[AMERICA] Trouble

Timeline : Siang hari yang cerah~
Lokasi : Ruang Umum cabang Amerika
Note : Asia udah hectic, Eropa udah hectic, Afrika juga udah lumayan hectic, kini giliran Amerika ikutan hectic... Free to double/triple the trouble or to stop it

---

"Ufufufufu, akhirnya..." kata Elizabeth dengan nada senang yang mencurigakan. Ia baru saja menuangkan suatu larutan yang berwarna mencurigakan ke dalam sebuah labu erlenmeyer yang berisi cairan yang tak kalah mencurigakannya. Ia mengocok labu tersebut perlahan, dan campuran larutan itu perlahan-lahan berubah warna menjadi biru cemerlang.

Elizabeth tersenyum sangat lebar, lalu berteriak senang, "Akhirnya selesai jugaaaaa~!! Ufufufufu, percobaanku yang berharga, yang bisa meningkatkan semangat siapapun yang meminumnya! Akhirnya sukses! Yes!!"

Dengan sigap ia menuangkan larutan tersebut ke dalam sebuah botol kaca kecil, lalu menutupnya rapat. Ia lalu memasukkan botol itu ke dalam saku jas labnya dan berjalan keluar dari ruang research dengan langkah riang. Dengan santai, ia berjalan ke arah ruang umum.

Saat itu, di ruang umum terdapat banyak orang. Elizabeth melihat kesana-kemari, mencari orang yang mau menjadi bahan percobaannya. Ia melihat seorang Finder yang tampaknya kelelahan luar biasa, lalu berjalan ke arahnya.

"Hei, Finder lemas di sana! Mau mencoba racikan baru yang bisa menambah semangatmu, enggak?!" tawar Elizabeth lantang sambil melambai-lambaikan tangannya riang. Melihat siapa yang datang, Finder tersebut malah langsung lari. Rupanya Elizabeth sudah lumayan terkenal dengan hasil percobaannya yang aneh-aneh.

"Yaaah, kok kabur...." kata Elizabeth kecewa sambil menurunkan tangannya. Ia lalu merogoh kantongnya dan mengeluarkan botol kecil itu dari dalam sakunya.

"Apa aku sendiri aja yang mencobanya ya?" gumamnya pelan. Ia membuka tutup botol tersebut dan bersiap-siap meminumnya, tapi...

Mendadak seseorang menabraknya, menyebabkan botol itu terlempar dari tangannya. Botol itu melayang di atas beberapa orang, dan menumpahkan isinya ke atas mereka.

"Uh-oh..." kata Elizabet dengan wajah agak innocent.

Kena orang lain... Gapapa sih, itung-itung jadi kelinci percobaanku yang baru~ Semoga hasilnya tepat!!

---

OOT : Ramuan yg dibuat Elizabeth itu ternyata adalah minuman keras yang memang membuat orang bersemangat... tapi juga membuat orang menjadi lebih liar karena mabuk.... HAVE FUN!! Saya tidak menentukan siapa saja yang kena dan tidak kena...

OOT : Akhirnya bisa pakai Estrella! =D *digetok*

---

Siang yang cerah. Siang itu seperti biasa, setelah makan siang Estrella mendatangi laboratorium Research tempat kakaknya, Elías, bekerja. Biasanya tujuannya datang ke sana adalah untuk sekedar ngobrol dengan kakaknya, namun kali ini sedikit berbeda.

"Ka~kaaak~ Punya obat yang bisa membuatku lebih bertenaga tidak? Akhir-akhir ini aku lemas... Padahal aku kan lagi nggak diet!" keluhnya pada Elías, yang sedang menulis sesuatu di atas kertas. Pria asal Meksiko itu berpikir sebentar, kemudian menjawab, "Rasanya tadi Elizabeth membicarakan sesuatu tentang ramuan semacam itu, tapi--" belum selesai bicara, Estrella memotongnya.

