangannya ke sana kemari mencari rekan sesama Exorcist-nya. Ia baru kembali dari misi dan kembali tersasar di kota karena hiasan rambut yang mengalihkan pandangannya—sekarang malah berharap menemukan hotel dan berharap rekannya dapat menemukannya.

Wajahnya mulai memerah. Mata para pejalan kaki tertuju padanya, mungkin heran melihat gadis muda berdiri selama lebih dari 20 menit sendirian. Berusaha mengalihkan pandangannya agar tidak terlihat malu atau apa, menarik nafas dalam dan mencari siluet hitam di antara kerumunan itu.

“Permisi, nona?” Terlonjak.“I—iya?” Alto dibalas sopran. Gadis itu menatap Carol yang kurang lebih seumuran dengannya, ia tersenyum, dan dengan heran bertanya, "itu temanmu?"

"Ah..." terdiam.


Last edited by Carol F. C. Forskina on 17th December 2009, 11:42; edited 1 time in total
Back to top Go down
Verghei R. Skender

Verghei R. Skender


Posts : 4

Biodata
Posisi: Exorcist
Cabang: Afrika - Timur Tengah
Umur: 21 y/o

[REGISTER] Firstly First Empty
PostSubject: Re: [REGISTER] Firstly First   [REGISTER] Firstly First I_icon_minitime16th December 2009, 22:17

"Vio! Viorica Rocrina Skender, din tine chiar acum!"*

Agak ganjil menyebutkan nama seseorang yang marganya sama dengan dirimu. Tapi hal itu sekarang sudah tak dipikirkannya lagi. Rasa kesal meliputi hampir seluruh sanubarinya sekarang. Sialan dia, awas saja, lain kali akan ia potong sekalian tangannya agar tak melakukannya lagi. Ok, pertanyaan, mengapa seorang Verghei sepertinya tampak berjalan kesana kemari di Cabang Afrika Timur-Tengah ini, tak tentu arah yang penting menemukan sosok yang dicarinya sedari tadi. Ia yakin perempuan yang dicarinya itu pasti masih berada di sekitarnya dan sedang mentertawakan apa yang terjadi padanya tadi.

Ok, pertanyaannya adalah mengapa ia bisa marah-marah seperti ini?

Tak mungkin ia melepaskan emosi tak perlu seperti ini tanpa sebab apapun kan? Yeah, tanyakan saja pada sang saudara perempuannya itu. Kali ini perempuan jahil itu kembali berulah, ada saja hal-hal yang dilakukannya untuk berusaha membuat ia marah seperti ini. Memangnya dia tak punya kerjaan apa? Sialan kali ini begitu ketemu akan ia cincang nanti.

Ok, perlu dijelaskan bahwa kejadian yang terjadi sebelumnya diawali dengan niat iseng, penuh kesengajaan tentunya, bukan seorang Viorica jika melakukan sesuatu yang menyenangkan hatinya dengan kata-kata 'maaf-aku-tidak-sengaja'. Bisa runtuh dunia saat itu juga jika mendengarnya berkata demikian, tulus dari lubuk hatinya. Hei kalau hanya berkata seperti itu siapapun juga bisa kan? Manis di mulut, suatu tindakan yang dengan mudah dapat dilakukan oleh seorang seperti adik kembarnya.

Yeah, sengaja berlari menghampiri, terlihat sekali gestur tangannya yang mendorong tubuh Verghei sehingga kehilangan keseimbangan dan sontak jatuh ke belakang kehilangan keseimbangannya. Ok, perlu ditegaskan bahwa masing lebih baik jika ia jatuh tanpa ada apapun di belakangnya, tapi ia jatuh menimpa seorang gadis, yang kalau tidak salah merupakan staff bagian manajemen, membuatnya terjatuh dengan segala berkas-berkas yang sedang dipeluknya erat di depan dada. Sontak radar kelemahannya mendeteksi bahwa wajahnya tak akan sanggup lagi untuk menahan semburat merah atas phobianya terhadap perempuan.

Bukan takut, hanya membuatnya salah tingkah.

