Time | Selamat datang di Black Order Headquarters! Waktu dunia Black Order HQ saat ini adalah: Februari 1880 |
|
| [Pre-event] Lilo Tristan Nueland - Rufina Kviscanova | |
| | Author | Message |
---|
Rufina Kviscanova
Posts : 12 Pemilik : Kumohare[n]
Biodata Posisi: Section Staff Cabang: Eropa Umur: 23 y.o.
| Subject: [Pre-event] Lilo Tristan Nueland - Rufina Kviscanova 29th June 2010, 08:48 | |
| Dapur, 10 a.m. Entah sejak kapan ia mulai belajar memasak. Entah sejak kapan nalurinya terhadap masakan ‘menyala’ seperti radar setiap melihat Antonia memasak makan malam untuk mereka semua. Rufina menyadari hal itu—jelas—wajar, ia perempuan, wanita, bisa memasak itu wajar, bukan? Termasuk jika ia sangat suka memanggang kue, ia kadang bertanya; darimana belajar? Seingatnya Antonia jarang memanggang kue. Hell—bikin pusing saja. Tapi kadang ia seperti ini, otak dan tubuhnya seolah mengkomandonya memasak sesuatu yang (seingatnya) tidak pernah ia pelajari. Padahal masakan ini sangat sulit dan Antonia tidak pernah membuatnya kecuali pada event khusus. Daging, bahannya mahal. Daging itu mahal—ya, ya, lebih baik jadi vegetarian saja kalau tahu harga daging dua kali lipat harga sayur, kan? Steak. Gadis usia 23 itu (dan seperti biasa dengan celemek motif kotak-kotak yang kali ini bewarna merah anggur) seperti biasa berdiam di dapur. Wajan di tangan kiri dan spatula—ada yang menyebutnya siansi, terserahlah—di tangan kanan. Daging sapi yang telah direndam tampak setengah matang di atas penggorengan itu sementara di sebelahnya, dalam suatu wajan—kuali—yang cukup besar tampak ‘larutan’ kental yang dipercaya sebaga saus. Saus steak, yep. Rufina paling mampu memasak steak—tenderloin—tapi ia tidak ingat (sayang) dan tidak tahu siapa yang mengajarinya. Setengah hati ingin ingat dan setengahnya lagi lebih menyukai keadaan seperti ini. Yah— | |
| | | Lilo T. Nueland
Posts : 45 Umur : 30 Pemilik : Vel
Biodata Posisi: General Cabang: Eropa Umur: 22
| Subject: Re: [Pre-event] Lilo Tristan Nueland - Rufina Kviscanova 29th June 2010, 13:21 | |
| Lilo hanya bisa terpaku setelah mendengar berita dari golem yang dikirimkan kepadanya. Jujur saja, pemuda ini bukannya tidak bertanggung jawab atas tugasnya sebagai seorang Jenderal. Tapi…. Valentine Grand BallYa, ya, ia mengerti bahwa acara itu hanya sebagai pengalih pada rapat yang sepertinya terkesan rahasia (dan memang rahasia) yang akan diadakan keesokan paginya, setelah acara. Tapi, sekali lagi—bukan itu yang membuat pemuda blasteran Inggris-Rusia ini pusing tujuh keliling. Kau tahu kan, apa yang dimaksud dengan Valentine? Ya, ya….’katanya’ itu adalah hari kasih sayang dan waktu yang tepat untuk menyatakan cinta pada seorang gadis. Tapi sayang sekali, saudara-saudara—belum sampai ke inti permasalahan. Bukan masalah jika pertemuan itu diadakan seperti biasa, maksudnya tanpa ada embel-embel pasangan. Tapi kenapa chief supervisor mengecamkan bahwa ia harus datang bersama pasangan? Seperti tidak kenal Lilo saja. Si penggoda gadis-gadis ini bukannya serius ingin menjalin hubungan dengan gadis lain. Lagipula, entah sudah berapa kali dirinya ditolak oleh gadis yang ia ‘ajak’ sampai-sampai jari tangan maupun jari kakinya tidak mampu mengkalkulasi penolakan yang telah Lilo alami. Yeah, mari kita buka kedoknya.Anggap saja, semua perilaku ‘busuknya’ itu hanyalah merupakan perwujudan dari rasa sepi yang ia alami sejak ditinggal oleh cinta pertamanya, Nate. Meskipun Lilo tahu bahwa gadis yang lebih tua dua tahun darinya itu lebih menganggapnya sebagai adik ketimbang kekasih. Tapi peduli amat. Toh gadis itu kini tidak ada di sisinya lagi. Tidak bisa memandang wajahnya lagi. Hanya bisa…….mengingat kenangan tentang mereka berdua. Such a tragic story. Lilo hanya