"Ah! Jadi Nona Elizabeth punya ya! Oke, trims ya Kak!" ujarnya riang sambil berlari keluar, mencari keberadaan Elizabeth. "Akh! Estrella!!" Elías berteriak mencegahnya, namun adiknya itu sudah menghilang dari pandangan. Elías menggaruk-garuk rambutnya yang tidak gatal, "Ahh, apa dia lupa temuannya Elizabeth itu selalu nggak beres?" gumamnya khawatir.

---

Estrella menyusuri lorong sampai akhirnya sampai di Ruang Umum, di sana ia menemukan sosok Elizabeth. "Aa~ Nona Elizabeth~!" panggilnya, namun yang menyambutnya malah cairan berwarna biru cerah.

.......

"AKU MAU PERGI KE EROPA!!" dalam sekejap, Estrella menjadi sangat bersemangat, lihat saja teriakkannya yang keras dan kedua tangannya yang ia angkat tinggi-tinggi. "Aku mau ke Inggris! Aku mau ke Inggris! Aku mau bertemu General Shreizag! Kakaaaak!!" teriaknya tanpa henti. Ia mulai melompat-lompat, disusul berjungkir balik, dan apapun itu yang menjadi keahlian badannya yang memang lentur.

"Oh! OHH!" kali ini nada bicaranya, walaupun tetap bersemangat, mengindikasikan bahwa ia tengah teringat sesuatu. "Aku harus berganti baju! Ini akan menjadi perjalanan yang spesial! General Shreizag suka baju yang seperti apa yaa~~~" sambil berbicara begitu, tanpa malu-malu Estrella melepaskan baju atasannya. Beberapa orang berteriak histeris, namun ada juga yang 'mengambil keuntungan' dari situasi itu.

"Ahaha! Apa kalian pikir General Shreizag suka yang seperti ini saja? Memang dingin, tapi kulit putihku jadi lebih terlihat kaan~!" ujarnya bersemangat, tambah ngawur.

Ia melompat lagi, kali ini menghampiri orang pertama yang seharusnya ia datangi, kemudian menggenggam kedua tanganna erat, "Nona Elizabeth tahu? Prosesi pernikahanku dengan General Shreizag akan dilangsungkan di Venezia! Romantis kaaan~?" katanya riang, penuh semangat. Tentu saja semua yang diucapkannya hanya bohong belaka; gadis Meksiko ini seakan-akan telah meminum beberapa botol vodka sekaligus, dan gawatnya, Estrella memang lemah terhadap minuman beralkohol.

Ia melepaskan tangan Elizabeth, kemudian berputar ala ballerina, "Namaku Estrella Halverson!!" katanya sambil tersenyum lebar, mengganti nama keluarganya sendiri dengan nama keluarga General Shreizag...

---

OOT : Gyaaaaaa, maafkan aku, Estrella... =))

OOT: Join, boleh jadi yang kena? Kalo ada yang salah PM aja.

---

Bingung..

Kynan sedang bingung mau melakukan apa sekarang, masalahnya buku-buku yang dibacanya tadi sudah habis dan dia merupakan salah satu tipe yang tidak terlalu menyukai sosialisasi, sehingga tentu saja kenalan-kenalannya bisa dihitung dengan jari, karena kebiasaan mengurung diri dan berjalan tak tentu arah itu jugalah kehadiran Kynan tidak terlalu digubris, ya sebodo amat sih, Kynan tidak terlalu peduli dengan hal tersebut, tapi sekarang dia sedang dalam keadaan bosan berat, tidak adakah sesuatu yang menarik untuknya?

Memutuskan untuk berjalan ke ruang umum cabang Amerika yang ditempatinya ini sekadar mengisi waktu luang. Lumayan ramai juga hari ini ya, tidak terlalu nyaman bagi Kynan yang tidak begitu menyukai keramaian, haah mungkin sebaiknya dia berputar arah, melangkahkan kakinya ke tempat yang lebih sepi saja.

PLASH!

"Uwaa!"

Apa-apaan yang basah-basah di kepalanya barusan? Kyan sedikit melonjak kaget dengan sensasi air yang warnanya euh mencurigakan, cairan apa ini? Kynan mengelus-elus kepalanya yang sekarang dalam keadaan basah itu, sedikit mengenai baju bagian atasnya tapi Kynan lebih fokus untuk menyelidiki cairan apa itu. Sempat celingukan mencari asal sumber siapakah yang melemparkan cairan mencurigakan itu.

