[PRE-EVENT] Rajeev V. Nambiar - Konstantina Abovian

Ah, betapa konyolnya dirinya, seorang wanita tiga puluh tahun yang berbahagia karena ajakan dansa belaka! Bukan hanya itu, namun sehari yang lalu, ia pun mengitari Istanbul bersama Hakizi Mana untuk menemukan gaun yang sesuai untuk malam di Eropa itu. Walau berusaha meredamnya, keceriaan tetap ditampilkan oleh langkah ringan selopnya, sembari ia menuju tempat yang senantiasa dikunjunginya, kantor Rajeev Vikramendra Nambiar.

Ia mengetuk perlahan, sebelum menemukan bahwa pintu tidak dikunci. Sofia memutar gagang pintu, dan rambut pirangnya menampakkan diri dari balik pintu. Menyusul, senyuman ramah khasnya, ditujukan kepada pemilik ruangan. "Selamat siang, Kepala Bagian..." Aah, apakah Rajeev Nambiar akan menyadari seberapa baiknya moodnya hari ini? Ia harap hal itu tidak terlalu menampak.

Mengantarkan setumpuk laporan dari bawahan pria India itu (tentu, diambilnya sebelum ia menuju tempat ini) ke mejanya, wanita Siprus itu memberikan peringatan ramah, "Ah, ya... Jangan sampai melupakan laporan akhir bulan, besok--" Menyadari keberadaan suatu surat kabar tertentu di atas meja sang kepala bagian, Sofia pun tidak dapat menahan senyumannya dari melebar, sembari ia mengambilnya.

"Hmm~ Sudah membaca ini, Kep--Rajeev? Apakah Anda berminat mengikuti pesta dansanya?"

Itu retoris, kan? Tidak mungkin seorang Rajeev Nambiar tidak berminat... Berminat pergi dengan siapa, itu baru ada beberapa pilihan...

Tentu saja kepala bagian riset ini tahu tentang kabar sensasional yang menggetarkan seluruh cabang Black Order di dunia. Mana mungkin ia tidak tahu sih, ketika nyaris semua orang di sini menyebut-nyebut 'Valentine Grand Ball' sebagai bahan pembicaraan, di mana saja, kapan saja. Ia juga sangat penasaran, tetapi semingguan ini ia tidak bisa beranjak dari kantor pribadinya--apalagi kalau bukan karena pekerjaan yang menumpuk! Huh, meninggalkan kantor cukup lama artinya deadline dipercepat, yang artinya, bencana besar untuk kepala bagian yang hobi menunda-nunda ini.

"Ehm... Bukan begini... Begini juga bukan... Kalau begini? ... Bukan juga! Duh! Yang benar bagaimana sih?" dengan frustrasi mencorat-coret kertas di hadapannya, sedang memutar otak, melakukan berbagai perhitungan yang belum diketahui penyelesaiannya. Dikejar waktu pula, sungguh sebuah tekanan!

Ia meremas kertas coretan yang gagal itu--entah sudah yang ke berapa--dan nyaris saja akan melemparkannya ke penjuru lain dari ruangannya kalau perhatiannya tidak teralih dengan suara pintu yang berderit, membuka.

"Selamat siang, Kepala Bagian..."

Oh! Oase-ku yang indah! Dewiku! Permata hatiku! Pengisi relung jiwaku! Sofia Kyprianos!

"Sofia! Senang sekali melihatmu hari ini," sungguh, ia tidak peduli Sofia membawa pekerjaan tambahan sebanyak apapun, kehadiran sang jelita di sini cukup untuk memperbaiki mood-nya seketika. Lihat saja, wajah kusamnya tadi telah berubah menjadi secerah matahari. Setelah meletakkan setumpuk laporan itu, Sofia menyadari surat kabar intra Black Order tergeletak di mejanya.

"Hmm~ Sudah membaca ini, Kep--Rajeev? Apakah Anda berminat mengikuti pesta dansanya?"

Oh ya, dia belum sempat memikirkan soal itu...

Menggaruk pipinya pelan, "Ya, tentu saja sangat tertarik, tapi akhir-akhir ini aku sangat sibuk, seperti yang kau lihat." mengakhiri dengan tawaan pelan, jujur. "Kamu sendiri bagaimana?" justru aneh kalau wanita secantik Sofia belum ada yang mengajak... Tapi... Hati kecilnya sangat, sangat berharap kalau belum ada seorangpun yang mengajaknya.

Dan kalau ternyata seseorang sudah mendahuluinya... siapa?

