Time | Selamat datang di Black Order Headquarters! Waktu dunia Black Order HQ saat ini adalah: Februari 1880 |
|
| [Pre-Event] Glaucio A. Marino - Gabrielle van Rijn | |
| | Author | Message |
---|
Gabrielle van Rijn
Posts : 115 Umur : 31 Pemilik : Al2SiO5
Biodata Posisi: Section Staff Cabang: Eropa Umur: 18
| Subject: [Pre-Event] Glaucio A. Marino - Gabrielle van Rijn 13th July 2010, 09:17 | |
| Infirmari 14.56, 28 Januari 1880 Grand Valentine Ball. Dari namanya saja, pasti itu adalah acara pesta dansa yang sangat megah yang diadakan saat hari Valentine. Bahkan katanya, semua cabang Black Order juga diundang? Pasti mendadak suasana markas cabang utama ini jadi sangat ramai. Mungkin beberapa di antara mereka mencari gaun bersama pasangan dansa mereka, berlatih langkah berdansa, melewatkan waktu berdua sampai setidaknya acara Valentine Ball selesai…atau mungkin lebih dari itu. Gabrielle van Rijn duduk tenang di tempat kerjanya. Ia hanya bisa membayangkan saja dirinya ada di dalam ruangan tempat acara diselenggarakan, memakai gaun yang cantik, dan berdansa dengan senangnya. Ingat dengan androphobia? Yah, itulah salah satu kekurangannya. Kekurangan fatal yang membuatnya tak bisa menyentuh lawan jenisnya…atau bahkan berada terlalu dekat dengan para pria bisa membuatnya kehilangan kesadaran. Gabrielle ingin bersikap bijak. Ia tak ingin menyalahkan siapa pun atas kejadian di masa lalunya yang membuat trauma. Gaby tak menutup diri dari lawan jenisnya, berusaha untuk berinteraksi secara normal. Gadis Belanda itu tak pernah menyerah untuk menghilangkan androphobia-nya. Sampai saat ini, pasien-pasien pria bisa disembuhkan dan ia sudah bisa mengobrol dalam jarak yang cukup dekat. Tentu saja hasilnya ini juga karena bantuan teman baiknya, Liadan ni Suilleabhain. Namun, rasanya mengikuti Valentine Ball akan menjadi bencana kecil untuk Gabrielle van Rijn. Ia pasti harus menyentuh beberapa orang pria. Sungguh keajaiban kalau ia bisa tidak pingsan di tengah-tengah ruangan dan terinjak-injak orang yang sedang berdansa. Entah kenapa Gabrielle jadi agak sedih. Matanya mulai basah, walaupun belum ada yang menetes melewati pipi. Bagaimanapun juga ia ingin menjadi gadis normal. Berbagai pikiran mengganggunya, tapi ia sangat menginginkan Valentine Ball. Gabrielle tertawa getir di dalam hatinya. Ia sadar dirinya begitu munafik. Saking seriusnya berpikir sendiri, bahkan Gadis Belanda itu tak sadar bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya... | |
| | | Glaucio Marino
Posts : 88 Pemilik : *nbla Poin RP : 20
Biodata Posisi: Disciple Cabang: Eropa Umur: 20
| Subject: Re: [Pre-Event] Glaucio A. Marino - Gabrielle van Rijn 13th July 2010, 15:06 | |
| Atmosfer valentine tidak cocok untuk kesehatannya.
Kesimpulan pertama, atau setidaknya satu-satunya yang bisa ia tarik sebagai penyabab utama mengapa migrain-nya kambuh lagi pagi tadi. Dia bangun dengan rutinitasnya yang biasa juga, well. Kopi pahit dan kepala berat, makin berat--kacamatanya tidak ketemu. Biarlah, tidak begitu penting. Lalu beranjak, menuju pekerjaan dan beberapa janji sebagaimana yang telah disepakati sebelumnya. Masih berat. Tidak berubah bahkan setelah orang-orang di sepanjangan lorong berkicau tak henti mengenai beberapa topik yang menjadi kunci terlaris hari ini--valentine, ball, pasangan, sebut saja begitu. Maka begitu terus sampai dia sadar bahwa ia kehabisan obat untuk dosis siang.
...Berarti bukan valentine penyebabnya, kalau menilik ceritanya sejak awal tadi.
Cis.