bisa merenung dan berharap ia bisa memutar kembali waktu, menyelamatkan Nate—dan menghindari peristiwa kelam itu. Biarlah, hal itu kini bukan menjadi urusannya lagi. Melihat kembali ke masa lalu dan berhenti di masa kini bukan pilihan yang baik, kan? Pemuda ini berdecak pelan, seraya kakinya melangkah menuju kafetaria. Ada satu hal yang membuat pagi indah Jenderal muda ini belum lengkap. Sarapan lengkap yang patut dinikmati sebelum memulai hari. Dan paling tidak bisa membantunya menenangkan diri sedikit—terima kasih pada pengumuman dadakan yang ia terima. Tangannya merogoh saku seragam hitamnya, menarik hunter case-nya—membuka tutupnya, dan menganalisis jarum-jarum tipis yang berdetak perlahan. Pukul 10 pagi. Aroma masakan yang beradu dengan wajan di dapur menarik langkahnya ke ruangan tempat para koki sedang melaksanakan tugas. Kepalanya mengintip ke dalam—memperlihatkan sesosok gadis berambut pirang yang memunggunginya, tengah memegang wajan di tangan kiri dengan spatula di tangan kanannya. Dengan gerakan energetik ala koki handal, gadis itu mengaduk masakan—pada kuali besar di sampingnya. Lilo yakin belum pernah melihat gadis itu selama berada di Black Order. Asumsinya, anggota baru. Pemuda ini terpaku sesaat. Hidungnya menghidu aroma masakan yang menurut ingatannya—pernah ia rasakan. Nostalgia. Dan kehadiran gadis koki itu menambah satu lagi unsur yang memperkuat ingatannya. Lilo mungkin sedang berkhayal. Tapi entah kenapa sosok gadis itu membuatnya melihat kejadian di depan matanya itu sebagai Nate yang sedang memasak di dapur. Memasak bersamanya. Memasak hidangan yang memiliki aroma serupa. Steak. Pemuda ini tersentak, setelah sempat mematung. Otaknya berputar, berusaha menepis kemungkinan yang ia yakini sebagai mimpi semata. Tapi pemuda ini tidak ingin menyerah begitu saja. Rasa ingin tahunya mulai menggebu-gebu. Tanpa pikir panjang, tangannya memutar kenop pintu dan melangkah tanpa suara—menuju gadis pirang yang masih sibuk, seolah tidak menyadari kehadiran Lilo. “Gulp—“ Lilo menelan air liurnya. Entah kenapa ia gugup setengah mati, seperti akan bertemu dengan roh Nate yang ingin menjemputnya—atau apalah itu. Langkahnya berhenti. Tepat beberapa senti di belakang gadis pirang itu. Pemuda ini menarik nafas panjang. Sret..Lengannya melingkar di pinggang gadis itu. Hell—benar-benar mirip stalker. Logikanya tidak mampu diajak kompromi. Dan hanya satu hal yang terpikirkan, seperti yang terjadi sekarang. Memeluk seorang gadis yang bahkan belum ia kenal, di dapur, sedang memasak. Siapa yang tahu resiko selanjutnya karena bertindak ekstrim ‘menentang etika’? Lilo pasti sudah gila. [OOC : Udah izin godmod sedikit udah lama ga RP jadi maklum kalo aneh m(_ _)m] | |
| | | Rufina Kviscanova
Posts : 12 Pemilik : Kumohare[n]
Biodata Posisi: Section Staff Cabang: Eropa Umur: 23 y.o.
| Subject: Re: [Pre-event] Lilo Tristan Nueland - Rufina Kviscanova 29th June 2010, 18:40 | |
| Rufina Kviscanova suka—cinta—memasak. Orang bilang Rufina paling tidak bisa diganggu ketika memasak hingga orang yang belum mengenal atau belum mencobai masakannya menganggap Rufina calon koki berbakat. Ternyata tidak. Kebiasaan buruknya—kurang bumbu, selalu. Meski yang memasak sendiri jarang menyadari kekurangan bumbu dalam masakannya, okee..mau bagaimana lagi? Mau dimasukkan garam segenggam juga tetap saja tawar. Salah dimana coba?
Ada kasus lain saat gerak refleksnya mencapai titik tertinggi dan ia sering secara tidak sengaja melempar isi wajan/panci jika dikagetkan. Bagusnya ia tidak ditangkap karena tuduhan kekerasan atau apa. Yang ia lakukan kan hanya pembelaan diri, yang salah bukan dia, dong? Tapi tetap saja mengagetkan orang (terutama Rufina) yang tengah memasak itu bahaya bagi nyawa.
