Sebelum BO:Blanka lahir di daerah kumuh Budapest, ibukota Hungaria. Ayahnya adalah seorang buruh miskin yang hobi minum serta berjudi dan tidak segan untuk melakukan tindak kekerasan pada istrinya dan Blanka kecil yang selalu dia umpat-umpat sebagai biang sial dan mendapatkan julukan 'Louhi' yang diberikan ayahnya yang menganggap kelahiran anaknya sebagai malapetaka (Blanka lahir di hari ayahnya dipecat dari pekerjaan tetapnya) ditambah fakta kalau gadis itu memiliki kulit yang sedikit terawang. Setiap kali mabuk ayahnya akan mencarinya untuk mengumpat-ngumpat akan nasib sialnya sendiri sekaligus menyiksa Blanka dan di saat seperti itulah ibunya selalu berusaha melindungi walaupun sebagai gantinya dia akan menjadi sasaran suaminya sendiri. Blanka yang tumbuh dengan melihat pemandangan itu setiap hari menjadi gadis yang sangat tertutup, jarang keluar kamar. Kebiasaannya menyiksa diri saat hendak menangis sudah mulai ada sejak umurnya 13 tahun. Hal ini disebabkan keadaan mentalnya yang sangat tertekan, baginya satu-satunya cara untuk melupakan rasa sakit adalah dengan menciptakan pengalih (untuk Blanka berarti hal itu adalah rasa sakit lain) dan gadis itu selalu berusaha menyembunyikan luka sayatan dan bekas siksaan lainnya.
Pada umur 15, Frigyes Császár, seorang tuan tanah (dimana ayahnya bekerja) melewati daerah rumah mereka dalam perjalanannya ke suatu tempat di luar Budapest dan tanpa sengaja melihat Blanka, yang sedang menimba air di sumur untuk warga sekitar, langsung menaruh minat pada gadis berumur 15 tahun itu dan menanyakan perihal Blanka pada warga sekitar. Ayahnya yang kebetulan berada tak jauh dari Frigyes langsung mengajak bicara pria itu kemudian secara terang-terangan menyebutkan harga yang harus dibayar Frigyes jika pria itu hendak mengambil putrinya (tak peduli mau dijadikan pelayan atau mau dinikahi). Menerima penawaran semacam itu Frigyes ternyata menunjukkan minat dan menemui Blanka bersama dengan ayahnya.
Awalnya Blanka terlihat sangat takut pada Frigyes namun karena Frigyes terlihat sangat baik padanya lama-lama diapun membuka diri pada pria itu. Akhirnya hanya ibunyalah yang tidak menginginkan anaknya diambil karena intuisinya mengatakan Frigyes bukan pria baik. Namun seperti biasa, sang ibu tak dapat melakukan apapun dan menangis di saat Blanka pergi bersama Frigyes yang telah mengatakan kalau akan memperistri anaknya. Dan Blankapun tak memiliki pilihan lain, mengingat ayahnya sendiri sudah benar-benar berniat melepaskannya demi sejumlah uang, serta diam-diam mengharapkan bahwa kali ini kehidupannya akan menjadi lebih baik.
Sesampainya di kediaman Frigyes (manor di daerah perbukitan) ternyata Blanka mendapatkan perlakuan yang sangat berbeda. Frigyes memang telah melakukan upacara sambil memanggil pendeta untuk menikahkan mereka (tanpa perayaan) dan nama Blanka berganti menjadi Blanka Ormonde Császárne namun kelakuan dan wataknya terhadap Blanka ternyata lebih kejam daripada ayah kandungnya. Frigyes tak segan-segan untuk melukai gadis muda itu dan memaksa Blanka untuk melakukan hubungan suami-istri yang tidak wajar (malah lebih bisa dianggap pemerkosaan) dan membuat Blanka semakin menderita apalagi dia dikurung di dalam manor, tidak boleh menemui ibu atau ditemui oleh orang lain. Kebiasaan menyakiti dirinya selalu dilakukan saat Frigyes sedang mengadakan perjalanan panjang ke luar kota.