Pintu ditarik dengan sebelah lengan, lalu mendorongnya dengan kaki hingga bisa dimasuki. Mengernyit sejenak sambil tahu bahwa yang hendak dijejakinya kali ini bukan lagi tempat yang biasa. Terlalu biasa, bahkan membaui aroma khas alkohol bukan lagi hal yang membuatnya merasa sulit. Ia sudah belajar banyak, barangkali, Glaucio Marino tersebut. Terlebih barangkali setelah merasakannya mengalir di dalam tubuh sendiri sejak Desember lalu--uh, kay. Perasaannya saja, atau memang sejak saat itu darahnya tidak pernah terasa sama lagi--ah, pasti memang perasaannya saja.
Tidak menyangkal.
Lagi. Melirik tanpa minat ke arah benda yang ada di pelukan, meyakinkan diri tidak akan menjawab jika (kalau memang) ada yang menanyainya mengapa harus membawa-bawa laporan kerja ke tempat begini. Kalau memang harus, singkat saja, ia tak bisa menjumpai siapapun. Generalnya pasti kabur bersama Maraschine. Allegra--di saat dibutuhkan begini, dia malah hilang. Ia meletakkan bendanya lagi di meja pinggiran ruang dengan gusar. Membuang napas. Memijat tengkuk dengan tatap terpejam sendu. Keningnya berkerut. Glaucio Marino--menyimak dari sejumlah deskripsinya yang sebelum--terdengar menyedihkan. Tak beres.
"..."
Lihat siapa yang menjaga infarmari hari ini.
"Obat yang biasa..." Posisinya masih stagnan, menghadap punggung si gadis yang wajahnya tak terlihat dari sudut pandang sini. Pegawai tetap infarmari, yang berambut ungu dengan sejumlah deskripsi yang tidak perlu disebutkan sebagaimana dia yang sudah amat familiar di dalam benaknya. Bukan permintaan yang rumit, eh? Bagaimanapun pemuda itu juga 'pengunjung tempat' di sini. Tebak, sedosis-dua dosis obat terlebih waktu kau belum juga menerima gaji. Glaucio enggan menyebutnya dengan istilah mengemis.
Meneruskan kalimatnya yang menggantung, meski manners nyatanya memang bukan sesuatu yang ia sanjung dengan sedemikian rupa. "...Please? Gabriella?"
Dia tidak menyebut kebetulan kali ini sebagai sebuah keberuntungan. Belum. | |
| | | Gabrielle van Rijn
Posts : 115 Umur : 31 Pemilik : Al2SiO5
Biodata Posisi: Section Staff Cabang: Eropa Umur: 18
| Subject: Re: [Pre-Event] Glaucio A. Marino - Gabrielle van Rijn 13th July 2010, 18:26 | |
| Gabrielle masih memikirkan betapa munafiknya gadis itu selama beberapa menit. Gadis itu mencoba mengendalikan dirinya seperti biasa, menarik dan membuang nafas pelan dengan konstan. Hatinya terus menggumakan kata-kata penyemangat seperti 'kuatlah!' atau 'jangan menyerah!'. Sayang hal itu tak begitu berpengaruh kali ini. Kabut itu begitu tebal menyelimuti hatinya sehingga kedua tangan mungil Gabrielle tak bisa menyingkapnya sendirian.
...Padahal sebenarnya ia tahu tak ada gunanya mengasihani diri sendiri.
Kret
Tubuh Gabrielle sontak terkaget sampai setengah terlompat saat mendengar suara pintu infirmari dibuka. Gawaat... Gabrielle sedang dalam mood yang kurang bagus, belum lagi matanya masih sedikit berair karena pikiran buruk tadi. Refleks, tangan kanan Gaby mengucek-ngucek matanya (yang seharusnya tidak boleh dilakukan) sampai genangan air di matanya hilang terhapus oleh kulit tangan. Matanya mengedip beberapa kali sampai akhirnya cahaya dapat masuk secara sempurna dan otaknya bisa menangkap bayangan sosok yang menunggu.
"Obat yang biasa..."
Glaucio Marino.
"...Please? Gabriella?"
Masih dengan kebiasaan yang sama: salah mengucapkan nama asli si gadis.
"Ba-baiklah, tunggu sebentar. Duduklah dulu," ujar Gabrielle sopan sambil mengusahakan sebuah senyum terbentuk di wajahnya, akhirnya hanya menampakkan sebuah senyum janggal yang terlihat dipaksakan.
Tidak seperti biasanya? Memang.