Bukannya menolong yang ada malah meninggalkan secara tidak bertanggung jawab gadis malang itu begitu saja yang tengah berbingung atas apa yang tengah terjadi dan mungkin berusaha menata kembali berkas-berkasnya. Kenapa ia pengecut seperti ini? Harusnya yang ia lakukan adalah menolongnya, bukannya lari tunggang langgang seperti melihat sesosok yang menyeramkan seperti itu! Ok, kejadian itu kembali membuatnya ingin sekali meremukkan gadis yang walau berbagi darah dengannya itu tetap saja batas emosi diperlukannya sebagai seorang manusia.

Tapi ia sendiri tak mengerti. Apakah memang Vio sengaja melakukannya untuk mengurangi rasa kesepian akibat kematian kedua orang tua mereka? Kalau begitu mau bagaimana lagi, walau memang agak kelewatan tapi...

Berhenti.

Tangan kanannya terangkat, membuka satu-dua kancing seragam exorcist yang mengikat bagian paling atas, lehernya. Menarik keluar sebuah benda hiasan pemberian terakhir yang ia dapat ketika itu. Menatapnya dalam keheningan. Ia tak pernah menyangka kejadian seperti itu akan menimpa dirinya dan Viorica, bahkan waktu itu ia hanya sekadar berjalan-jalan sebentar saja untuk menemani Viorica, tapi tiba-tiba semuanya hancur, dengan kedua tubuh orang yang disayanginya ditemukan dalam keadaan tak bernyawa lagi. Tak mengerti apa yang harus dilakukannya ketika melihat adiknya hampir gila karenanya ketika itu.

Sekarang tinggal mereka berdua.
Ia anggota keluarganya yang terakhir.
Ia harus melindunginya.


Seburuk apapun hanya Vioricalah yang tersisa untuk menemani kesendiriannya di dunia ini. Fuh, kalau saja ia bisa lebih tenang. Aneh, padahal juga perempuan tapi kalau bersama dia ia bukannya takut malah kesal. Maklum saja mengingat apa yang gadis itu lakukan pada dirinya selama ini. Lain kali akan ia rusak koleksi pitanya atau kuku yang ia pelihara layaknya nyawa keduanya itu. Memasukkan kembali hiasan yang ia jadikan kalung itu, mengikat kancingnya kembali dan memulai mengambil kembali langkah kaki.

Sebaiknya ia cari saja dulu Viorica.




OOC: *din tine chiar acum!: Keluar kau sekarang juga!
Back to top Go down
Mario C. Demeska




Posts : 9

Biodata
Posisi: Finder
Cabang: Afrika - Timur Tengah
Umur: 24 y.o.

[REGISTER] Firstly First Empty
PostSubject: Re: [REGISTER] Firstly First   [REGISTER] Firstly First I_icon_minitime23rd December 2009, 18:49

It’s okay, it’s not a big deal.

Punggung pria itu tersandar di dinding, tangan terlipat rapi di dada seolah sedang menunggu sesuatu. Kenyataannya dia memang menunggu sesuatu—menunggu sekumpulan orang yang sejak tadi berkerumun tidak jelas untuk menyingkir dari pintu ruang. Kau tahu pintu ruangan rekreasi hanya ada satu kecuali kau melompat dari jendela dan itupun hanya muat untuk dimasuki satu orang.

Jadi, merasa bukan urusannya—lagipula ia tidak terburu-buru—Mario menunggu dalam diam, sekelompok orang yang sejak tadi meributkan sesuatu. Bukan sifatnya ikut campur tapi suara mereka yang sangat keras untuk ukuran pria—pemuda, oke—yang bergosip selayaknya perempuan. Menghela nafas, melihat jam. Ia tidak terburu-buru, lanjutkan saja.

Dua puluh menit...

Apa yang mereka bicarakan dengan begitu hebohnya, astaga. Matanya nyaris tertutup. Ia bukan orang sabar tapi berusaha sabar, berdecak. 20 menit terlalu lama baginya. Mereka kira pria yang sejak tadi menunggu itu akan sabar dan terus menunggu sampai besok subuh? Tidak, tidak akan. Bahkan mereka tidak sadar pria itu mendekat dan terus melanjutkan pembicaraan yang—seperti perempuan, ya.

”Hanya orang bodoh yang berburu di pegunungan,”

Hm?

Berhenti sebentar, melirik tajam kerumunan itu.

”Karena mereka jelas tidak memiliki otak yang cukup untuk melawan binatang buas itu jika mereka membalas dendam,”

Tangan terangkat, mencengkram leher belakang pria barusan, kuat. “Tapi otak mereka cukup untuk bertahan hidup lebih lama,” suara bassnya yang tidak ia perdengarkan sejak tadi menggeram, melirik tajam pada 3 orang lainnya yang pucat melihat rekannya yang masih di tangan pria Etiopia itu.