Coba kita lihat—misalnya saat Albert berteriak di telinganya saat ia membantu Antonia membuat makan siang. Nostalgia—astaga, saat itu benar-benar hancur. Sup ayam di wajah Albert dan tepung dan nasi dan blablabla, untung korbannya tidak sampai meninggal dunia. Hei, itu bukan salah Rufina, kan?!
Ia merasakan tangannya panas karena radiasi kalor yang berasal dari api di depannya, tapi itu biasa dan bukan masalah. Tangannya terus membolak balik daging persekian menit sampai ia merasa sudah pas. Dan saat itulah ia merasa...
..merasakan sesuatu yang menyentuhnya. Tepat di pinggang. Ia tidak cukup sigap untuk menengok ke belakang, melihat siapa yang memeluk pinggangnya. Namun dalam waktu kurang dari dua detik itu—ahhh, ia tidak dapat mengungkapkannya dengan kata-kata. Beban berat dan besar di punggungnya yang memeluknya dengan lembut dan—hangat. Aroma orang yang memeluknya mengalihkan perhatiannya dari aroma daging panggang di depannya. Aroma yang pernah dan sangat familiar dengannya.
Sangat sangat nostalgik.
Sejenak ia terkesiap, namun tangannya cepat menumpahkan daging yang ia panggang dan menghantamkan wajannya keras ke arah kepala orang di belakangnya, berharap pukulan itu mengenai si pelaku ‘pelecehan seksual’. Dan saat posisinya memungkinkan untuk menatap ‘lawan’nya.
Rambut abu kecoklatan dan mata coklat kemerahan—lalu wajah itu..rasanya pernah melihatnya. Sudahlah.
“Siapa kau?” akhirnya berujar, dengan nada ketus. Ia paling tidak suka ada orang asing menyentuh seenaknya.
Last edited by Rufina Kviscanova on 12th July 2010, 09:59; edited 1 time in total | |
| | | Lilo T. Nueland
Posts : 45 Umur : 30 Pemilik : Vel
Biodata Posisi: General Cabang: Eropa Umur: 22
| Subject: Re: [Pre-event] Lilo Tristan Nueland - Rufina Kviscanova 8th July 2010, 09:55 | |
| Kalau biasanya seseorang akan refleks menghindar apabila ada sesuatu yang mengancam bergerak ke arahnya. Tapi lain kasusnya dengan Lilo. Ia bukannya tidak mau menghindar--memangnya dia bodoh apa? Tapi yang jadi masalah cuma satu hal. Pelukannya tidak bisa dilepas! Bukan, bukan bermaksud mengatakan bahwa 'Lilo pervert' secara tidak langsung. Namun suasana nostalgik yang ia alami kontan membuyarkan awareness-nya pada tiap detik yang mengancam. Otaknya berhenti menjalankan fungsinya dengan baik untuk sesaat, mulutnya terkatup rapat. Memorinya melayang, membentuk suatu bayangan—sosok gadis yang dulu pernah dinyatakan cinta oleh Lilo. Arcia Natewoold. Ia tertegun sesaat. Hatinya berbisik perlahan '.....ini Nate? Tidak, pasti bukan....'
Wait, sepertinya acara nostalgik ini perlu ditahan terlebih dahulu. Kenapa?
Pang!
Sebuah tamparan keras nan telak di pipi pemuda blasteran Inggris-rusia ini. But I told you....ini bukan tamparan biasa, bukan tamparan tangan manusia, dan juga bukan tamparan penuh cinta. Tapi tamparan pantat wajan yang masih panas, saudara-saudara! Merah dan membara, terlukis dengan indah di pipi kiri Jenderal muda ini. Dan jika anda sekilas mengharapkan tamparan kasih sayang, jangan mimpi saudara-saudara. Karena di alam mimpi pun tidak bisa dijamin ada tamparan yang bisa membuat hati Lilo berbunga-bunga—iyalah, siapa senang ditampar sih?
Refleks, Lilo melepaskan pelukannya dan tangannya langsung menuju titik panas tertinggi pada bagian tubuhnya. Mengelusnya dengan cepat dengan sedikit alunan melodi isakan. "Waaaadudu.....pa-panaaas....." teriaknya kencang, hingga dapat dipastikan semua orang yang ada di kafetaria melirik ke arahnya dengan berbagai rasa—maksudnya, berbagai reaksi. Mulai dari rasa stroberi, coklat, pisang tawa terbahak-bahak, tawa konyol, tatapan sinis, diam saja karena tidak mengerti—sampai diam saja padahal di dalam hatinya mengumpat kebodohan Lilo.
“Siapa kau?”