Kembali ke urusannya, Gabrielle mencari-cari obat yang rutin dikonsumsi Glaucio. Sekali lagi, tidak seperti biasanya, ia malah mencari ke dalam rak yang salah berkali-kali. Ia tidak sengaja, sungguh! Tapi hati dan otaknya sedang dalam kondisi tidak sinkron. Sampai akhirnya ia bisa menemukan obat yang dimaksud dan sesegera mungkin menyerahkannya kepada yang berwenang. "Se-seharusnya G-Glaucio lebih banyak beristirahat," tambahnya lagi.
....
"Ap-apa Glaucio...akan datang ke pesta dansa nanti?"
Pertanyaan bodoh, Gabrielle. Lagi-lagi otak dan tubuh tidak sinkron, pertanda tidak konsentrasi. Rona merah yang muncul di pipi sama sekali tak membantu. Apalagi otaknya yang aktif memproduksi pikiran-pikiran aneh seperti momen saat Glaucio dan Allegra berdansa berdua...tu-tunggu! Kenapa harus Allegra? Hauu, sadarlah kembali Gabrielle! Pertanyaan itu terlanjur keluar dari bibirnya. Sekarang Gabrielle harus menanggung resikonya.
Sebenarnya di dalam lubuk hatinya, Gabrielle menunggu jawaban meluncur dari pemuda berambut keabuan. | |
| | | Glaucio Marino
Posts : 88 Pemilik : *nbla Poin RP : 20
Biodata Posisi: Disciple Cabang: Eropa Umur: 20
| Subject: Re: [Pre-Event] Glaucio A. Marino - Gabrielle van Rijn 15th July 2010, 21:40 | |
| Lagipula memangnya ini pantas disebut sebagai keberuntungan?
Di telinganya sendiri, itu kedengaran janggal, jujur saja. Bukan kebiasaannya untuk mengagungkan keberadaan orang lain selama ini—keberadaan mereka toh tidak akan berdampak banyak bagi kehidupannya sendiri. Selama ini Glaucio Marino juga sudah solitaire, yaddah. Yang menentukan keberuntungannya, hanyalah ia sendiri. Bukan dengan menggantungkan nasib kepada orang lain seperti ini caranya. Makanya—tuturnya lagi—ini terasa seperti situasi yang... Sebut-satu-kata-selain-'janggal'.
Awkward.
Nah. Sekarang ia bahkan tak tahu apa ada kata-kata lain yang kedengaran lebih pantas daripada itu. Sebelah tangannya berada di dinding, menyangga sisi tubuh sembari menunggu si gadis mengeluarkan sepatah-dua kata umpan balik. Bukan kesenangannya untuk menunggu dalam hening begini—terlebih saat tengah dibutuhkan. Ha. Kalau general-nya terkesan lebih mengagungkan wanita daripada apapun, maka berbeda dengan bawahannya—Glaucio lebih mementingkan obat sakit kepala dalam urusan kali ini. Justru kalau wanita tak ada, dia tak akan perlu obat sakit kepala terus-terusan begini.
Kilat hijaunya memicing, memutar pandang seraya hanya mengangguk pelan menanggapi respon sang gadis penjaga infarmari. Basa-basi, pertanda belum tentu Glaucio juga hendak mendengarkannya dan melakukannya benar-benar—pekerjaannya makin menumpuk dan membuatnya makin sering lembur; disamping juga fakta tentang ia yang memang keras kepala sejak dulu. Bukan kebiasaannya untuk mendengarkan saran orang lain; kalau hanya saran toh ia bisa membuat satu yang lebih (paling) bagus untuknya sendiri. Ia menganggak kepala sedikit, menyadarinya tidak lagi seberat semenit yang lalu. Apa pengaruh 'telah terbiasanya dia dengan sebuah atmosfer' memang memberikan dampak sebesar ini? ...Oh. Tsk.
Alih-alih terbiasa, sebetulnya justru dia merasa makin asing.
