[AFRICA] Library in Tune

Dalam ketidaksadarannya, Rajeev tidak dapat merasakan apa-apa kecuali suara beberapa orang yang terdengar samar-samar. Goncangan serta genggaman pada kerahnya tidak bisa mengalahkan keinginannya untuk melanjutkan tidurnya... Tunggu, tidur? Tampaknya, daripada tidur, lebih tepat disebut tidak sadarkan diri.

"Kalau mati... berarti bisa dimumikan, dong! Yay! Aku mau coba ngeluarin otak orang lewat hidungnya!"

Deg! Entah kenapa, ada sesuatu yang memerintah Rajeev untuk segera bangun atau hal yang buruk akan menimpa dirinya. Entah itu dari alam bawah sadarnya atau apa, yang jelas, ia mulai membuka matanya pelan.

Pria India ini mengerjap-ngerjapkan matanya pelan, mendapati Sofia tengah memegangi kerah bajunya erat dengan ekspresi gelisah, "... Sofia?" gumamnya pelan. "... Eh, kenapa aku berbaring begini?" tanyanya lagi, merasa clueless dengan apa yang telah terjadi, atau apa yang telah diperbuatnya. Ya, ia tidak ingat sama sekali.

Melihat dari jumlah orang yang mengerumuninya, Rajeev berasumsi kalau mungkin saja sesuatu telah terjadi padanya, "Err, aku kenapa tadi ya?" Kalau ia ingat dengan kejadian tadi, entah bagaimana reaksinya nanti.

Rekan dekatnya tampaknya kebingungan setelah baru mendapatkan kembali kesadarannya. "Err, aku kenapa tadi ya?"

"Tidak terjadi banyak hal, Rajeev." Mungkin kalimat itu tidak tepat mengingat Rajeev tadi mendapatkan tamparan Sofia karena merayunya di bawah alam sadar. Tetapi, ia tidak ingin membuat orang yang sudah bingung tambah bingung. "Hanya, kau berhasil menghindari nasib mendapatkan otakmu dikeluarkan dari kepala melalui hidung."

Tunggu. Bukankah ia tidak ingin membingungkan Rajeev?

Ya, kembali ke permasalahan. "Rajeev, Tuan Morozov ini menginginkan suatu misi yang berlokasi di Mesir. Dekat dengan peradaban kuno, jika bisa. Adakah?" Ia bertanya pada Rajeev sebagai supervisor dengan section leader. Matanya yang bergaris luar kohl memandang Rajeev, meminta jawaban. Setelah Rajeev sudah benar-benar sadar diri, tentunya.

OOT : Rajeev, kasih saya nilai 100, gih! bisa bangunin karakter anda, buakakakak~

---

Melihat 'calon mumi'-nya mendadak sadar diri, kedua ujung bibir Andrei langsung jatuh. Sepertinya ia kecewa berat karena ia tidak jadi mengeluarkan otak seseorang lewat hidungnya, membedahnya dan mengeluarkan organ-organ dalamnya, membalsaminya..... Intinya, rencananya untuk membuat mumi pertamanya gagal total. Untung bagi Rajeev, tapi Andrei merasa benar-benar kecewa.

"Aaah, masih hidup, ya. Sayang, padahal kukira aku bisa praktik buat mumi hari ini juga," gumam Andrei dengan nada agak sinister. Ia bahkan tidak merasakan setitikpun rasa bersalah karena sudah berencana memumikan seorang Section Leader.

Quote :

"Rajeev, Tuan Morozov ini menginginkan suatu misi yang berlokasi di Mesir. Dekat dengan peradaban kuno, jika bisa. Adakah?"

Andrei langsung mencoba memasang senyum terbaiknya. Setidaknya, kalau ia diberi izin keluar, mungkin ia akan membatalkan rencananya untuk memumikan Rajeev hidup-hidup. Memangnya dia berani? Oh, tentu tidak... Tapi setidaknya ia bisa memakainya sebagai ancaman, mungkin?

