[PRE-EVENT] Song Eun Su - Tek Xiao Ling

Pusing.

Bukan gara-gara Heidrich berulah lagi, bukan juga gara-gara ia kekurangan darah lagi. Pusing gara-gara paginya ia mendengar berita dari golemnya bahwa ada pertemuan rahasia darurat yang disamarkan dalam acara pesta dansa. Bukan masalah pertemuan rahasia darurat itu yang ia pusingkan. Ia super siap menghadiri pertemuan tersebut. Yang membuatnya pusing adalah 'disamarkan dalam acara pesta dansa' itu.

Seumur hidup, mungkin ini pertama kalinya ia harus menghadiri acara formal semacam itu, selain acara penobatannya menjadi General. Dan mungkin inilah pertama kalinya ia harus berdansa. Semakin dipikirkan, rasanya semakin pusing saja. Mana tidak boleh tidak datang pula. Rasanya pusing tingkat akut.

Seolah belum cukup, kewajiban untuk membawa pasangan juga membuatnya semakin pusing lagi. Kacau. Mana ada batasan usia segala. Tadinya ia mau menyeret Heidrich saja, biar sekalian anak itu punya alasan untuk bertemu lagi dengan ayahnya. Tapi katanya yang dibawah 15 tahun belum boleh ikut, jadi terpaksa ia mencoret nama Heidrich dari daftar kemungkinan pasangan. Mau mengajak Jeong Hu, ia malas. Mau dengen Sei juga malas. Alasannya sederhana, kedua orang itu pasti bawel menasehatinya sana-sini. Xiao Ling maunya mengajak pasangan yang diam saja.

Mendadak, satu nama langsung terlintas di kepalanya. Song Eun Su. Disciple dari Jeong Hu dan teman sekamar Heidrich. Kelihatannya orangnya pendiam, dan sepertinya tidak akan banyak mengomel kalau diseret-seret Xiao Ling. Ia langsung tersenyum puas. Sepertinya anak itu adalah kandidat yang pas. Umurnya juga mencukupi.

Berdiri dari tempat duduknya, Xiao Ling langsung menelusuri seisi kafetaria itu dengan matanya. Saat itu jam makan siang, pasti Eun Su ada di sana, entah di mana. Saat matanya menangkap sosok yang familiar itu, ia langsung berjalan ke arah pemuda itu.

"Song Eun Su, ada hal penting yang ingin kubicarakan," sapanya langsung begitu menemukan sosok orang yang dicarinya itu.

Pesta Dansa?

Wah, pengumuman tentang pesta dansa di cabang Eropa membuat pemuda Korea agak terkejut. Jangankan pesta dansa a la Eropa, Song Eun Su rasanya belum pernah mengikuti acara semacam itu di negeri asalnya maupun di China. Bahkan kemampuan bahasa Inggris-nya, sejujurnya, sangat parah. Dengan pengucapan khas Korea dan kurangnya pengalaman Eun Su, kemampuannya masih dibilang tak terlalu jauh dari angka nol.

Eun Su menghela nafas perlahan. Bahkan kemampuannya bermusik tak bisa digunakan. Pihak pusat hanya mencari pemain alat musik orkestra dan piano. Gayageum termasuk salah satunya? Tidak, tentu saja.

Bagaimana ini?

Sempat terlintas di pikiran pemuda bermata cokelat untuk mengurungkan niat ikut acara pesta dansa itu. Dirinya merasa belum mampu. Bukan merendah atau bagaimana, tapi memang kenyatannya seperti itu. Sebenarnya bisa saja ia berlatih dulu sebelum berangkat nanti.

Eun Su sedikit mendesah. Dahinya sedikit mengerut. Bingung, bingung.

"Song Eun Su, ada hal penting yang ingin kubicarakan,"

Eun Su sontak terkaget karena suara Jendral wanita itu. Ia sedang melamun sampai-sampai ia tak sadar sudah berada di tempat makan. "Ada yang bisa saya bantu, Xiao Ling-nim?" ujarnya sopan tanpa nada seperti biasa. Hmm, tumben juga Jendral Tek Xiao Ling memanggilnya secara khusus seperti ini. Ada apa? Tentang Heidrich kah?

...atau tentang Grand Ball itu?

"Ada yang bisa saya bantu, Xiao Ling-nim?"

Baguslah, sepertinya anak itu bisa diajak bekerja sama. Mudah-mudahan Eun Su tidak menolak tawaran Xiao Ling. Bagaimanapun juga, ia butuh pasangan. Pasangan yang tidak banyak omong, tepatnya.

"Kubuat singkat saja; Aku mau kamu jadi pasanganku di Grand Ball nanti. Jangan tanya kenapa," jawabnya singkat. Daripada menawarkan, kalimat dan nada suaranya lebih seperti memerintah. Yah, dunia bisa terbelah kalau ia mendadak meminta tolong dengan sopan pada orang yang lebih muda darinya.

"Kuharap kamu tidak menolak, Eun Su," tambahnya lagi, dengan senyum mengancam. Rasanya seperti mengatakan 'kubunuh kau kalau menolak' hanya dengan matanya.

Jadi, apa jawabannya?

"Kubuat singkat saja; Aku mau kamu jadi pasanganku di Grand Ball nanti. Jangan tanya kenapa,"

.....

Ekspresi di wajah asia Eun Su tak berubah walaupun terjadi dilema di dalam hatinya. Ia hanya diam sambil berpikir sebaik mungkin. Ada beberapa hal yang membuatnya enggan menolak. Satu, ia pribadi merasa tak enak menolak permintaan seorang berjabatan tinggi. Dua, Eun Su merasa sedikit merinding melihat senyuman di wajah guru teman sekamarnya itu. Tatapan siap marah kalau menolak...atau mungkin bisa terjadi sesuatu yang lebih buruk lagi, Eun Su tak tahu.

Bagaimana ini?

"Jujur saya pengalaman saya masih kurang di bidang itu, Xiao Ling-nim," jawabnya agak ragu--tak mau Jendral di hadapannya merasa tak puas kelak. Berpikir sejenak dan mencoba mengeluarkan ekspresi sewajar mungkin, "...Tapi tawaran anda tak mungkin saya tolak. Terima kasih atas tawaran anda."

Lalu apa?

"Jujur saya pengalaman saya masih kurang di bidang itu, Xiao Ling-nim."

Senyumnya menghilang. Wajahnya jelas-jelas mengatakan 'hei, berani membantahku, bocah?'. Kurang pengalaman 'kan bisa diatur. Yang jelas jangan sampai Eun Su menolak. Repot di Xiao Ling, dan mungkin Eun Su sendiri akan berakhir babak belur.

"...Tapi tawaran Anda tak mungkin saya tolak. Terima kasih atas tawaran Anda."

Xiao Ling kembali tersenyum puas. Tidak salah ia memilih pemuda itu untuk menemaninya. Ia menepuk-nepuk bahu pemuda itu agak keras, lumayan puas dengan jawabannya.

"Bagus. Kamu segera cari baju yang pantas, ya! Sampai ketemu di hari keberangkatan nanti," balas Xiao Ling sambil tersenyum lebar. Tanpa menggubris reaksi lanjutan dari pemuda itu, ia langsung berjalan keluar dari kafetaria dengan senyum puas.

Oh ya, ia hampir lupa kalau Eun Su itu 20 sentimeter lebih pendek darinya. Ya sudahlah, bukan urusannya. Yang penting ia sudah dapat pasangan.

[END]