Gadis tadi membalikkan tubuhnya, diiringi sebuah pertanyaan singkat dengan nada ketus ke telinga Lilo. Pemuda ini menyorot pandangannya dan memindai dengan jelas sosok di hadapannya.
"..Na-Nate?"
Setengah berbisik dan melupakan rasa sakitnya, ia memandang gadis koki itu—diselimuti rasa terkejut yang amat sangat. Gadis itu, sosok yang mirip dengan Nate. Tidak, bukan mirip lagi; sama. Hanya potongan rambut saja yang membedakan penampilan dulu dan kini. Postur tubuhnya, warna matanya, warna rambutnya, suaranya--semua sama. Dan untuk kedua kalinya, otaknya berhenti berfungsi—membawa Lilo pada kondisi labil antara percaya dan tidak percaya. Sesaat sebelumnya, pemuda ini berusaha menerjemahkan itu sebagai lelucon untuk memulai pagi. Tapi sekarang ia sadar bahwa lelucon ini tidak lucu. Sangat. Tidak. Lucu.
"Apa ini benar-benar kau, Nate?"
Sekali lagi, pertanyaan yang sejenis terlontar dari bibirnya. Kristalnya masih cukup kaku untuk melepas pandangannya dari gadis itu. Sebagian sel-sel otaknya mengecamkan ia untuk menganggapnya sebagai khayalan semata. Namun hatinya justru berkontradiksi dan menentang bahwa ini adalah kenyataan. Tapi, sudahlah, untuk apa memperdebatkan masalah seperti itu. Yang penting saat ini, Lilo hanya perlu memastikan apakah gadis ini adalah benar, gadis yang ia kenal dulu. Jika ternyata tidak.....
.....entahlah.
Oh God, paling tidak sadarkan Lilo bahwa ia sudah melakukan hal konyol pagi ini.
OOC : GRAAAA, feel ancur, deskrip ancur...GRAAAA kok reppan lebay, kosakata hancur dan ga bermutu sih GRAAA
| |
| | | Rufina Kviscanova
Posts : 12 Pemilik : Kumohare[n]
Biodata Posisi: Section Staff Cabang: Eropa Umur: 23 y.o.
| Subject: Re: [Pre-event] Lilo Tristan Nueland - Rufina Kviscanova 12th July 2010, 10:23 | |
| Kenapa ya?
Paras pria di depannya rasanya sangat familiar. Rasanya pernah melihatnya entah dimana dan kapan, rasanya sangat dekat dan sangat mengenalnya. Rasanya sangat senang sekaligus sakit melihatnya. Siapa? Siapa? Rufina mencoba memunculkan segara pertanyaan itu ke permukaan, berharap dengan semua pertanyaan itu ia bisa mencari jawabannya.
Siapa?
"..Na-Nate?"
Nate? Nama siapa itu? Namanya Rufina, Rufina Kviscanova, dengan nama ayah “Borislav” sebagai nama tengahnya. Tidak dipungkiri nama panggilannya banyak, Rufi, Nana, misalnya? Tapi tidak ada yang sejauh itu menyebutnya Nate. Siapa Nate? Nama siapa itu? Yang pasti bukan namanya. Bukankah sudah disebutkan namanya “Rufina” dan bukan “Nate”?
Wajahnya sedikit memerah mendapati lelaki yang terkesan familiar itu menatapnya. Beginikah para penghuni Black Order yang secara langsung maupun tidak langsung membunuh para Akuma di luar sana? Apa karena terlalu banyak bertarung otak mereka agak sedikit tergeser dan semudah itu melakukan pelecehan sampai salah menyebut nama orang?
“Siapa itu Nate?” menjawab dengan semua kebingungan yang ia miliki. Rufina tidak peduli apakah orang di depannya itu Exorcist atau bukan, ia tetap tidak suka dengan perlakuan orang itu beberapa menit lalu. “Namaku Rufina, bukan Nate,” lantas ia berbalik menghadap masakannya yang (nyaris setengah jadi).
"Kalau tidak ada urusan, pergilah. Jangan ganggu pekerjaanku."
| |
| | | Lilo T. Nueland
Posts : 45 Umur : 30 Pemilik : Vel
Biodata Posisi: General Cabang: Eropa Umur: 22
| Subject: Re: [Pre-event] Lilo Tristan Nueland - Rufina Kviscanova 25th July 2010, 13:15 | |
| Lilo terbengong sejenak. Memaku tanpa reaksi.
Mengingat bahwa ada kisah yang mengatakan bahwa di dunia ini kita memiliki tiga kembaran. Dan apabila ketiganya bertemu, maka mereka akan meninggal. Oh, sebentar, sebentar. Itu cuma dongeng kan? Atau kau ingin mempercayai omong kosong itu, hmm Lilo?