Sang Supervisor yang merupakan sahabatnya angkat bicara, menjawab pertanyaan yang spontan dilontarkan oleh Rajeev beberapa saat yang lalu.

"Tidak terjadi banyak hal, Rajeev. Hanya, kau berhasil menghindari nasib mendapatkan otakmu dikeluarkan dari kepala melalui hidung."

Rajeev merasa bingung untuk sesaat; apa pula maksudnya itu? sebelum akhirnya ia mengerti apa yang dikatakan oleh Rajeev ketika melihat sosok seorang Finder berambut pirang di dekatnya. 'Kau lagi ya...' gerutunya dalam hati.

"Rajeev, Tuan Morozov ini menginginkan suatu misi yang berlokasi di Mesir. Dekat dengan peradaban kuno, jika bisa. Adakah?"

"Eeeng, entahlah," ia menggaruk kepalanya, kemudian berusaha berdiri dengan kedua kakinya. Kesadarannya mulai pulih sekarang, "Tapi rasanya anak buahku pernah menyinggung soal itu, kau bisa datang untuk mengeceknya sekarang juga." katanya angin-anginan, masih sedikit dendam dengan niat buruk yang dimiliki Finder asal Rusia tersebut. Rajeev merasa sedikit heran, rasanya sampai satu tahun yang lalu, ada seorang Finder yang sama antusiasnya seperti ini, hanya saja ia jauh lebih nasionalis. Rambutnya pirang juga, tapi kenapa mereka bisa bertolak belakang seperti ini sih? Ah, manusia memang misteri.

"Mau ikut tidak?" tanyanya pada Andrei. Yah, Rajeev memang berniat kembali ke kantornya, lagipula waktu istrahatnya sudah hampir habis. Bisa-bisa anak buahnya mengejar sampai perpustakaan dan menyeretnya untuk kembali bekerja. Dan tentu, ia tidak mau terlihat seperti itu di hadapan Sofia.

Quote :

"Mau ikut tidak?"

Andrei langsung menarik tangan Rajeev dan menjabatnya kuat-kuat sambil tersenyum lebar. "Tentu saja, Tuan Section Leader! Terima kasih banyak!! Suatu hari nanti, kalau Anda meninggal, saya akan buatkan piramid mini untuk Anda! Mungkin dengan tambahan Sphynx berwajah seperti Anda juga? Tidak masalah!!" cerocos Andrei. Pria Rusia itu memang selalu antusias kalau berkenaan dengan Mesir kuno.

"Nah, kita mulai dari mana? Apa yang harus diperiksa, atau mungkin ada yang harus dipersiapkan?" tanya Andrei sambil melepaskan tangan Rajeev dan menepuk kedua tangannya dengan riang, seperti waktu ia membicarakan tentang memumikan Rajeev.

"Tentu saja, Tuan Section Leader! Terima kasih banyak!! Suatu hari nanti, kalau Anda meninggal, saya akan buatkan piramid mini untuk Anda! Mungkin dengan tambahan Sphynx berwajah seperti Anda juga? Tidak masalah!!"

Pemuda Rusia itu mengenggam tangannya erat-erat, reaksi yang berlebihan sudah diantisipasi oleh Rajeev, "Awas saja kalau kau sampai berani melakukannya," katanya sambil tersenyum sinis, memperingati Andrei. Ya, daripada dijadikan mumi dengan Sphynx berwajah dirinya, ia lebih memilih mayatnya dikremasi. Tapi tunggu; siapa juga yang mau mati sekarang?

Selintas ia merasa konyol karena sudah memilah-milah mau seperti apa cara matinya nanti.

"Nah, kita mulai dari mana? Apa yang harus diperiksa, atau mungkin ada yang harus dipersiapkan?"