Tapi..lama-kelamaan sepertinya ada yang aneh dengan tubuh Kynan, seperti pada saat dia meminum seteguk, dua teguk bir yang dengan suksesnya akan langsung membuatnya mabuk, Kynan itu tipe pemuda yang tidak tahan dengan minuman keras untuk informasi tambahan. Jangan-jangan semuanya berasal dari cairan mencurigakan tadi? Kalau tidak salah Kynan pernah mendengar bahwa ada seorang ilmuwan di cabang Amerika yang terkenal denga hasil temuannya yang aneh-aneh, Kynan lupa namanya, tapi jika tebakannya itu benar, berarti cairan ini jangan-jangan dibuat oleh ilmuwan aneh itu?

---

OOT: err, bunyi cipratan air beitu bukan sih? Jadi ga yakin

Oke, jujur Elizabeth shock berat melihat Estrella mendadak menjadi stripper di depan umum setelah ketumpahan larutan entah apalah itu yang baru saja diciptakannya. Exorcist berambut biru tua-hitam yang ikut ketumpahan cairan itu juga ikut sempoyongan tidak jelas.

Tapi bukannya berusaha memperbaiki keadaan, Elizabeth malah dengan tangkas mengeluarkan buku catatan dan pena dari balik jas lab nya dan mencatat reaksi yang terjadi.

"Ramuan terbaru, namanya... eeeeenggg.... Blue Wonder! Ya, ya, Blue Wonder.... efeknya... pada wanita... menjadi bersemangat... dan menjadi stripper... pada pria... malah menjadi lemas... dan sempoyongan..." gumam Elizabeth sambil mencatat hal-hal tersebut di buku catatannya.

Begitu selesai menulis, ia langsung celingukan kesana-kemari, mencari orang-orang lainnya yang kemungkinan juga kena cairan itu... sekalian juga mencari orang yang mau menghentikan kekacauan di situ.

"Hei! Kau! Section Staff bagian Diplomasi!! Kamu pinter ngomong 'kan?! Ayo, tenangkan Estrella ini! Kalau nggak, kulaporkan ke bos mu kalau kamu sudah melihat Estrella dengan tatapan mesum begitu!!" tunjuk Elizabeth sembarangan. Si Section Staff yang ditunjuk langsung menunjukkan ekspresi 'apa salahku?' yang tergambar dengan luar biasa jelas di wajahnya.

"Hei, hei, hei!! Jangan menatapku dengan tatapan seperti itu! Nanti kujadikan objek percobaanku berikutnya loh!!" bentak Elizabeth lagi. Tapi bukannya membantu, orang tersebut malah kabur.

"Dasar orang-orang nggak kompeteeeen!!" teriak Elizabeth kesal.

Elías, yang sejak ditinggal adiknya ketika mencari keberadaan Elizabeth mendapat firasat buruk. Tentu saja karena temuan wanita Kanada tersebut selalu menimbulkan efek samping yang... di luar dugaan. Cepat-cepat ia meninggalkan meja kerjanya, kemudian mencari keberadaan adik semata wayangnya itu; siapa tahu saja bahaya (?) tengah mengancamnya...

Iapun menyusuri lorong dengan tergesa-gesa, ketika ia melewati pintu masuk ruang umum, terdengar suara yang sangat familiar di telinganya.

"Namaku Estrella Halverson!!"

Elías melongok ke dalam, benar saja, adiknya ada di sana. Namun betapa terkejutnya ia ketika melihat adiknya itu tidak memakai baju atasan... dan menari-nari tidak jelas? Tanpa berasumsi lebih lanjut Elías segera menyimpulkan bahwa ini semua adalah ulah Elizabeth; toh yang bersangkutan juga ada di sana.

Segera ia berlari kemudian 'mengamankan' adiknya itu, ia memungut baju atasan Estrella kemudian memakaikannya lagi pada gadis berambut pirang pucat tersebut. "Akh, Estrella, tenanglah sebentar..." ia memegangi kedua tangan adiknya, berusaha meyakinkan. Kemudian, dengan tatapan murka ia mendekati Elizabeth.