Peduli amat soal dongeng tidak mutu seperti itu.
Otak Lilo kembali dipaksa untuk berputar. Kalau pun ada yang benar-benar mirip seperti Nate, belum tentu aromanya sama. Ya, Lilo sempat merasa nostalgik terhadap aroma tubuh gadis koki itu. Bukan berarti kebetulan, benar?
Pemuda ini berdiri beberapa langkah di belakang gadis yang tengah sibuk terhadap masakannya yang hampir matang itu. Bahkan bahasa tubuhnya mengatakan bahwa ia tidak ingin diganggu dalam pekerjaannya. Oke, Lilo mengerti soal itu, jadi ia akan menjaga sikap dan tidak menganggu secara fisik lagi setidaknya. Tapi yang ia tidak habis mengerti, kenapa parasnya sama persis dengan Nate. Tentu bukan khayalan belaka, mengingat ia baru selesai mandi beberapa menit yang lalu.
“Siapa itu Nate?”
“Namaku Rufina, bukan Nate.”
Nah, kan.
Lilo ingin mengakui bahwa ia salah memanggil, tapi ia tidak mau berhenti mengakui bahwa gadis itu kembaran Nate—serupa tapi tak sama. Well, siapapun gadis itu Lilo masih penasaran (dan akan selalu penasaran) apabila belum menguak rahasia di balik diri koki baru itu (ya, baru karena Lilo baru melihatnya hari ini. Atau mungkin Lilo saja yang tidak peka.)
Ayolah Tris, pertemuan ini tidak setegang yang kau kira.
"Kalau tidak ada urusan, pergilah. Jangan ganggu pekerjaanku."
Gadis itu mebalikkan tubuhnya, mengacuhkan Lilo demi pekerjaannya yang harus ia selesaikan dengan sungguh-sungguh. Tanpa mempedulikan kalimat yang terlontar tadi, pemuda ini menggeser langkahnya ke samping gadis yang masih sibuk dengan masakannya itu. Kepalanya melongok pada saus steak yang mulai mendidih dalam panci besar yang cukup untuk puluhan porsi steak. Iseng, Jenderal usil ini mengambil sendok dan menyendok saus steak yang bisa mebuat siapapun tergiur akan aromanya.
Satu suapan yang masih panas ke mulutnya—setelah ditiup, tentu. Lidahnya mulai menganalisis rasa saus kental yang meleleh di mulutnya.
"......entah kenapa, kurang manis dan justru rasa asinnya lebih mendominasi. Coba buat keduanya seimbang," gumamnya perlahan. Lilo, samar-samar menyadari bahwa saus itu mirip seperti buatan dirinya sendiri; tidak, buatan Nate yang sering kurang bumbu meskipun mengikuti resep dari Lilo.
Sekali lagi, Lilo ingin mengatakan bahwa gadis itu adalah Nate. Ia memang Nate. Tapi tunggu, hal ini belum bisa menjadi bukti yang konkret untuk bisa mengungkapkan pernyataan tersebut.
Pemuda ini menatap wajah gadis koki itu, seraya tersenyum kecil. "Dari mana kau belajar memasak steak, nona?"
Oke, to the point sajalah. Kenapa harus tegang untuk hal 'sepele' macam ini? | |
| | | Rufina Kviscanova
Posts : 12 Pemilik : Kumohare[n]
Biodata Posisi: Section Staff Cabang: Eropa Umur: 23 y.o.