"Sangat menakjubkan melihat Anda bekerja begitu giat, Rajeev..." ujarnya dengan tulus; wanita Siprus itu tampaknya tidak memikirkan kemungkinan kalimatnya disalahmaknai sebagai sindiran. Walau demikian, tidak mungkin Rajeev juga salah menangkap maksudnya. Kemudian, lelaki India itu bertanya dengan nasibnya sendiri. Oh, Rajeev, tidak tahukah bahwa engkau telah membangkitkan sesuatu yang amat berbahaya... "Uhmm, sebenarnya ada beberapa yang telah mengajak saya...

Saya menolak mereka dengan agak berat hati, sebenarnya... Namun saya sudah memiliki pasangan, mau bagaimana lagi?" Helaan napas pelan, sebelum senyumannya kembali, dan ia memberikan tatapan hangat pada Rajeev. Sofia tertawa pelan. "Baru saja kemarin, saya dan... Hakizi mencari kostum yang bagus untuk pesta dansa itu. Saya berharap kemampuan dansa saya tidak terlalu buruk..."

Lalu, ia mengingat kembali keberadaan sesuatu di meja kerja Rajeev; setumpukan "tugas" baru untuk sang kepala bagian. "Ah, ya! Anda pasti teramat sibuk... Kalau begitu, saya mengundurkan diri dulu." Mencapai pintu, ia berbalik untuk menyampaikan candaan akrab terakhir, "Anda harus bergegas, Kepala Bagian, sebelum semua wanita cantik di markas diambil staf lain... Saya sangat berharap Anda akan turut serta juga...


Saya permisi dulu..."


[Sofia OUT]

[Konstantina IN]

Ada apa gerangan, sehingga model panutannya meninggalkan kantor Rajeev Vikramendra Nambiar dengan langkah-langkah yang teramat ceria? Merasa wanita Siprus itu telah menuju arah berkebalikan dengannya terlampau jauh untuk dikejar, Konstantina hanya mengangkat bahu, sebelum memperbaiki letak kacamatanya. Matanya berpaling ke pintu ruangan yang ditinggalkan Sofia; tentu, ia berurusan dengan tempat yang satu ini...

Hak sepatunya menghentak keras di atas lantai koridor; wanita kelahiran Turki ini memang gemar menandai keberadaannya kepada pihak-pihak yang hendak "dijemput" olehnya... Tangan kurusnya pun meraih gagang pintu dan memutarnya. Dari celah yang dibuka, terlihat sosok Tuan Nambiar yang berada di balik mejanya. Tepat sekali untuk kebutuhannya, wanita yang hendak menyampaikan keluh-kesahnya mengenai kinerja divisi yang ditinggalkan Hakizi Mana itu...

"Rajeev Nambiar," awalnya, menjaga nadanya profesional (dengan pemaknaan orang biasa, ketus). Dari balik lensanya, terlihat kedua mata kelabu Konstantina memicing. "Saya memiliki beberapa keluhan mengenai cara kerja sejumlah anggota Bagian Riset, terutama Poisson itu..."

Sebelum ia bisa mengutarakan tepatnya apa yang hendak ia keluhkan tentang Lorelei D. Poisson, matanya menangkap keberadaan sesuatu yang telah menyita perhatian sebagian besar anggota organisasi Black Order, cabangnya tidak terkecuali. Dan, apa-apaan itu artikel dengan wajah santai nan menggoda Rajeev Nambiar sebagai ilustrasi sampingan? Dark Courier, sejauh ini, hanya berkesan sebagai surat kabar sampah baginya (kecuali artikel berguna tersebut tentang manfaat teh, dan resensi buku yang terdengar menarik). Walau demikian, ia mengandung suatu pengumuman yang tergolong penting...

"Hmph, Valentine, huh..." Ia merasakan tarikan kewajiban yang sangat kuat sebagai ajudan Hakizi Mana, kewajiban untuk mendampinginya ketika ia bepergian lintas benua seperti saat ini (ya! jangan kira ia tidak tahu tentang jadwal pencarian gaun Hakizi bersama Nona Sofia!), kewajiban yang entah bagaimana dapat ia jalankan. Relasinya dengan lelaki di satu markas, tergolong... tidak begitu baik. Paling tidak, dari arahnya. Belum ada lelaki yang berhasil menarik minatnya.

"..." Sekali lagi, ia memicingkan matanya terhadap kepala bagian itu. Lelaki yang ini? Amit-amit, deh!

Mengapa?