"Elizabeth!!" panggilnya, "Apa yang kau lakukan pada Estrella? Ayo, tanggung jawab! Ini semua karena penemuanmu kan?" katanya dengan nada amarah yang meninggi. Yah... Elías yang biasanya pendiam dan cuek akan langsung berubah drastis bila sudah menyangkut Estrella.

Eaaa, si alarm manusia berjalan itu datang dan mulai menegur Elizabeth, yang langsung memalingkan wajah dengan tatapan 'eukh...'

"Dengar dulu... Aku juga masih belum begitu mengerti kenapa adikmu itu jadi aneh begitu, Elias. Aku tadi cuma baru saja secara tidak sengaja menumpahkan ramuan temuan terbaruku, yang SEHARUSNYA membuat orang menjadi luar biasa bersemangat! Tapi entah kenapa cuma berlaku pada wanita! Lihat dong cowok letoy di sebelah sana!" bantah Elizabeth dengan kosa kata berantakan, dan diakhiri dengan menunjuk Kynan.

"Eh, salah! Maksudku, aku belum mendapatkan data yang cukup! Jadinya aku masih nggak ngerti kenapa adikmu mendadak berubah jadi stripper begitu, dan aku juga ga tau penawarnya apa!" kata Elizabeth lagi, seolah membantah apa yang baru saja dikatakannya.

"JADI! Bagaimana kalau kamu membiarkanku meneliti adikmu sedikit lagi, supaya bisa kubuatkan penawarnya?" tanya Elizabeth. Kali ini, ekspresinya berubah lagi menjadi berbinar-binar seperti anak kecil meminta permen kepada ibunya.

Mendengar argumen-argumen ngawur yang dipresentasikan oleh Elizabeth, Elías menghentakkan kakinya ke lantai dengan tidak sabar. Ia sama sekali tidak peduli dengan 'korban' lain yang disebabkan oleh ramuan-apalah-itu yang telah diciptakan Elizabeth, yang ia mau sekarang hanya pertanggungjawaban dari wanita Kanada itu.

Quote :

"JADI! Bagaimana kalau kamu membiarkanku meneliti adikmu sedikit lagi, supaya bisa kubuatkan penawarnya?"

Semerta-merta Elías langsung menyahut lantang, "ENAK SAJA!! Kau pikir adikku ini kelinci percobaan apa? Sudah berapa kali aku bilang, buat dulu penawarnya sebelum mencobanya! Lagipula, apa kau lupa sebagai ilmuwan kita tidak boleh seenaknya memakai manusia sebagai objek percobaan?" ceramahnya dengan nada penuh amarah, ditatapnya Elizabeth tajam, kalau saja ia bukan perempuan, barangkali Elías sudah mencekiknya.

Sadar bahwa urusan ini akan berbuntut panjang bila dilakoni oleh dirinya dan Elizabeth, Elías berbicara lagi, "Kenapa kau tidak berikan saja ramuan itu pada perempuan lain, jadi kau bisa menelitinya?" ujarnya sinis, tidak peduli dengan nasib orang lain selain adiknya. "Sudah! Lebih baik aku cari ilmuwan lain untuk menyembuhkan Estrella, daripada berujung panjang dengan hasil sia-sia di sini!" dengan itu, ia menyeret Estrella keluar, berniat menjauhkan adiknya dari sang biang keladi masalah ini.

---

OOT : Jangan biarkan Elías keluar!

"Hei, tunggu, kau pria penderita sister complex tingkat akut!! Seenaknya saja mengklaim orang melakukan percobaan terhadap manusia!! Oke, memang tadinya aku sempat minta tolong seorang finder letoy untuk meminum ini, tapi karena dia kabur, aku berniat untuk meminumnya sendiri! Tapi ada orang nggak bertanggung jawab yang menabrakku sampai ramuanku tercecer semuanya!!" omel Elizabeth panjang lebar sambil melangkah ke arah Elias dengan langkah berhentak-hentak.