"Entah. Aku tak pernah berminat dengan itu," pesta dansa, maksudnya. Sadar kalau diantaranya dan Gabrielle van Rijn tidak lagi menjalin sebuah konversasi yang (...katakanlah) normal. Sejak 'beberapa bulan terakhir', waktu ia merasa si gadis Belanda tersebut terasa agak menjauhkan diri darinya. Katakanlah Glaucio sendiri tak sadar, juga tak sempat mencerna makna dari beberapa kejadian lalu tersebut; di sisi lain ia sempat dan mulai teralihkan oleh keberadaan Allegra, yang bagi si pemuda sendiri cukup bisa untuk menutupi segala 'kesadaran' yang sempat terpikirkan olehnya tersebut beberapa waktu lewat. Meskipun belakangan—dia juga mulai kacau. Bingung memikirkan siapa yang salah, siapa yang paling bodoh dan siapa yang paling tidak peka diantara semuanya.
Bingung harus mengakui dirinya yang begitu, atau tidak.
Satu percakapan setelah sekian lama, dan mengapa—mendengus—harus bertemakan pesta dansa? Ia tidak hendak tanya kenapa.
barunyadardiatastadityponamanyaGabrielle=))=)) *disepak* | |
| | | Gabrielle van Rijn
Posts : 115 Umur : 31 Pemilik : Al2SiO5
Biodata Posisi: Section Staff Cabang: Eropa Umur: 18
| Subject: Re: [Pre-Event] Glaucio A. Marino - Gabrielle van Rijn 16th July 2010, 06:57 | |
| "Entah. Aku tak pernah berminat dengan itu,"Jadi Gabrielle van Rijn harus merasa apa? Senang? Kecewa? Entahlah, gadis itu hanya terkekeh kecil mendengar jawaban Glaucio. Bisa dibilang jawaban itu benar-benar khas. Ia ingat Glaucio sebenarnya tak terlalu suka makanan manis. Mungkin Valentine yang salah satu ciri khasnya adalah cokelat (atau makanan serba manis lainnya) juga tak disukainya? Tapi jujur saja, setia kali Gabrielle secara tak sengaja memikirkan Glaucio, semakin banyak hal yang ia tidak ketahui. Selama ini gadis itu hanya mengenal bagian luarnya. Dirinya dan si pemuda Italia jarang bicara tentang diri mereka sendiri. Jangankan itu, rasanya kesempatan bicara tanpa rasa canggung pun masih langka. "Kukira Glau akan cepat dapat pasangan," sedikit demi sedikit rasa canggung yang membuatnya sedikit tergagap mulai mencair. Setelah dirinya merasa lebih tenang, akhirnya Gabrielle bisa tersenyum dengan tulus lagi dan tanpa ragu Gaby memberikannya satu untuk Glau. "Aku juga sepertinya...tidak akan pergi. Ada beberapa ini dan itu yang menghalangi,"gadis Belanda itu hanya memberi ekspresi ironis yang samar di wajahnya. "Glau ingat kan, aku akan pingsan kalau disentuh laki-laki," ucap Gabrielle sambil tertawa lemah, sekedar mengingatkan ciri khusus yang dimilikinya: Androfobia. Tapi...bagaimana dengan Glaucio Marino? Apakah dia berbeda? Dengan semua perasaan yang meluap-luap dalam hati staf medis itu akankah membuat Glaucio memiliki celah di pelindung tak kasat mata yang selama ini terus "melindungi"-nya itu? Haha, entah kenapa ini jadi terasa seperti sesi curhat.
- Spoiler:
oot: Glau beneran ga peka nih [-(. Di depanmu cewe abis nangis, oi, nangis =)) *berguling*
| |
| | | Glaucio Marino
Posts : 88 Pemilik : *nbla Poin RP : 20
Biodata Posisi: Disciple Cabang: Eropa Umur: 20
| Subject: Re: [Pre-Event] Glaucio A. Marino - Gabrielle van Rijn 30th July 2010, 21:48 | |
| Bisakah kita... Membicarakan hal-hal lain saja?
Inginnya mengatakan itu, sekalipun pada akhirnya itu terurungkan juga. Nalurinya tergerak sedikit; sesuatu yang langka. Bukannya ia sendiri meragukan bahwa ia sesungguhnya juga memiliki itu—hng ya, memang sempat juga. Ini bukan sesuatu yang biasa dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari; dan pada kesehariannya memang ia tak pernah menggunakan nurani juga. Clear enough. Kadang terlalu melibatkan emosi dalam pekerjaan justru akan membuatnya semakin terulur-ulur. Dan ia jelas lebih suka menjalaninya straight. Ini jelas bukan sesuatu yang merupakan rutinitasnya—entahlah. Glaucio lebih memilih 'rutinitas', sebuah kebiasaan yang karena merasa dengan begitu ia sudah tak perlu merasa canggung satu sama lain dalam melaksanakannya.