Berdecak pelan, menarik tangannya dengan kasar dan beranjak ke arah pintu yang sedikit terbuka. Sesama Finder tapi entah kenapa berbeda sekali. Mereka pengecut, begitu juga dia..mungkin. Kembali melirik jam, mendengus pelan seraya menutup pintu ruang rekreasi dengan cara normal, meninggalkan 4 wajah pucat di balik pintu.
Back to top Go down
Viorica R. Skender

Viorica R. Skender


Posts : 6

Biodata
Posisi: Exorcist
Cabang: Afrika - Timur Tengah
Umur: 21 y/o

[REGISTER] Firstly First Empty
PostSubject: Re: [REGISTER] Firstly First   [REGISTER] Firstly First I_icon_minitime27th December 2009, 12:04

"Verg, în cazul în care Papa şi mama?"*
"Papa şi mama.."*
"De ce dracu '? Voi arunca o privire lungă!"*
"Vio, nu!"*
"Papa! Mam--"
(terhenti)
"Vio!"
Suara Verghei tak dapat didengarnya lagi.
Gelap.
Semua terasa kosong.

"Arggh!"




Terbangun. Bulir-bulir keringat dingin mengalir di selosor wajahnya yang saat ini menampakkan raut pucat. Dimana sekarang? Ah ya, ini kan ruangan kamarnya. Apa yang terjadi tadi? Kenangan lama yang kembali bangkit, membuatnya sontak hening sejenak di atas tempat tidurnya. Kedua kaki ia tekuk ke arah dada, yang dibalut dengan sebuah kain penghangat, selimut, sementara itu tangan kanan tertopang di atas kedua lutut yang sudah membentuk sebuah gestur untuknya membuat posisi duduk. Sejenak tangan kiri ia gunakan untuk menyingkap rambut panjang hitam kelam miliknya yang sekarang pastinya sudah berantakan tak beraturan.

Sudah lama kejadian itu berlalu, tapi hingga kini terkadang masih tetap terlintas di mimpinya, maka dari itu ia membenci waktu larut seperti yang terjadi sekarang. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Ia tak mau kembali tertidur dan merasakan semua perasaan itu kembali. Tidak tidur? Bukan ide yang buruk sebenarnya, tapi ia tidak akan mempunyai cukup tenaga besok jikalau ada misi yang diserahkan untuknya kan? Bisa kembali dimarahi oleh Verg yang cerewet itu.

Ah, ya apa Verg sudah tertidur sekarang?

Kalau melihat waktunya sih pasti sudah, tapi ia sendiri tahu persis bahwa kakak kembarnya tersebut suka mengistirahatkan dirinya malam-malam, dan hebatnya tidak berdampak pada daya kantuknya esok harinya. Iri, dia benar-benar iri, jika bisa seperti itu juga mungkin akan enak sekali, dia bisa begadang semalaman bermain dengan koleksi pita dan kuku-kuku palsunya. Membaringkan dirinya di atas permukaan tempat tidur itu kembali, berguling kian kemari untuk mencari posisi yang nyaman walau hasil akhirnya adalah percuma. Mungkin sebaiknya ia berjalan-jalan keluar terlebih dahulu?

Mengingat jam segini pasti akan sepi. Ia pun berdiri, suhu malam itu terkategori dingin, tapi ia tidak terlalu mempedulikan hal tersebut dan masih memakai pakaian tidurnya saat ini, celana mini cokelat auburn dengan kaus tanpa lengan berunsur warna krem, didominasi dengan kaus kaki panjang putih, biarlah, saat ini tubuhnya bahkan tidak merasakan rasa dingin sama sekali. Keluar dari kamarnya perlahan, tak ingin menganggu tetangganya yang lain. Ia memilih untuk pergi ke dapur, mungkin dapat mengambil segelas air putih? Atau teh, bagus juga.

Dan dalam perjalanannya di lorong Cabang Afrika Timur-Selatan yang gelap dan sepi ini ia mendengar langkah kaki seseorang di jalan menuju tikungan, sempat mengira hantu dan hampir berteriak ketika mendapati sosok wajah yang sama dengannya, tak identik tentunya karena wajah tersebut lebih maskulin, dan lebih tinggi darinya.