| Subject: Re: [Pre-event] Lilo Tristan Nueland - Rufina Kviscanova 8th August 2010, 15:09 | |
| Sejenak sunyi. Rufina tidak mendengar atau merasakan apapun bergerak di belakangnya yang kembali melanjutkan pekerjaannya dan untuk sesaat ia menghela nafas lega, beranggapan pria berambut abu-abu kecoklatan yang nampaknya familiar tadi telah pergi, menunggu di meja makan untuk sarapannya. Pria iseng itu mungkin menyesal mengganggunya setelah mendapat hadiah ‘pantat wajan panas’ darinya. Tapi keinginan tidak selalu berbanding lurus dengan kenyataan, sayangnya. Ekor matanya menangkap siluet sendok yang dimasukkan ke dalam saus steak yang nyaris siap dihidangkan, kemudian sendok itu diangkat, mengambil sedikit saus di ujungnya dan memasukkannya ke mulut seseorang untuk dicicipi, dan dikomentari. "......entah kenapa, kurang manis dan justru rasa asinnya lebih mendominasi. Coba buat keduanya seimbang,”Tsk. Rufina tidak takut gagang wajan yang ia pegang patah karena genggamannya. Orang itu lagi—tidak bosan-bosan, ya? Tadi melakukan pelecehan dan sekarang seenaknya mengomentari masakan orang lain. Bagaimana kalau kau saja yang memasak, hah? Rufina melempar senyum kepada orang itu sementara matanya menatap geram—seolah akan menanamkan pisau yang diletakkan rapi di sebelahnya ke tubuh pria tersebut. “Kebiasaan, maaf ya, Tuan,” sudah puas mengerjainya? Sekarang bisa pergi, tolong? "Dari mana kau belajar memasak steak, nona?"Oh Tuhan.. Kalau ia diam saja, akankah pria itu akan berhenti menanyainya? “Tidak tahu,” sederhana saja, “yang kutahu aku bisa memasak steak—steak sapi, terutama—anehnya aku tidak ingat pernah mempelajarinya.” Pikirannya berjalan ke rumahnya di Rusia, saat tangannya tiba-tiba bergerak sendiri dan pikirannya bekerja seolah terdapat manual cara memasak tertanam di kepalanya. Benar-benar aneh. Kedua bola matanya menatap pria di depannya, hopeless, sangat. “Sudah puas menanyaiku?” tanyanya kesal, “sebutkan siapa namamu dan apa maumu lalu cepat keluar dari dapur atau akan kumasukkan cacing ke dalam sarapanmu.” Ngebut =A=;; maaf jadi agak OOC | |
| | | Lilo T. Nueland
Posts : 45 Umur : 30 Pemilik : Vel
Biodata Posisi: General Cabang: Eropa Umur: 22
| Subject: Re: [Pre-event] Lilo Tristan Nueland - Rufina Kviscanova 9th August 2010, 12:21 | |
| Dapur memang bukan menjadi tempat favorit untuk bercengkerama atau bersantai. Tolong garis bawahi itu. Tapi siapa yang tidak akan tertarik dengan aroma masakan yang bisa membuat air liurmu menetes? Terlebih lagi setelah kau tahu apa yang sedang dimasak oleh para koki tercinta untuk membungkam perut lapar para makhluk penghuni Black Order.
Steak sapi, kau tahu?
Lilo kembali memfokuskan pandangannya pada gadis koki tu, Rufina. Pukulan 'pantat' wajan tadi memang bukan pukulan main-main; masih membekas di wajahnya dengan rasa ngilu yang semakin menjadi-jadi. Gadis itu—Rufina berdecak perlahan, diiring ekspresi yang bisa ditebak oleh Lilo meskipun gadis itu tidak terlalu memperlihatkannya. Dan setelah bungkam beberapa saat—mengacuhkan pernyataan dan pertanyaannya, Rufina membuka pembicaraan. Dengan jawaban yang singkat, padat, dan jelas—
“Kebiasaan, maaf ya, Tuan.”
—dan sedikit penekanan pada nada bicaranya.
“Tidak tahu, yang kutahu aku bisa memasak steak—steak sapi, terutama—anehnya aku tidak ingat pernah mempelajarinya.”
Lilo menarik sebelah alisnya ke atas. Wajar dong, jika Lilo menganggap jawaban itu terdengar aneh. Bohong, mungkin? Bagaimana mungkin seseorang bisa mengatakan 'tidak tahu' tentang hal yang sudah seharusnya diketahui para koki; resep masakannya. Kecuali jika gadis itu memang tidak berniat menjawab.
Pemuda ini meraba perutnya, yang semakin bisa dirasakan bahwa organ pencernaannya sudah merengek meminta makanan; menyadarkan jenderal muda ini bahwa ia belum mengambil porsinya untuk pagi ini. Entah kenapa pikirannya malah kembali ke masa lampau, beberapa saat yang lalu. Saat ia berjalan di koridor, lapar, kemudian pusing, lalu undangan—
—ya, undangan.
Memang benar, ternyata setiap kejadian saling berhubungan—atau tepatnya saling menghubungkan. Jadi, kembali ke topik. Yang ia butuhkan sekarang adalah sarapan dan pasangan, benar? Berdasarkan fakta tersebut, Lilo mulai menyusun strategi 'Sekali dayung, dua pulau terlampaui.' Oke, namanya memang tidak keren.
“Sudah puas menanyaiku? Sebutkan siapa namamu dan apa maumu lalu cepat keluar dari dapur atau akan kumasukkan cacing ke dalam sarapanmu.”
Gadis koki itu mendelik ke arahnya dengan tatapan cepat-pergi-dari-sini, mengajukan pertanyaan rangkap permintaan agar sesegera mungkin jenderal ini menyingkir dari tempat kerjanya.
"Oke, oke. Santai nona. Gadis semanis dirimu tidak perlu bersikap sok galak, kan?"
.....menarik pelatuk senapan.