Mungkin malah sebetulnya kata canggung bukan sesuatu yang tepat untuk bisa mendeskripsikannya.
Melirik salah satu rak berisi obat-obatan, terlapis kaca bening yang salah satu di dalamnya adalah pil penahan sakit—dia sudah cukup hapal dengan segala letak-letak peralatan di sini, sehingga tanpa salah seorang staff pun untuk menemaninya di sini, ia tak akan punya masalah. Glaucio Marino sendiri tak membutuhkan bantuan, pikirnya. Anggaplah keberadaan Gabrielle di sini adalah untuk alasan yang berbeda. ...Hng? Inginnya segera membuka kuncinya, lalu mengambil salah satu pil—lalu tahu rasanya tak sopan jika ia langsung menyela sang van Rijn yang sedang berbicara begitu saja.
Terlebih jika alasannya adalah karena ia tak menyukai kemana topiknya berarah.
"Omong kosong." Untuk apa para wanita mencari laki-laki yang bahkan tidak bisa dijadikan pasangan berdansa untuk satu malam yang sebetulnya juga tidak ada sakral-sakralnya itu sama sekali? Digumamkan yang tadi itu dengan amat pelan, beringsut. Menyandarkan punggung ke dinding, mengistirahatkan raga. Membuat perhatiannya kini lebih terfokus pada ucapan demi ucapan si gadis. Berharap mengenai akan adanya perkembangan hubungan mereka dibandingkan sejak berminggu-minggu yang telah lewat tersebut.
Tapi kalau rupanya tidak... Memangnya Glaucio bisa memaksakannya?
"...Tahu."
Ia ambisius. Ha. Apapun bisa-bisa saja untuk diusahakannya.
Kristal hijaunya bergulir di tempat, memfokuskan pandang kembali—pada sorot mata yang menatapnya agak (ha) sendu tepat di hadapan tersebut. Perasaannya saja, atau memang gadis itu kelihatan lebih lelah daripada saat perjumpaan mereka yang terakhir itu? Setahun, membuat si pemuda cukup tahu mengenai keluhan mendasar yang dimiliki sang kenalan—sekalipun yang bersangkutan kelihatan paling enggan untuk menunjukkannya. Bukannya justru selama ini Gabriella sendiri malah biasa-biasa saja setiap kali ada di dekat-nya? Begitu pun sebaliknya.
Tangannya baru saja hendak bergerak, berniat menuju puncak surai keunguan tersebut. Sambil berpikir betapa bodohnya ia yang mempercayai kata-kata orang tua 'bijak' bahwa gestur seperti itu adalah sesuatu yang bisa meringankan sebagian besar beban milik mereka. Sambil teringat bahwa bukannya tidak mungkin itu malah semakin memperparah keadaan—dia yang akan pingsan kalau disentuh laki-laki.
Dagunya tertunduk lagi.
"Lalu? Kenapa menceritakannya padaku?"
Gerak telapak tangannya tergantung tepat di tengah perjalanan. | |
| | | Gabrielle van Rijn
Posts : 115 Umur : 31 Pemilik : Al2SiO5
Biodata Posisi: Section Staff Cabang: Eropa Umur: 18
| Subject: Re: [Pre-Event] Glaucio A. Marino - Gabrielle van Rijn 31st July 2010, 10:39 | |
| Gadis asal Belanda itu sedikit kaget saat Glaucio mengarahkan sebelah tangan ke arahnya. Wajahnya sedikit tertunduk. Tubuhnya bergetar pelan. Refleks yang selalu muncul saat momen semacam ini seperti sudah terpatri dalam pengatur syaraf tubuhnya. Ia merasa takut, tapi di satu sisi Gabrielle tahu hatinya menginginkan tangan itu menyentuh puncak kepalanya. Pikiran dan tubuhnya mengeluarkan keinginan yang berbeda. Paradoks.
"Lalu? Kenapa menceritakannya padaku?"
Sampai pikirannya dipenuhi tawa ironi yang berbalut getir. Tangan hangat itu tak akan sampai padanya. Tidak sebelum rasa takut itu hilang.
"Maaf," Cuma satu kata yang bisa diluncurkan mulut kecilnya. Kenapa katanya? Rasanya Gabrielle merasa seperti ditampar karena pertanyaan itu. Kalau memang ia menginginkannya, kenapa ia harus memberi penegasan tentang hal itu? Bukannya itu cuma membuat semuanya lebih rumit?