"Verg! Apa yang kau lakukan disini! Membuat kaget saja!"

Mendapatkan lontaran balasan dengan tambahan bodoh di akhiran kata. Sial, dia mengatakan adiknya sendiri bodoh? Bagus. Melipat kedua tangannya di depan dada, cemberut, dan sepertinya kakak kembarnya menyadari bahwa Vio berpakaian minim di suhu sedingin ini hingga sebuah kehangatan melingkupi tubuhnya, semacam pakaian hangat milik kakaknya yang dibalutkan, lebih besar tentunya, tapi daripada protes dan mendapat ocehan kakaknya itu? Menyadari ada yang aneh, sosok dengan marga yang sama kembali menanyakan mengapa ia bisa berada disini.

Terdiam. Ia lalu memilih posisi duduk di lantai dengan punggung menempel di dinding, melakukan hal serupa Verghei memilih berada di sampingnya. Menceritakan kembali apa yang terjadi. Kehenginan kembali melanda sampai ketika tangan Verghei itu menarik kepalanya untuk bersandar di tubuhnya. Sempat memprotes apa yang dilakukan karena mengira lagi-lagi dianggap anak kecil olehnya, tapi kemudian ia memilih diam, setidaknya berada dalam palungan kehangatan Verghei seperti ini lebih baik daripada sendirian di kamar tadi.

Sentuhan lembut pada surainya.

Dan ia pun memejamkan matanya.




Verg, în cazul în care Papa şi mama?= Verg, mana papa dan mama?
Papa şi mama.. = Papa dan mama..
De ce dracu '? Voi arunca o privire lungă! = Kenapa sih? Lama, biar aku yang mencarinya!
Vio, nu! = Vio, jangan!
Back to top Go down
Abiel Nathanieth

Abiel Nathanieth


Posts : 43
Pemilik : *nbla

Biodata
Posisi: Finder
Cabang: Afrika - Timur Tengah
Umur: 22

[REGISTER] Firstly First Empty
PostSubject: Re: [REGISTER] Firstly First   [REGISTER] Firstly First I_icon_minitime28th December 2009, 17:26

“Aku tak pernah suka daun bawang, Jean…”

Pemuda itu--Abiel nama depannya, Nicolo nama ayahnya--kembali ke posisinya yang semula. Tubuhnya masih duduk di atas kursi, salah satu dari beberapa meja makan yang tersedia di ruang kafetaria. Kedua sikunya bertumpu pada meja. Jangan nasihatinya kembali soal urusan manner dan peraturan bermeja makan yang sopan dan selamat, karena nyatanya toh ia sudah kenyang pengalaman soal itu. Jauh lebih kenyang daripada apa yang telah ia makan hari ini. “Jangan letakkan siku di atas meja”, begitukan? Well, katakanlah itu, nona—berani? Lalu? Nyatanya toh Abel, panggillah ia menggunakan nama itu jika ingin jadi lebih akrab, juga tak akan melakukan apa-apa kalau ujung-ujungnya kau katakana juga. Tidak ada pria mature yang memiting leher perempuan—hanya dengan masalah sepele, ia tahu.

“…Juga seladanya… Kelihatannya mirip makanan kelinci.”

Nyatanya juga, toh tak ada hal lain yang mampu dilakukannya. Tubuh yang tergolong mungil untuk ukuran laki-laki itu masih duduk rapi—jika tidak ingin dikatakan manis—di atas kursinya, belum juga beranjak. Piring porselen putih yang sedari awal tak kunjung kosong itu tak sampai hati ditinggalkan olehnya, bahkan sekalipun isinya bukan sama sekali makanan yang disukainya. Roti isi bertajuk sandwich, makanan khas yang dipopulerkan dari Inggris itu memang enak; hanya jika isinya daging tipis. Selapis saus tomat, atau mungkin juga bacon dan telur. Laki-laki itu memang tergolong pemilih, dan kehidupan di sini jujur saja membuatnya merasa serba susah. Kehidupan bersama di Black Order, berarti berbagi. Hidup bersama, makan bersama. Dan memilih-milih makanan bukanlah salah satu adab yang diperbolehkan di sini.

Nyatanya toh ia sudah cukup kenyang walaupun hanya makan “adab” sekarang.