"Dan karena ramuannya sudah habis tercecer, aku cuma bisa meneliti dari orang yang sudah tidak sengaja meminumnya. Jadi aku butuh adikmu. Cowok letoy itu juga akan kubawa," kata Elizabeth serius sambil menarik tangan Estrella. Jelas ia tidak mau melepaskan 'korban percobaan'-nya yang berharga.

Quote :

"Hei, tunggu, kau pria penderita sister complex tingkat akut!! Seenaknya saja mengklaim orang melakukan percobaan terhadap manusia!! Oke, memang tadinya aku sempat minta tolong seorang finder letoy untuk meminum ini, tapi karena dia kabur, aku berniat untuk meminumnya sendiri! Tapi ada orang nggak bertanggung jawab yang menabrakku sampai ramuanku tercecer semuanya!!"

Telinga Elías panas diberondong pernyataan Elizabeth yang panjang lebar, bukan hanya Elizabeth yang menghentak-hentakkan kakinya, langkah pria Meksiko ini juga menjadi tidak sabaran. Ia masih enggan menjawab wanita Kanada itu; diperhatikannya kondisi adiknya... Masih... dalam situasi mabuk, sepertinya. Wajahnya yang secerah matahari dan tangannya yang aktif bergerak ke mana-mana sudah cukup untuk membuktikannya.

Quote :

"Dan karena ramuannya sudah habis tercecer, aku cuma bisa meneliti dari orang yang sudah tidak sengaja meminumnya. Jadi aku butuh adikmu. Cowok letoy itu juga akan kubawa,"

Elías dapat merasakan tangan adiknya ditarik Elizabeth, otomatis iapun berbalik, "Huh... Memang apa buktinya aku bisa percaya padamu? Lebih baik aku minta pertolongan Kepala Bagian saja," ucapnya kesal, belum mempercayai argumen-argumen yang diberikan Elizabeth. Kemudian, iapun melepaskan tangan Estrella dari wanita berkacamata itu, yang diyakininya akan membawa mereka ke permasalahan yang lebih jauh lagi.

---

Santa Cruz ke sini doooong....

Dai Fong merasa homesick, lagi. Meski setelah bertahun-tahun tinggal di Amerika, perasaan itu masih juga belum hilang... bersama dengan kecanggungannya berbahasa Inggris. Dengan gontai, ia berjalan tak tentu arah, sampai akhirnya ia berhenti di depan ruangan yang super ribut.

Ada apa ini ya... batin Dai Fong sambil berjalan masuk ke dalam ruangan tersebut. Dilihatnya seorang wanita dan seorang pria yang mengenakan jas lab sedang bertengkar satu sama lain, dinilai dari tingginya nada yang mereka gunakan untuk berbicara satu sama lain.

Saat Dai Fong memperhatikan lagi lebih seksama, dilihatnya seorang perempuan lainnya berasama dengan pria itu dan... wanita itu tidak mengenakan baju atasan. Dai Fong langsung memalingkan wajahnya yang merah padam melihat wanita itu.

"Apa aku datang di saat yang salah, ya..." gumamnya pelan.

Lokasi: sekitar cipratan maut

Hari itu begitu cerah untuk ukuran cuaca di musim dingin. Wanita berusia 25 tahun itu sedang mondar mandir tidak keruan di lorong- lorong markas Black Order. Terlihat tumpukan kertas yang sedang diceknya dengan bergumam sambil tetap melangkahkan kakinya. Dia seharusnya berbelok ke lorong yang menuju ke ruangannya, namun suara-suara ribut yang bersautan mendistraksi kefokusan Chrysalis.

Pertama dia mendengar suara Estrella yang lebih bersemangat dari biasanya, lalu beberapa teriakan wanita yang tak dia kenal dan terakhir suara Elias yang tampaknya sama histerisnya. Mata Chrysalis menyipit sambil memandang asal suara yang tak terlihat apapun karena jaraknya cukup jauh, suara merekapun masih terdengar sayup-sayup. Mengikuti instingnya, wanita Belanda itu berjalan ke arah suara Rovers bersaudara dengan langkah kaki yang cepat dan mantap.