Otak Gabrielle diperas sekuat tenaga untuk menghasilkan satu alasan saja. Gadis itu berpikir dalam-dalam sampai akhirnya ia menemukan jawabannya. Ia awalnya tidak tahu kenapa merasa sedikit lepas sejak pertama bertemu pemuda berambut abu di depannya. Lalu perasaan aneh mulai muncul. Gabrielle sendiri tak pernah merasakan hal yang sama sejak para penjahat itu membuat trauma yang dalam di hatinya. Bahkan tidak pada Ariel Archer atau siapapun.
Gabrielle memberanikan dirinya. Si staf medis beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mendekat ke arah si pemuda. "Karena kau berbeda," ujarnya sambil tersenyum lembut. Tangan kanan Gabrielle yang masih sedikit bergetar bergerak canggung. Kemudian tangan menyentuh bagian tengah dada Glaucio.
Hingga Gabrielle sadar tak terjadi apa-apa. Nafasnya tetap teratur dan matanya masih bisa melihat dengan cukup jelas dan Gabrielle masih bisa merasakan kakinya berdiri dengan tegak. Jantungnya berdebar dan kedua pipinya memerah, tapi itu tak terlalu berpengaruh bukan?
"Karena aku percaya padamu, Glaucio Marino." | |
| | | Glaucio Marino
Posts : 88 Pemilik : *nbla Poin RP : 20
Biodata Posisi: Disciple Cabang: Eropa Umur: 20
| Subject: Re: [Pre-Event] Glaucio A. Marino - Gabrielle van Rijn 31st July 2010, 19:51 | |
| Maaf, katanya?
"Kenapa?"
Refleks terlontarkan begitu saja.
Lalu bungkam lagi, mengingat kalau semakin banyak bicara bukan tidak mungkin kepalanya akan jadi makin sakit. Tapi untuk sejenak biarlah ia mengacuhkan sejenak mengenai peraturan main tersebut. Sakitnya tanpa diayal mulai berkurang, tanpa perlu kau pedulikan. Padahal tadinya ia baru saja memikirkan kemungkinan mengenai ia yang akan tetap sakit sampai tanggal 14 Februari berakhir—dua minggu itu bukan sesuatu yang singkat. Dan walaupun ia sendiri sama sekali tidak berminat untuk bergabung dengan 'atmosfir' tersebut, memangnya lantas ia tidak boleh merasa terusik karenanya?
Mungkin lebih tepatnya, karena ia makin pusing setiap kali menyimak orang-orang menggunjingkan sesuatu yang tiada menarik minatnya sama sekali tersebut.
Sesuatu yang tidak terbersit di benaknya untuk bisa dimiliki sebagai minat—jika semuanya dinyatakan dalam bentuk kedua; kata lampau.
Ia mengernyit sejenak kembai, menunggu mulut lawan bicara di seberang mulai kembali terbuka—keformalitasan tetap saja berlaku, pada wanita sekalipun. Ia menunggu yang bicara terlebih dahulu, mendengar sekaligus baru berikutnya memberikan respon. Lama. Maksudnya, gadis itu bicara lama—dan pelan-pelan sekali. Harusnya Glaucio sudah mulai bosan karena itu.
Harusnya dia tersinggung ketika di'katai' berbeda.
Harusnya... Di mana ia barusan menyimpan logikanya.
"...tidak salah mempercayai orang?"
Telapak tangannya terulur, bertemu dengan ujung jari van Rijn yang tepat sebelum ini menyentuh sebelah dadanya. ...Hoi. Yakin orangnya tidak akan pingsan karena ini? Harusnya itu jadi sebuah pertanyaan—yang membuatnya tahu bahwa itu tidaklah sopan untuk menggenggam tangan milik orang lain, padahal yang bersangkutan tak pernah memberikannya izin untuk itu. "..."