Tangannya memain-mainkan ujung jemari ke atas meja kembali, satu kebiasaan yang tak pernah luput diakuinya sebagai suatu kebiasaan jelek. Tak ada yang melihat, sungguh. Dan kalau baru saja ia seolah-olah berharap serta memperlakukan bahwa baru saja Jean ada di sini, makan siang bersamanya sembari bercerita—bersenda gurau ringan juga, maka sekarang ia akan mencoba untuk mengelabui perasaannya sendiri. Apa yang barusan ia lakukan? Oh ya, bersikap seperti orang gila; menyebut-nyebut nama kakaknya padahal yang bersangkutan saja sudah tidak diketahui keberadaannya di dunia--yang jelas bukan di ruang kafetaria markas Black Order cabang Turki ini.

Get a life.

Anggaplah itu ditujukan pada dirinya sendiri, yang bahkan harus diakui belum cukup dewasa untuk menerima satu kenyataan itu saja. Beruntung Vanya tidak ada di sini sekarang—gloomy day, emo-ing day. Moody. Kedengaran identik dengan gadis belia yang tengah PMS.
Back to top Go down
Eric Maxime-Olivier




Posts : 18

Biodata
Posisi: Finder
Cabang: Eropa
Umur: 21 tahun

[REGISTER] Firstly First Empty
PostSubject: Re: [REGISTER] Firstly First   [REGISTER] Firstly First I_icon_minitime28th December 2009, 18:03

"Satu, dua, tiga--"

Hal biasa bagi pria berambut hitam ini untuk terus menerus melakukan squat-jump berkali-kali, setidaknya bagi mereka yang sering melihat Finder dengan rambut hitam ini. Kalau dipikir-pikir, hal inilah yang dilakukan pertama kali oleh Eric setelah dirinya menginjakkan kakinya di kamar barunya.

Kamar barunya... bicara soal itu, hidung pemuda ini sempat terasa gatal.

Eric Maxime-Olivier berhenti melakukan hobi yang biasa tak sengaja keluar. Mata hitamnya menyisir kamar barunya--tempat tinggal barunya jauh dari tanah Prancis. Oh, mata hitam tersebut tentunya tidak menunjukkan rasa kesepian atau semacamnya--Eric lebih mengenal dekat apa yang dinamakan rasa optimistik.

Karena itu, melihat debu yang menumpuk di tempat tidurnyda dan meja tempat tulis-menulis, Eric hanya bisa menyengir lebar. Ia melihat suatu prospek besar; sebuah kesempatan untuk bisa menjadi seorang bintang dalam ceritanya sendiri.

Dirinya segera menghampiri meja sementara tangannya menyentuh permukaan yang tebal akan debu. Otot pipinya segera mengendur; sepertinya akan ada banyak pekerjaan yang perlu diselesaikan sebelum ia dapat memulai sebuah petualangan baru--

"Hei! Kau! Ya, kau--"

Kepala segera berpaling ke arah pintu kamar yang terbuka lebar. Jari yang tadinya menyentuh permukaan meja kini menunjuk mukanya. Ekspresi tanda heran (dan linglung) untuk memastikan bahwa orang yang dipanggil memang dirinya. Di depan pintu, seorang staff bagian manajemen bertengger--memanggilnya dengan sebutan kau; yah, baru sampai di tempat tersebut juga... tentunya Eric belum mengenal siapapun, bukan?

"--ada misi terbaru untuk Finder baru sepertimu! Cepat melapor!"

Dan staff tersebut berlalu, meninggalkan Eric yang masih keheranan dengan apa yang terjadi. Namun, cepat atau lambat, senyum tersebut pasti akan muncul kembali. Toh siapa lagi Eric, kalau bukan seorang Finder Black Order cabang Eropa dengan sikap seperti matahari?

"BAIKLAAAAH! WAKTUNYA TAMPIL!"
Back to top Go down
Sponsored content





[REGISTER] Firstly First Empty
PostSubject: Re: [REGISTER] Firstly First   [REGISTER] Firstly First I_icon_minitime

Back to top Go down
 
[REGISTER] Firstly First
Back to top 
Page 1 of 3Go to page : 1, 2, 3  Next

Permissions in this forum:You cannot reply to topics in this forum
Black Order Headquarters :: Welcome to Black Order! :: Registration Room-
Jump to:  
Free forum | ©phpBB | Free forum support | Report an abuse | Forumotion.com