Setelah beberapa detik dia akhirnya sampai ke tempat itu. Dan saat itu Elias tengah menarik,ah tepatnya berusaha menyelamatkan adiknya tercinta dari cengkramam maut Elizabeth Douglas. Chrys berbelok dengan cepat tanpa menyadari bahwa Elias berada tepat di ujung lorong.

*BRAKK*

Elias menabrak Chrysalis dengan cukup keras, sang section leader terpental dan kertas-kertas yang dia genggam terbang memenuhi lorong itu seperti dedaunan yang gugur ditiup angin. Dan sang wanita Belanda itu, terjatuh, mukanya sempat mencium lantai. Lantai dimana genangan Blue Wonder terkumpul cukup banyak...

Niatnya menemui Kepala Bagian untuk menyelamatkan adiknya dari cengkraman Elizabeth terhenti ketika dirinya menabrak seseorang di ujung pintu.

BRAKKK!

Kini ketiga orang itu terkapar di atas lantai; ralat dua orang. Karena Estrella, si korban nomor 1 dari Blue Wonder telah terlepas dari genggaman erat kakaknya dan bersiap untuk melakukan gerakan-gerakan lincah lainnya. Sementara Elías, berusaha bangkit sambil memegangi kepalanya, "Ugh... Apa-apaan ini?" beberapa detik kemudian ia menyadari orang yang telah menabraknya.

"... Nona Scheziel?" ia berucap, setengah tidak percaya. Dilihatnya lagi wanita itu, yang tampaknya telah ikut terkontaminasi oleh Blue Wonder. 'Gawat...'

Satu masalah bertambah lagi. Ia punya firasat akan ada seorang wanita tambahan yang masuk daftar 'korban Elizabeth yang patut dijaga'. Oke, catat itu, Elías.

"Urrghh..", suara erangan terdengar dari Chrysalis, tampak dia memegangi bagian kepalanya yang terasa sakit. Mungkin terbentur dengan dahi Elias atau lantai licin di lokasi itu. Wanita berkebangsaan Belanda itu merasa sedikit pusing, telapak tangannya mengelus bagian yang terasa sakit. Dia membuka matanya dan melihat kekacauan, kertas-kertas laporan yang baru saja dikumpulkan staffnya berceceran tak keruan, beberapa basah dan beralih warnanya menjadi biru, terkena cairan laknat yang diproduksi oleh Elizabeth Douglas. Chrysalis menggeram murka dan saat itu dia menyadari ada sensasi lain di mulutnya dan wajahnya terasa basah.

Chrysalis berdiri dengan seketika sambil meraung murka. " Apa - apaaan iniii !!!", bola mata emerald itu seolah berkilat karena amarah. Dia kemudian mengangkat wajahnya dan dengan seketika menemukan sosok Elias yang memandangnya dengan tatapan yang janggal.

" Elias Rovers, kenapa kau memandangku seperti itu alih-alih membantu mengumpulkan dokumen yang berserakan ini?!", saat itu Estrella mulai bergerak-gerak histeris, sambil memainkan kertas-kertas dokumen seperti kelopak bunga. Urat-urat nadi Chrysalis berkedut kencang dan emosinya mulai naik. "Hentikan itu Estrella! dan kenapa kamu berpakaian seperti itu?", tanyanya sambil menghampiri Estrella, menahan bahu gadis itu mencoba untuk membuatnya sedikit tenang namun sia-sia karena Estrella yang masih membiarkan kemejanya terbuka berhasil melepaskan diri seperti belut.

Chrysalis memegang erat kepalanya. tak tahan dengan chaos seperti ini, hal yang wajar karena dia biasa hidup dengan kedisiplinan yang ketat.

" C'est de la folie !, this is madness !!!", sekali lagi section leader diplomatic ini meraung murka, suaranya terdengar bergema sampai ke ujung lorong. Kaki Chrys menjejak lantai dengan keras, dia bersumpah akan membuat dalang kekacauan ini menyesal.

