Central Section Diplomatic & Communication Office
Tomorrow, 04.00 PM
Tugas Fuchsia hari ini jadi lebih cepat selesai daripada biasanya. Ya, bukan berarti si kuncir kepang terlampau sering diberi tumpukan dokumen tebal, sih. Terkadang sesekali diberi dokumen yang sedikit, juga, tapi hal itu termasuk jarang dalam kehidupan Fuchsia selama di Black Order. Biasanya dia kembali ke kantor untuk mengembalikan dokumen ketika kisaran tengah malam, tapi sekarang sore sudah bisa dikumpulkan.
Biasanya Fuchsia akan mengumpat bahwa para staff yang berkedudukan di atasnya itu memang tidak niat menyerahkan pekerjaan padanya, atas dasar usia sang dara yang menjelang usia 13 tahun. Tapi untuk kali ini, alasannya sangat jauh berbeda. Pengunguman tempo hari dari Tuan Supervisor itu pasti alasannya, tak perlu diragukan lagi. Tak heran kalau pekerjaan sebagian ditahan dulu untuk persiapan pesta. Paling banyak juga surat-surat telegram yang berseliweran sana-sini daripada naskah terjemahan. Maaf saja, Fuchsia tidak tertarik dengan kode-kode. Jadi tidak akan berminat untuk menambah pekerjaan menerjemahkan telegram.
Selesai menyerahkan tumpukan dokumen pada leader, gadis itu melangkahkan kakinya untuk kembali ke perpustakaan. Dia tidak tertarik untuk menyibukkan diri akan pesta tersebut. Selain memang tidak memiliki pasangan, Fuchsia lebih memilih membaca buku buku di perpustakaan saja daripada ikut pesta tidak penting begitu. Kalau nantinya memang wajib, lebih baik ikut lowongan jadi pelayan, beres ‘kan?
Baru saja hendak keluar dari kantor, seorang staff yang biasa mengirim telegram datang kepadanya,
“Scarlet, ada telegram untukmu,” Fuchsia menghentikan langkahnya, menoleh ke arah staff itu. Pandangannya jelas dingin dan tidak percaya. Tentu saja, siapa yang mau mengirimkan telegram pada gadis seperti dirinya? Dia tidak memiliki teman yang spesifik. Bahkan dari markas Black Order sendiri sekalipun, setidaknya baginya begitu. Ada jeda sebelum merespon staff yang kini mengulurkan surat yang dipenuhi kode morse tersebut. Akh, Fuchsia malas memecahkan sandi! Lagipula juga bukan surat penting yang harus dibacanya sendiri ‘kan?
“Bisa tolong terjemahkan untukku?” Tanya Fuchsia dingin sembari akhirnya membatalkan meneruskan perjalanan kembali ke perpustakaan. Sebuah anggukan staff meyakinkan sang dara untuk mengikuti ke tempat kerja staff tersebut. Ah, harusnya dia membawa serta buku yang sedang dibacanya, ya? Habisnya masih menunggu, sih. Dan menunggu itu membosankan.
Syukurlah tidak perlu waktu lama untuk menerjemahkan telegram untuk Fuchsia. Mungkin bisa dihitung menit sampai akhirnya hasil terjemahan diberikan padanya. Walau begitu, tetap saja wajah Fuchsia menekuk bosan, seperti menunggu berjam-jam. Sepertinya jeda ketika menerjemahkan membuatnya jadi penasaran juga siapa yang mengirimkan telegram untuknya dan apa isinya, cukup membuatnya menjadi tidak sabaran.
Setelah mengambil telegram yang telah berisi susunan
alphabet, Fuchsia memilih untuk duduk di meja kantor miliknya yang sudah lama tidak dia tempati —terlalu sering mengerjakan segala sesuatu di dalam perpustakaan. Barulah iris sang dara membacanya dengan hati-hati.
- Quote :
- Um, hai Scarlet. Lama tidak bertemu. Masih berkutat dengan buku? Err, kali ini tengah membaca buku apa?
Kynan Crawford
Kynan… Crawfrod? Siapa?
Fuchsia mengeriyit heran mendapati isinya tentang perhatian tentang buku yang sedang dia baca. Dia memejamkan matanya sejenak, mengumpulkan serpihan memori yang banyak terpecah dan hilang. Setidaknya sosok yang dia ingat di dalam markas Black Order tidak begitu banyak. Bahkan nona pengirim telegram tadi juga hanya dia ingat sekelebat saja saat momen itu saja.
Kynan… Kynan… Crawford… Crawford… Kynan Crawford… ehum…
“OH!” Dalam sekejap, Fuchsia kembali membuka matanya, menemukan sosok dalam bayangan memorinya yang memiliki nama tersebut. Tentu saja, Kynan Crawford, Exorcist asal Amerika yang dulu pernah singgah kemari. Fuchsia sempat mengobrol dengannya saat itu. Pertemuan mereka tidak diselingi timpukan buku maupun ucapan ketus —err… masalah cara bicara itu tentu saja terjadi di awal-awal pertemuan, hanya masalah kebiasaan. Sebaliknya, Fuchsia antusias sekali ketika mendengar pemuda itu bercerita tentang buku-buku yang dibacanya. Memang bukan sejenis kisah dongeng kesukaannya, tapi cukup membuat sang dara kagum. Dan selama beberapa hari membuat gadis itu cukup tertarik membaca buku yang berbeda dengan biasanya. Walau sayangnya hanya bertahan beberapa hari, kemudian terlupakan bersama dengan memori orang yang benar-benar menyukai buku itu.
Tak disangka, sekarang Crawford mengirimkan telegram untuknya dengan isi yang sebenarnya tidak terlalu… penting. Ah, tapi Fuchsia tidak membuangnya di tempat sampah, kok. Malah tertarik untuk membalasnya. Yeah, tidak lain dan tidak bukan karena Fuchsia sangat suka menceritakan tentang buku-buku yang tengah dibacanya. Kalau topik lain? Sudah pasti sudah diabaikannya.
- Quote :
- Crawford, bagaimana kabarmu di sana? Tidak mengalami luka karena misi bukan?
Tentu saja aku masih membaca buku. Kau tahu kisah “Cinderella”? Aku sudah berkali-kali membaca kisah itu, tapi tidak pernah bosan untuk terus membacanya. Benar-benar bagus! Aku sarankan kau untuk membacanya. Serius!
Eh, ada apa tiba-tiba kau kirim telegram padaku? Jangan bilang kalau hanya sekedar menanyakan buku!
Fuchsia Scarlet
Fuchsia membacanya berkali-kali sebelum akhirnya (terpaksa) diubah dalam sandi morse dan mengirimkannya. Terlalu panjang, ya? Biarkan saja, deh. Oh ya, baris terakhir itu serius ngomong-ngomong. Fuchsia harap jawaban atas telegramnya tidak mengecewakannya. Lagipula untuk apa hanya tanya buku yang dibacanya lewat telegram? Kurang kerjaan.
OOC:
- Sudah mendapat izin posting telegram milik Kynan Crowford
- Isi telegram dianggap sudah diterjemahkan dari kode morse ke huruf biasa begitu pula sebaliknya