"Namaku—oh, kau tidak tahu namaku? Ck, apakah Section Staff selalu ketinggalan informasi?" Lilo mulai menjawab, seraya tersenyum usil. Ia yakin jawaban barusan akan menimbulkan konflik, oh well....
.....dan kini menggali kuburannya sendiri.
"Namaku Tristan. Dan yang aku mau...." Lilo melangkah maju, memperkecil jarak di antara mereka berdua. Tangannya bergerak secara otomatis ke arah dagu gadis itu, mengangkatnya perlahan ke atas.
Aturan dasar seorang playboy, mungkin?
"....aku ingin dirimu," mendekatkan wajahnya kepada Rufina. Oh tolong, Lilo tidak takut 'ditampar' untuk yang kedua kalinya. "Ikut denganku ke pesta dansa. Kau datang, kuberitahu nama lengkapku. Bagaimana?" Ia melontarkan sebuah tawaran yang tidak bermakna, benar. Atau mungkin lebih tepat disebut sebagai taruhan. Sengaja mengucapkan nama tengahnya—tidak banyak orang yang tahu nama tengahnya, kecuali teman dekatnya atau staff yang mengurus data-data penghuni Black Order.
Bagaimanapun, jika gadis itu tidak datang; hancurlah masa depan Lilo.
Pemuda ini melepaskan pegangannya dan berjalan mundur—menjauh sebelum counter-attack kedua diluncurkan. | |
| | | Rufina Kviscanova
Posts : 12 Pemilik : Kumohare[n]
Biodata Posisi: Section Staff Cabang: Eropa Umur: 23 y.o.
| Subject: Re: [Pre-event] Lilo Tristan Nueland - Rufina Kviscanova 9th August 2010, 20:50 | |
| Kedua alis itu naik—terangkat ke atas—ketika lawan bicaranya melakukan hal yang nyaris sama. Ada yang salah dengan jawabannya? Kenapa ekspresinya seperti…tidak terima? Ayolah, ia menjawab pertanyaan dengan jujur dan benar, apa ada yang salah dengan itu? Rufina mendengus kesal, tidak suka dengan respon yang ’ekspresif’ dari pria di depannya.
Lalu ia menangkap gerakan tangan yang meraba perut—gerakan umum orang yang kelaparan. Kasihan deh. Ckckck. Don’t blame her—bukan salah Rufina, karena dia yang menghampiri dan jelas sekali mengganggu ketika sang koki sedang memasakan makanan untuknya. Catat itu, makanan untuknya. Ia tidak akan mendapat pengurangan gaji dari itu, kan?
Oke, kembali ke topik.
"Oke, oke. Santai nona. Gadis semanis dirimu tidak perlu bersikap sok galak, kan?"
Tipe lelaki yang meninggal karena perkataannya, great. “Terus kenapa?” berbisik pelan, nyaris tidak terdengar sambil sedikit memalingkan wajahnya dengan decakan (sangat) pelan.
Sedikit jeda dari lawan bicara dan ia manfaatkan untuk sekedar mematikan kompor—kalau hangus kan sayang, toh?
"Namaku—oh, kau tidak tahu namaku? Ck, apakah Section Staff selalu ketinggalan informasi?"
Astaga, jawaban macam apa itu? “Mungkin tidak juga. Aku baru tiga bulan bekerja di sini, maaf saja,” Rufina masih mempertahankan senyum dan tatapan mata geramnya, membalas tajam pria-yang-nampaknya-(sok)-penting-ini. Ingin rasanya ia menjahit mulut yang kini sedang tersenyum jahil. Sayangnya ia tidak bisa menjahit.
Ia mengenalkan dirinya sebagai Tristan. Refleks dahinya mengernyit, kedua bola matanya menatap pria itu seolah ia adalah satu-satunya makhluk hidup di dunia ini. Tristan—kenapa rasanya begitu familiar? Tristan bukan nama yang umum…kan? Se—sebentar, sebentar, siapa y—
"....aku ingin dirimu,"
Tonjokan keras diarahkan ke perut pria bernama Tristan—yang nampaknya berbakat mengacaukan otaknya dengan pengalihan topik dari A ke B dan B ke C—tidak peduli apa perut Tristan sedang kosong atau tidak. “Breng—“
"Ikut denganku ke pesta dansa. Kau datang, kuberitahu nama lengkapku. Bagaimana?"
…sek.
Nama lengkapnya?
Lagi-lagi kedua alisnya naik, menatap Tristan ragu sebelum ia kembali masuk ke dalam mode berpikirnya. Menarik. Nama lengkapnya, eh? Jelas Rufina penasaran—tapi mana mungkin ia katakana, terutama karena fakta bahwa pria itu terlihat..mesum? Perlukah ia melapisi dirinya dengan baju baja di pesta nanti?