(saya tidak menulis perbuatan macam apa saja yang dilakukan Frigyes karena takut terlalu vulgar, namun percayalah tak ada hal yang menyenangkan
)
Selama 3,5 tahun bersama Frigyes (usia Blanka 18 tahun), Blanka sering mendapatkan perlakuan tak manusiawi dari Frigyes yang kecewa karena sampai saat itu Blanka tidak memberikannya anak. Perlakuan itupun semakin menjadi-jadi (bahkan Blanka sering disiksa sampai tak sadarkan diri) dan gadis itu juga tidak dapat melawan Frigyes. Para pelayanpun sama takutnya dan hanya membantu mengobati luka-luka Blanka. Bahkan Frigyes pernah mempertaruhkan istrinya sendiri dalam judi.
Sepulang dari perjalanan panjangnya Frigyes membawa pulang sebuah benda mirip peti mati berlapis perak ke kediaman mereka. Peti mati itu adalah sebuah alat penyiksaan kuno yang barusan dia beli dari seorang penjual barang antik yang baru saja mendapatkannya setelah menggali puing sebuah kastil. Anehnya peti itu (yang dikenal sebagai Iron Maiden dengan sebutan Blood Countess) sama sekali tak mau terbuka dengan berbagai cara dan akhirnya hanya dipajang di ruang galeri. Dan sejak pertama kali melihat benda itu Blanka bisa merasakan sesuatu, semacam rasa tertarik yang janggal dan membuatnya sering pergi ke ruangan galeri hanya untuk melihatnya, entah kenapa dia merasakan dirinya menjadi lebih terhibur serta sedikit memiliki keberanian setiap kali melihat Iron Maiden tersebut.
Pada hari ke-5 semenjak kedatangan Iron Maiden tersebut Blanka (sedang berada di ruang galeri) kembali diperlakukan secara kejam. Namun kali ini gadis itu berusaha melawan dan membalas cacian Frigyes. Tak terima atas perlakuan istrinya Frigyes semakin kalap dan mencekik Blanka yang sudah ia anggap tidak berguna (jelas-jelas berkeinginan membunuh). Sorot mata Blanka yang hampir kehabisan nafas menatap peti yang berada di depannya sambil berteriak meminta tolong.
Bagaikan menjawab permintaan tersebut, Blood Countess yang selama ini tidak pernah bisa dibuka mengeluarkan semacam sinar aura aneh. Peti itu terbuka dan langsung menyemburkan ratusan spike ke punggung Frigyes yang akhirnya mati berlumuran darah.
Bingung dan shock adalah reaksi pertama Blanka, sementara spike yang keluar dari dalam Blood Countess tidak berhenti dan tak dapat ia kendalikan (spike itu tidak mengenai Blanka). Waktu itulah beberapa finder yang memang dikirimkan organisasi yang telah melacak keberadaan innocence mendobrak masuk ruangan. Masih dalam keadaan bingung dan ketakutan spike-spike dari Iron Maiden itu menyerang finder dan tak lama kemudian berhenti ketika akhirnya gadis itu pingsan karena shock yang luar biasa (tak ada korban jiwa).
Saat tersadar setelah pingsan seharian penuh ia langsung mendapati dirinya telah berada di kamarnya sendiri dengan beberapa orang finder di sekelilingnya. Seorang finder wanitalah yang memulai pembicaraan dengan Blanka yang intinya menceritakan apa yang terjadi sambil mengatakan pada Blanka bahwa mau tak mau dia harus ikut dengan mereka.
Blanka bergabung dengan Black Order di usianya yang ke 18 sambil menyandang status janda sekaligus membuang nama keluarga almarhum suaminya.
Post BO: Awalnya Blanka dibawa ke BO cabang Eropa dan setelah mendapatkan pengetahuan dan pelatihan yang cukup ia dipindahkan ke Afrika atas permintaannya sendiri yang meminta untuk ditransfer ke cabang mana saja asal bukan Eropa(lebih mudah teringat masa lalu saat berada di Eropa) saat usianya 21 tahun.
Sifatnya yang tak banyak bicara dan menarik diri dari pergaulan membuat Blanka tidak memiliki kawan. Tempat lain yang paling sering dikunjunginya selain kamarnya sendiri adalah infirmary hanya untuk meminta kain kasa serta obat luka untuk mengobati luka-luka sayatan yang sebagian besar dia lakukan sendiri.
Terkadang dia mengirimkan telegram atau uang untuk ibunya (ayahnya meninggal di usianya yang ke-17 tanpa sepengetahuan Blanka) yang telah hidup lebih layak di Budapest semenjak Blanka menjadi exorcist dan tidak lagi tinggal di pemukiman kumuh.
Telah berada di cabang Afrika selama setahun.