[PRE-EVENT] Hakizi Mana - Sofia Kyprianos

Around 8-o'-clock, Nighttime
28 January 1880
Staff Dormitory

Hakizi Mana, Supervisor Cabang Afrika - Timur Tengah, adalah lelaki yang mengandalkan hal-hal yang aman, hal yang yang predictable. Menatap ulang pemecahan kode telegram darurat yang dikirimkan oleh Ezekiel Wright, ia hanya dapat memaklumi pesan mahapenting tersebut. Jujur, ketika matanya mendarat pada edisi pertama Dark Courier, surat kabar yang muncul baru-baru ini itu, ia cukup takjub atas pengumuman... apa itu, pesta dansa? Untuk Hari Valentine pula, sejenis perayaan yang sama sekali tidak dia anggap sesuai dengan sang Supervisor Utama.

Tentu, selalu ada tujuan di balik tiap tindakan Ezekiel Wright, dan mereka yang tidak beranggap demikian bekerja di bawah orang yang sama sekali tidak mereka kenal, konyol--bukan berarti Hakizi Mana akan memfrasakannya demikian.

Walau demikian, hal tersebut tidak berubah; Hakizi Mana mengandalkan hal-hal yang pasti dapat dia andalkan, hal-hal yang aman.

Wanita ini adalah salah satunya. Tentu, ia telah mengabari korespondennya ini akan rencana kedatangannya, yang tampaknya disambut cukup hangat. Sesuai dugaannya, tidak diperlukan waktu lama dalam menunggu pintu dibuka. Mendeham, lelaki itu memejamkan mata bergaris kohlnya sesaat, sebelum menatap lurus wanita itu, wanita yang dapat diandalkannya selalu.

"Sofia." Menundukkan kepalanya perlahan; itu sopan. "Maafkan saya; mengganggumu di malam hari seperti ini. Saya hendak memohon sesuatu kepadamu, dan saya harap dirimu tidak berkeberatan.

"Sudah mendengarkah... tentang pesta dansa di Eropa itu?"

Be still, my heart.

Sofia Kyprianos bukannya tidak tahu-menahu tentang, kurang lebih, apa yang hendak dibicarakan oleh Hakizi Mana malam ini... atau mungkin, ia yang terlalu berharap. Namun, ia rasa bukan kebetulan belaka tiba-tiba supervisor cabangnya itu memohon pertemuan dengannya, tepat setelah edisi surat kabar baru itu mendarat di atas meja kerjanya (tentu Sofia tahu; ia yang menitipkannya ke Konstantina Abovian, 'ajudan' pria Mesir itu).

Namun, ia tidak menyangka harapannya yang digantungkan pada probabilitas kecil lelaki sepraktis Hakizi Mana berminat terhadap pesta dansa akan dikabulkan. Tentu, wanita Siprus ini tidak akan mengaitkannya dengan kedatangan suatu telegram tertentu, mendampingi Dark Courier, di atas meja kerja Supervisor Mana.

"... Supervisor." Ah, lelaki itu menundukkan kepalanya. Spontan, ia turut menundukkan kepalanya, sekaligus menyembunyikan rona merah yang meresapi kedua pipinya. "Ah, tentu, untuk perihal apakah?"


... Ternyata, ia tidak terlampau berharap. Ia rasa, tidak ada gunanya juga ia menyembunyikan pipinya yang merah, walau ia masih memiliki keanggunan untuk menyamarkan antusiasmenya yang tergolong berlebihan di balik senyum tenang. "... Tentu, S--Hakizi, erm... Ya, saya sudah melihat pengumumannya saat berkunjung ke kantor Kepala Bagian Cosmo. Uhm... Jadi... apakah Anda membutuhkan pasangan... atau semacamnya?

"Ah! Bila tidak, ya, maafkan saya, terlalu berasumsi..."

"Oh, tidak." Hanya mata yang sedikit melebar untuk kurun waktu teramat singkat; selain itu, Hakizi Mana tidak menunjukkan pertanda terkejut akan ketepatan Sofia. Tentu, dari awal ia memang merasa ia tidak salah telah mengandalkan wanita ini. Wanita yang baik. "Saya lega dirimu sudah mengetahui tepat yang saya hendak minta... sangat menghemat waktu kita berdua."

Ia mendeham, lagi, walau suara yang dihasilkannya tidak berbeda dari sebelumnya, tetap serak. "Ya, saya membutuhkan pasangan... Itu... bila kamu tidak berkeberatan, Sofia."

Keheningan sesaat; barangkali ia perlu membiarkan wanita itu memikirkan tawarannya ini. Tidak patut baginya untuk mengekspektasikan terlalu banyak dari wanita Siprus tersebut, seberapapun baik dirinya. Ia yakin, bila ia terlihat cukup membutuhkan, Sofia yang pemurah tidak akan menolak tawarannya, walau berkeberatan. Ia perlu memberinya ruang, barangkali. "Dengan demikian... saya memohon diri dulu. Bila kamu tidak berkeberatan, barangkali kita bisa mulai mencari kostum yang formal di kota. Selamat malam."

Sekali lagi, menunduk sebagai salam perpisahan, dan ia pun mengundurkan diri, siap menelusuri koridor, kembali ke kamar pribadinya.

Hanya dengan demikian, lelaki Mesir itu hendak mengundurkan diri dari hadapannya? Cengkeramannya pada pintunya mengerat, dan ia hanya dapat berharap bahwa tangannya itu berada pada pundak sang supervisor, yang sosoknya sudah dipastikan akan menjauh. "T-Tunggu! Hakizi!"

Ternyata, ia memang dapat mengucapkannya tanpa kecanggungan hanya dalam situasi spontan seperti ini. Memalukan, sungguh.

"A... Aku tidak berkeberatan." Ia tidak tahu dari mana asalnya, dan mengapa baru muncul sekarang setelah sekian lama, namun Sofia merasa ia telah menemukan keyakinan, keberanian baru. Senyuman yang menghias bibirnya sedikit melebar; tidak ada salahnya lebih tulus menunjukkan rasa bahagia. "Tidak--aku akan sangat bahagia untuk menjadi pasanganmu, Hakizi. Selamat malam."


Ceklik--dengan itu, pintu kamarnya, dan Abigail Kolovos, tertutup.



"... Fuhh." Bersandar pada sisi dalam pintu kamarnya, wanita Siprus itu merosot ke bawah, wajah terbenam dalam kedua tangannya. Merah padam. 'Syukurlah... aku mampu mengucapkannya.'