Pernah dengar ungkapan tentang 'frasa yang menggantung tepat di ujung lidah'? Gunakan itu untuk mendeskripsikan apa yang sedang dialami si blasteran Italia tersebut sekarang. | |
| | | Gabrielle van Rijn
Posts : 115 Umur : 31 Pemilik : Al2SiO5
Biodata Posisi: Section Staff Cabang: Eropa Umur: 18
| Subject: Re: [Pre-Event] Glaucio A. Marino - Gabrielle van Rijn 1st August 2010, 07:35 | |
| Jujur, Gabrielle sendiri merasa heran saat tangannya berhasil mendarat tepat di dada Glaucio. Tak ada tanda-tanda bahwa gadis itu akan pingsan dalam hitungan detik. Sesaat Gabrielle merasa agak ragu dengan rasa percaya tanpa dasar yang dimiliki hatinya. Kalau ditanya sesuatu secara logika, tentunya hal itu mustahil atau bisa tapi sangat sulit. Tapi Glaucio benar-benar memberinya keyakinan bahwa Gabrielle bisa mempercayainya.
Ia bisa merasakan tangan lain di ujung jarinya. Ia masih belum, tidak, ia tak mau pingsan saat ini. Semuanya terlalu berharga untuk dilewatkan, bukan? "Kalau aku merasa salah..." ujar Gabrielle tenang, ia kemudian menyelipkan jemari di antara jari Glaucio untuk meyakinkannya, "...seharusnya aku sudah pingsan beberapa saat setelah jarak antara kita kurang dari satu meter."
Gabrielle tertawa kecil. Ia belum pernah merasa...lepas seperti ini di hadapan lawan jenisnya. Sebelumnya ia selalu merasa tegang, tak nyaman, dan takut. Apa Tuhan punya rencana lain untuk gadis pemalu itu?
Kalaupun iya, Gabrielle hanya bisa mensyukurinya, bukan?
Gabrielle menarik nafasnya pelan dan memberanikan diri sebelum akhirnya kata-kata itu meluncur. "Glaucio Marino, maukah kau pergi bersamaku...ke Valentine Ball nanti?"
Ia sudah terlampau yakin. Gabrielle hanya bis berpikir tentang hasil akhirnya. Selalu hanya ada dua jawaban yang bertolak belakang itu bukan? | |
| | | Glaucio Marino
Posts : 88 Pemilik : *nbla Poin RP : 20
Biodata Posisi: Disciple Cabang: Eropa Umur: 20
| Subject: Re: [Pre-Event] Glaucio A. Marino - Gabrielle van Rijn 1st August 2010, 19:38 | |
| Sebelah sudut bibirnya menanjak sedikit tanpa sadar.
Merasa bodoh karena tidak mampu memberi respon yang sepantasnya, dia masih diam. Termangu. Seperti pertemuan mereka yang pertama setahun silam, di mana peranannya hanyalah sebagai yang pasif—dan si gadis jadi yang sebaliknya. Baru pertama kali bertukar nama, dan saat itu si pemuda malah langsung mendapat sekotak coklat yang entah maksudnya apa—dan untuk sekali itu, ia menyukai makanan manis. Kedengarannya agak tidak logis bagi seseorang yang mendewakan kepalanya sendiri setiap kali bertindak, tapi bukankah dalam beberapa hal ada kalanya sebuah excuse diterima? Sampai sekarang demikian lah—pemuda itu masih menikmati peranannya sebagai si pasif. Sekalipun itu berarti juga melupakan keinginannya untuk selalu mendominasi dalam segala sesuatu.
Menghentikan seringainya, melanjutkan sesuatu yang sempat terputus tadi.
Sebuah ajakan... Hng?
Kalau dalam kondisi sewajarnya, Glaucio Marino yang bersangkutan tentu akan menolaknya. Bukankah sejak awal memang ia yang sudah menyatakan tak berminat dengan acara seperti ini? Kalau mengangguk sekarang, bisa-bisa ia dianggap menarik ucapannya yang sebelumnya. Sama sekali jauh... Dari tipikalnya yang biasa. Sudah ia katakan sebelumnya, bahwa atmosfir Valentine berhasil mengkontaminasinya dengan sesuatu yang tidak penting ataupun juga sewajarnya.
Tangannya dilepaskan--hei, memangnya kau tidak merasakan apa-apa ketika berada dalam situasi canggung seperti ini?
"Kalau kau tak keberatan."
Tidak kedengaran seperti mengiyakan, maupun juga menolak. ...Cukup cerdas? Dan ah, dia memang lupa benar mengenai tujuan awalnya datang ke sini. | |
| | | Sponsored content
| Subject: Re: [Pre-Event] Glaucio A. Marino - Gabrielle van Rijn | |
| |
| | | | [Pre-Event] Glaucio A. Marino - Gabrielle van Rijn | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | You cannot reply to topics in this forum
| |
| |
|
|