“Bukannya aku mau tahu nama lengkamu, oke? Tapi kenapa tidak?”
| |
| | | Lilo T. Nueland
Posts : 45 Umur : 30 Pemilik : Vel
Biodata Posisi: General Cabang: Eropa Umur: 22
| Subject: Re: [Pre-event] Lilo Tristan Nueland - Rufina Kviscanova 11th August 2010, 09:41 | |
| Lihatlah yang terjadi, benar-benar gila! Maksud hati melepas Rufi, apa daya keburu dihajar. Pepatah tersebut adalah kata-kata yang 'pantas' untuk diucapkan sekarang. Baru saja ia melepas pegangannya pada dagu Rufi, counter-attack sudah diluncurkan. Damage besar, pukulan bertubi-tubi. Oke, mungkin kali ini bukan tamparan lagi. Tapi tonjokan keras yang mengarah tepat ke perutnya—ke organ pencernaannya yang sedari tadi merengek meminta makanan. Ia sedang lapar, kau tahu? Dan sukses untuk membuatnya nyaris muntah darah; oke mungkin tidak separah itu.
Pemuda Inggris-Rusia ini berjalan mendekati dinding, menempelkan sebelah tangannya di dinding sementara yang sebelahnya lagi memegangi perutnya yang semakin 'merana' karena tidak mendapat perawatan yang baik. "Ukh, tidak kusangka koki juga ahli bela diri. Oh, well lagipula ini adalah Black Order; jadi tidak aneh." gumamnya perlahan dan mungkin tidak terdengar oleh Rufina yang kini terlihat semakin gusar (atau tepatnya marah berapi-api).
Dugaan Lilo, gadis itu tidak akan datang ke pesta dansa sebagai partner-nya. Tidak mungkin, setelah perlakuan Lilo (yang sekadar iseng) kepadanya. Gadis itu—Rufina yang sudah memberi pelajaran dua kali pada pagi hari ini, mau datang bersama Lilo? Pasti cuma mimpi.
“Bukannya aku mau tahu nama lengkamu, oke? Tapi kenapa tidak?”
Nah kan, apa benar-benar mimpi? Sebesar itu kah harapan Lilo sampai-sampai dia berkhayal bahwa Rufina mengatakan jawaban ya—bahwa gadis itu menerima tawarannya. Jenderal muda ini pasti sudah mabuk kan? Atau tidak bisa berpikir dengan jernih karena perutnya yang masih terombang-ambing. Tapi ini adalah masalah besar mengenai masa depannya, kalian tahu itu? Wajar dong jika Lilo berharap banyak.
Tunggu, usut punya usut; pemuda ini kembali mencerna jawaban tadi.
'Tapi kenapa tidak?'
Ya, ya, bagian itu. Jika menghubungkan kedua kalimat tadi itu artinya....
".....iya, kan? Dia mau?" Refleks kata-katanya terlontar dari bibirnya. Ucapan yang tidak seharusnya terucap dengan jelas dan terdengar oleh orang lain. Lilo. Malu. Bahkan 'tukang goda' ini pun bisa malu, saudara-saudara. Tolong garis bawahi itu.
Jenderal muda ini berbalik, menatap Rufina dengan mata berbinar-binar dan cengiran di wajahnya. "Baiklah kalau begitu. Pastikan kau datang tepat waktu, nona. Dan jangan lupa 'polesan' agar aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari wajahmu." Lilo memberi isyarat dengan kedipan matanya, seraya menepuk bahu si gadis, Rufina.
Lilo mengambil piring yang disusun rapi pada tempatnya dan mempersiapkan sendiri sarapannya. Dagingnya sudah matang toh? Meletakkan potongan daging sapi—tenderloin pada piringnya, menuang saus steak 'kurang manis' ke atasnya. Cukup banyak, karena hal itu membuatnya bisa menikmati sarapannya sampai ke puncak. Lilo suka saus steak yang dituang banyak, nyaris membanjiri piring. Susunan seadanya. Rasanya tidak perlu ditata dengan mewah sehingga bisa dikatakan 'punya nilai seni' hanya untuk sarapan pagi yang sederhana. Lilo mengangkat langkahnya keluar dari dapur, menuju meja kosong dan segera menghabiskan sarapannya sebelum melanjutkan aktivitasnya.
[OUT] | |
| | | Sponsored content
| Subject: Re: [Pre-event] Lilo Tristan Nueland - Rufina Kviscanova | |
| |
| | | | [Pre-event] Lilo Tristan Nueland - Rufina Kviscanova | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | You cannot reply to topics in this forum
| |
| |
|
|