Ia menghela nafas kecil, baru untuk hal yang begini saja Andrei antusias. "Eeng, selagi bersiap-siap lebih baik kau kumpulkan beberapa Finder lain juga, aku akan beritahu anak buahku kalau kau mau mengambil misi itu..." ia menggaruk-garuk kepalanya yang sedikit gatal, jadi teringat kapan terakhir kali ia membersihkan kepalanya.

Pria India ini berbalik, hendak mohon diri, "Nah, aku duluan, Hakizi," katanya, "Sofia," kepalanya bergerak dan menatap Sofia, ia memberikan senyum hangatnya, dan terakhir pada Ethan, "Lord Ethan juga, aku permisi dulu~" ujarnya ringan, sambil melangkahkan kakinya menuju pintu keluar perpustakaan. Setelah mengurus misi Finder Rusia ini, rasanya ia ingin menikmati segelas kopi Kolombia hangat... Sambil mencoba untuk kembali bekerja, tentunya.

[Rajeev out]

Quote :

"Awas saja kalau kau sampai berani melakukannya,"

Andrei hanya tersenyum lebar menjawab kalimat sinis yang dilontarkan Rajeev. Di balik senyumnya itu, ia berkata dalam hatinya, 'Pasti saya akan melakukan hal semacam itu pada Anda, Section Leader~'.

Quote :

"Eeng, selagi bersiap-siap lebih baik kau kumpulkan beberapa Finder lain juga, aku akan beritahu anak buahku kalau kau mau mengambil misi itu..."

"Siap, Section Leader~!! Serahkan semuanya padaku!" kata Andrei sambil tersenyum lebar. Ia lalu menatap orang-orang yang ada di sana, masih dengan senyum yang sama.

"Aku pergi dulu, semuanya~ Supervisor, terima kasih banyak! Nanti saya bawakan sesuatu dari Piramid!" kata Andrei riang, sebelum ia melangkah pergi dengan santai, keluar dari perpustakaan. Di kepalanya, sudah terbayang apa saja yang akan dicurinya dari piramid. Pencuri makam? Yaah, itulah hobi dari pria eksentrik satu ini...

[Andrei OUT]

Dengan demikian, pergilah dua orang bawahannya; Rajeev, beserta Andrei Morozov yang tidak bisa lebih antusias lagi untuk mendapatkan kesempatan mengunjungi Mesir... bila ada. Ia tersenyum kecil; semoga ada misi ke Mesir, ia lebih suka melihat stafnya terpenuhi keinginannya ketimbang melakukan pekerjaan tanpa semangat.

Akhirnya, ia teringat tujuan awalnya mendatangi perpustakaan, membawa sekuel 'kitab' Gibbon mengenai jatuhnya Kerajaan Roma. Dengan kelopak mata yang terasa berat, ia rasa hal tersebut akan sulit dilakukannya dengan benar; tampaknya lagu yang dibawakan Ethan memiliki dampak padanya juga, walau terasa belakangan. Ia memejamkan mata bergaris luar kohl untuk sesaat, sebelum membukanya. Hakizi menggelengkan kepala.

"Tampaknya suara biola Anda cukup mujarab untuk menidurkan seseorang, Ethan Pasha." Ia meletakkan buku berat yang sebelumnya berada di genggamannya ke atas meja, sebelum mencari posisi bersandar pada kursi yang nyaman. Kepalanya menengadah, sebelum akhirnya berpaling pada Ethan. "Saya memohon diri dulu, Pasha. Tampaknya saya akan menggunakan kesempatan ini untuk tidur beberapa menit, jika Anda tidak berkeberatan."

Ia harap tidak, karena kelopak matanya terasa makin berat. Aneh, apakah suara biola Ethan masih terngiang di kepalanya? Perlahan, Hakizi pun hanyut ke dunia mimpi; benar-benar suatu siang yang menenangkan.




... Bagaimana nasib Ethan, ya? Ia harap pria bangsawan itu tidak tersinggung dengan tindakannya... Semakin terkuasai rasa kantuk, permasalahan itu pun tidak dibahas di kepalanya lagi, yang merunduk begitu ia tiba di alam tidur.