Dan saat itulah matanya yang menatap semua yang ada disana dengan kemurkaan menangkap sosok Elizabeth Douglas yang terlihat paling mencurigakan karena sepertinya dia menikmati semua ini dan seingat Chrysalis wanita itu bekerja pada bagian penelitian.

Pasti, pasti wanita yang tertawa itu adalah kriminalnya..

Dengan seketika Chrysalis menghampiri Elizabeth dan menarik bagian kerah wanita itu dan berteriak kencang. " Bereskan semua ini !!!", ucapnya garang pada wanita yang berbeda 10 cm tingginya dengan Chrysalis yang memakai boot.


Namun saat itu dia merakan ada sensasi aneh, kepalanya terasa berputar.. pandangannya berputar seolah-olah bumi ini sedang diacak-acak... dia mulai terkena efek mabuk dari Blue Wonderm daya tahannya yang hebat pada alkohol membuatnya bertahan beberapa detik..dan tangannya pun mengendor dari cengkraman pada kerah Elizabeth..

Akankah dia mabuk.. lagi?

------------------

char saya mabuk mulu...~ ' 'a

Elizabeth melihat ada seseorang lagi yang masuk, dan ia bisa mengenalinya sebagai Section Leader dari divisi Diplomatic. Dan tentu saja, tanpa sengaja, wanita itu akhirnya jadi korban dari percobaan Elizabeth... dan mulai marah-marah tidak karuan.

Berarti hipotesaku tentang wanita yang minum Blue Wonder terus jadi semangat itu benar, ya? Tapi kenapa kalau pria nggak, ya?

Tapi belum sempat Elizabeth berpikir lebih jauh, Chrys sudah datang dan mencengkram kerahnya dengan berang dan meneriakinya untuk membereskan semua kekacauan yang ditimbulkan.

"Begini..." kata Elizabeth dengan nada tenang, meski kalau ia sadar, nyawanya sudah berada di ujung tanduk. "Aku akan membersihkan lantai yang terkena ceceran ramuanku, dan aku akan membantu menyalin ulang dokumen-dokumen Anda."

"Tapi, tentu saja, kalau Anda bisa meminta Elias Rovers untuk... ehem... melupakan apa yang terjadi hari ini. Saya tahu Anda adalah pimpinan divisi Diplomatic, dan saya yakin Anda bisa meyakinkannya. Bagaimana?" tawar Elizabeth sambil tersenyum lebar.

Kalau aku berhasil mendapatkan ceceran itu, aku bisa mengujinya sekali lagi... Untuk mass-production tentu saja, ufufufu~

Meski hatinya tertawa licik, Elizabeth tetap bisa mempertahankan wajah kalemnya di depan Chrys. Ia sudah tahu sedikit rumor tentang wanita perkasa itu, dan ia tidak mau kena terlalu banyak masalah. Kalau masalah dengan Elias? Ah, setiap hari ia selalu membuat masalah dengan pria itu, jadi ia tidak begitu peduli membuat masalah baru dengannya.

Mata Chrysalis menjadi tidak fokus, blue wonder mulai mempengaruhinya... dan di tengah semua itu suara Elizabeth terdengar sayup. Tangan sang section leader melepaskan kerah wanita berusia 32 tahun itu, kembali memegang kepalanya yang terasa pening.

"Begini...Aku akan membersihkan lantai yang terkena ceceran ramuanku, dan aku akan membantu menyalin ulang dokumen-dokumen Anda."

Chrysalis tak dapat mencerna semua kata-kata itu dengan baik, dia hanya bergumam pelan. Gumaman yang tak berarti apapun. "Tapi, tentu saja, kalau Anda bisa meminta Elias Rovers untuk... ehem... melupakan apa yang terjadi hari ini. Saya tahu Anda adalah pimpinan divisi Diplomatic, dan saya yakin Anda bisa meyakinkannya. Bagaimana?", ucap Elizabeth pada Chrysalis. Namun Chrysalis belum benar-benar kehilangan akal sehatnya, tapi...

"Ah baiklah Miss Douglas", jawabnya sambil tersenyum pada Elizabeth. Amarah yang dari tadi terlihat meluap-luap menghilang dengan cepat seperti embun di pagi hari. "Tapi sebaiknya anda meminta ke-13 staffku yang bertanggung jawab untuk laporan ini membuatnya kembali".