Mengapa jantungnya terasa berhenti ketika Sofia mengatakan itu? Seharusnya ia tahu--ralat, ia sudah tahu. Tentang perasaan wanita itu pada sahabatnya sendiri, ia tahu. Tentang upaya sahabatnya dalam membangun hubungan dengan wanita itu, ia tahu. Rajeev tahu. Tapi, pernahkah Rajeev berupaya lebih keras, atau mengumbar-umbar perasaannya sendiri; mengungkapkan apa yang sebenarnya ia rasakan kepada orang lain? Sama sekali tidak. Ia tidak ingin ada orang yang tahu. Ia tidak ingin merusak persahabatannya dengan Hakizi yang sudah terjalin selama 16 tahun hanya karena ego-nya sendiri. Selama ini ia selalu menutup dan menahan diri, tapi rasa sakit di dadanya tidak bisa dibohongi.

Ketika wanita jelita itu menyatakan kegembiraannya dengan senyum dan tawa yang hangat, Rajeev tak kuasa menampilkan kekecewaannya dengan tindakan lain selain senyuman yang terlihat kaku, serta dukungan seceria mungkin (yang bisa ditunjukkannya saat itu, walau lagi-lagi terkesan kaku) diberikannya pada wanita asal Siprus itu. Bahkan ketika wanita itu telah meninggalkan ruangannya, perlahan senyumnya berubah menjadi senyuman miris, ditujukan pada dirinya sendiri.

'Tidak apa-apa... Asal ia bahagia...'

Menghela napas, suara hentakan hak sepatu yang keras menyusul. Uh-oh, dia datang. Tepat sekali timingnya, eh? Wanita berambut cokelat tua itu pun memasuki ruangannya dengan ekspresi biasa; serius, dengan kedua alis ditekuk ke batas maksimalnya. Melihat itu, biasanya hati Rajeev tergelitik untuk tersenyum dan menggoda wanita itu lebih lanjut, namun kali ini ia memilih untuk menutup mulut dulu.

Mulai mendengarkan laporan Konstantina Abovian dengan wajah santai, salah satu nama anak buahnya (yang memang susah diurus) disebut. Tapi, kalimatnya terhenti sampai situ karena perhatian sang nona terdistraksi oleh benda yang sama yang telah mendistraksi Sofia; Dark Courier. Di situ, di edisi perdana koran intra-Black Order, Rajeev numpang eksis dengan satu artikel sumbangannya yang bisa dikatakan breaking news, yang sayangnya kalah pamor dengan pengumuman Valentine Grand Ball itu.

Sepertinya akhir-akhir ini topik pembicaraan hanya tentang event sensasional itu, eh?

Memajang senyuman santainya lebih lebar, "Kenapa, Tina? Mau pergi juga?" selain itu, Rajeev rasa Konstantina ingin menemui kakak kandung yang diam-diam sangat disayanginya itu. Nah, ini bisa jadi menarik. Memajukan badannya dalam rangka mengecilkan jarak antara ia dan Tina, seraya dagunya bertumpu pada kedua punggung tangannya, dan mata cokelatnya bertemu dengan mata abu milik Tina, "Bagaimana kalau kamu pergi denganku, hmm~? Valentine Grand Ball pasti seru lho, apalagi kalau datang bersama Section Leader yang ganteng seperti aku ini~" lengkap dengan senyuman maut khas dirinya yang terkenal womanizer se-Cabang Afrika - Timur Tengah. Padahal baru saja ia mengalami perubahan mood yang cukup drastis, namun ia sudah sanggup kembali ke mode womanizer-nya yang biasa. Kenapa ini... Apa ini suatu bentuk yang dinamakan 'pelarian'?

Merebahkan badannya kembali ke kursi malas, senyumannya berubah menjadi senyum kecil yang santai lagi, "Tapi, tentu saja aku tidak akan memaksa seorang lady seperti dirimu..." atau kalimat alternatif lainnya: lupakan saja kalimatku tadi, aku hanya main-main...

Konstantina bukan seseorang yang peka (dan seandainya ia pun peka bukan berarti ia akan peduli), namun tidak sulit baginya untuk melihat bahwa Rajeev Nambiar tidak dalam mood untuk merespon keluhannya dengan santai seperti biasanya. Bibir gadis itu tertekuk ke bawah, dan makin demikian, melihat Rajeev yang (seakan-akan) kembali ke modus sehari-harinya dengan senyum slengean itu. Apakah wajah sendu itu bayangannya saja? Mungkin dirinya kebanyakan tidur...

"Kenapa, Tina? Mau pergi juga? Wajah Tina langsung merona dalam sesaat. Telunjuknya mengarah ke Rajeev, seakan melaknatnya, dengan pasti meskipun lengannya bergetar dan mulutnya masih gagap. "K-Kau! ... urgh!!!"

