Memberikan senyumnya lagi. Terkadang bingung juga bagaimana cara terbaik untuk menghadapi para disciple selain dengan memberi mereka perintah. Oh, pendidik bukan tukang suruh, kalau gurunya dulu pasti bilang begitu, dan sedikit-sedikit Jeong Hu hanya bisa mencontek cara sang guru yang dikaguminya itu untuk diterapkannya kini. Akan tetapi hasilnya tidak sebagus, ia bahkan sering merasa kehilangan respektasi dari orang-orang di sekitarnya. Ehm, baiklah mungkin karena Jeong Hu bukan orang yang ambisius, ia datar-datar saja dan itu tampak tidak menyenangkan.
Satu-dua sekarang, dua orang anak yang harus dididiknya. Diberinya pengetahuan dari pengalamannya. Sulit. Ya sulit. Keduanya bahkan terkesan tidak akan bisa akrab dalam waktu yang singkat. Melihatnya saja merasa lucu.
Menepuk bahu Eun Su, ia mungkin merasa aneh ya dengan sikap orang-orang di sini, gurunya, rekannya, lingkungan baru? Itu biasa terjadi. "Ayo," membuat ajakan, kemudian melirik Lian Jie yang sudah duluan bergerak di depan, kelakuannya itu. Berbalik pada Eun Su lagi, "Tenang saja, ia pasti menyusul. Lagipula anak itu tahu di mana infirmari kok," hanya meyakinkan Eun Su bahwa Lian Jie, mungkin atau pasti akan mengikuti mereka.
...
"Nah, dari ruang latihan ini memang paling dekat ke infirmari. Mungkin karena didesain agar yang terluka saat latihan bisa langsung diberi pertolongan," bergumam panjang. Berjalan keluar, sesekali melirik ke belakang memastikan Eun Su mengikutinya, dan kemudian melirik ke depan agak Lian Jie tidak kabur darinya. Jeong Hu benar-benar... berada di tengah-tengah.
Ia tidak bisa memulai percakapan yang bagus memang.