Namun, ia memang memiliki kepentingan dengan pesta dansa itu. Selain rasa tanggung jawabnya atas Hakizi Mana yang menyatakan bahwa ia -wajib- turut serta, ada sedikit rasa penasaran untuk melihat bagaimana keadaan kakak pengidap kompleks Oedipus akut itu... bukannya kenapa-kenapa, Konstantina hanya sedikit ragu bagaimana lelaki lemah hati itu dapat bertahan di benua yang begitu asing, heuh... Ia menggelengkan kepalanya, lupa bahwa ia berada di hadapan orang lain. Tidak. Urusannya dengan Valentine Grand Ball hanya bisnis, hanya bisnisnya semata sebagai ajudan sang supervisor.

"Tapi, tentu saja aku tidak akan memaksa--

Kata-katamu sudah tidak terdengar, Rajeev. Berusaha menyembunyikan kegugupannya di balik suara tegar, wanita yang mengangkat dagunya dengan angkuh sudah memotong, "... Aku mau."



Krik... krik... krik...

"Ehem," dehamnya, sebelum memperbaiki posisi kaca matanya, lagi. "itu... sudah kewajibanku. Ah, sudahlah. Pokoknya kita cukup bersapa pada hari keberangkatan; kuharap Anda sudah mandi sebelum itu, atau mungkin Anda akan kuceburkan ke dalam laut."

Dia ini sedang bermimpi di siang bolong atau apa?

Situasinya benar-benar tidak terasa riil; di mana rayuannya sukses dalam satu kali upaya, dan tentu saja fakta yang paling mencengangkan adalah, wanita yang termakan rayuan itu adalah wanita kaku macam Konstantina Abovian. Oh, maaf, bukan termakan, sepertinya. Tetap saja, dua kata yang seperti mantra magis itu membuat Rajeev penasaran setengah mati apa yang membuat wanita berkacamata yang biasanya melemparinya dengan berbagai barang dapat mengiyakan ajakannya dengan SANGAT cepat (kurang dari lima detik!), entah berpikir dulu atau tidak. Masalahnya, yang mengajak Tina itu Rajeev, lho? Jenis kepala bagian yang paling dibenci Konstantina karena sikap santainya yang seringkali berlebihan dan hobinya menggoda wanita. Nah, aneh kan?

Bukan aneh lagi, ini sih keajaiban!

Pokoknya, apapun motif Konstantina, responnya yang benar-benar di luar dugaan itu betul-betul membuat dirinya terbengong-bengong sambil sesekali mengerjapkan mata. Hebat sekali hari ini, perasaannya seperti sedang berada di sebuah roller-coaster terhebat di Amerika di abad 21. Tetapi, satu hal yang pasti, dengan ini ia bisa pergi ke Valentine Grand Ball. Sedikit banyak, ia merasa lega.

Mendengarkan kalimat lanjutan dari Konstantina, Rajeev tertawa kecil menanggapinya, "Aduh, jangan begitu dong, Tina... Kita kan harus membeli gaun yang cantik untukmu. Kita ingin semua orang punya impresi yang baik tentangmu kan? Misalnya, tentang Nona Konstantina yang menawan hati bersanding dengan Tuan Rajeev yang mempesona... Kedengarannya bagus kan?" mengedipkan sebelah mata pada wanita itu dengan senyum yang selaras dengan aksinya sekarang. Bukan Rajeev namanya kalau tidak menggoda wanita.

"Oh ya, kamu tidak usah khawatir, kalau kamu belum tahu, aku sudah banyak intropeksi diri kok, terutama soal kebersihan. Tanya saja Hakizi kalau tidak percaya," lanjutnya, meluruskan salah paham yang rupanya belum dipahami wanita berkacamata itu. Yaa, sejak pengalaman langka yang didapatinya dari ibunda yang bersangkutan, Rajeev telah meningkatkan tingkat higienitasnya secara drastis. Hanya saja, walau badannya sudah bersih, jas labnya tetap lusuh seperti biasa (selain itu sih bersih, tapi orang-orang sering tidak sadar). Begitu deh nasib lelaki jomblo yang sehari-harinya jamuran di laboratorium.

Kembali menempatkan kepalanya di kedua punggung tangan, mengangkat pandangannya agar bisa bertatap langsung dengan Konstantina, "Jadi? Aku boleh menemanimu memilih gaun kan?" Rajeev akan berpakaian dengan benar deh, juga akan wangi, janji.