Wajah Chrysalis memerah, dia tersenyum-senyum ramah bahkan di tengah kekacauan ini. Bola mata Chrys melirik ke Estrella dan mendekatinya sambil membenarkan bagian depan baju sang gadis muda. " Ah Estrella kamu tak seharusnya menari-nari dengan pakaian yang terbuka seperti ini, rapikanlah dirimu dan pergilah ke ruangan kepala bagian research", ucapnya sambil membenarkan baju Estrella. " Kudengar General Halverson sedang mengunjunginya..", Chrys berharap kalimat itu membuat Estrella berlari secepat kilat pada kepala bagian yang akan langsung mengetahui apa yang salah dengan Estrella.

"Ah dan terakhir~", Chrys mengetuk-ngetuk bibir bawahnya dengan jarinya. Dia menghampiri Elias sambil tersenyum, senyuman sama seperti yang Elias lihat di tavern seminggu yang lalu. "Elias~ tolong temani adikmu.. kamu tak ingin dia mengacau mencari-cari General di ruangan bosmu kan?"....Atau kau lebih suka pergi ke ruangan section leader diplomasi?", tanyanya sambil berkedip pada pria itu.

OOT : ikutan ya? Hehe

---

Gray Levantine Claude sedang berjalan-jalan santai di siang hari yang cukup cerah ini. Udaranya dingin tentu, musim dingin memang begitu kan? Yah, tapi kehendak Tuhan memang begitu, ya terjadilah. Mungkin jalan-jalan ini ada suatu hikmah? Yah, siapa tahu~

Sayangnya satu hal, pemuda berambut abu ini kembali tersesat. Tempat tujuan alias finish dari jalan-jalan ini memang tidak ada, tapi masalahnya Gray tidak tahu ini di mana.

'Ga...gawat ini,' gerutunya dalam hati sampai cemas.

Ah, untungnya sedang ada orang berkerumun di dekat sana, entah apa yang dilakukan mereka. Di lantai tampak tumpahan cairan berwarna biru.

"Maaf! Tapi ini di mana ya?" tanyanya santai pada mereka. Tak tahu suasana sebelumnya yang sedang tegang.

---

OOT : pesan dari saya, manfaatkanlah orang polos ini~

Nah, keributan baru muncul lagi. Elías menggerutu kesal; kenapa juga ia jadi harus bantu-bantu membereskan kertas-kertas yang berceceran ini? Masalah adiknya saja belum selesai, kini ia harus melakukan hal yang lain.

Sekilas, Elías memperhatikan diskusi--tawar menawar yang tengah berlangsung di antara kedua wanita 'unik' itu. Pada awalnya Chrys memakai sedikit kekerasan, namun Elizabeth berhasil menenangkannya. Elías mengernyitkan alisnya, 'Kok mau-maunya si Scheizel percaya pada wanita nggak normal itu sih...' ia geleng-geleng, merasa sedikit prihatin dengan situasi ini. Dalam hati, ia sudah bersumpah akan menyelesaikan masalah ini dengan wanita Kanada itu, empat mata saja. Entah sudah berapa kali ia terlibat dengan masalah macam ini dengan Elizabeth, tapi yang melibatkan Estrella, tidak begitu banyak.

"Ah Estrella kamu tak seharusnya menari-nari dengan pakaian yang terbuka seperti ini, rapikanlah dirimu dan pergilah ke ruangan kepala bagian research", ucapnya sambil membenarkan baju Estrella. " Kudengar General Halverson sedang mengunjunginya.."

Oke, Elías tahu dengan jelas kalau apa yang baru saja dikatakan Chrysalis hanya bohong belaka, tapi ia yakin kalau adiknya akan percaya 100% berita itu. Ia menghela nafas panjang, sebelum kalimat lanjutan terdengar dari wanita Belanda itu.

"Ah dan terakhir~", Chrys mengetuk-ngetuk bibir bawahnya dengan jarinya. Dia menghampiri Elias sambil tersenyum, senyuman sama seperti yang Elias lihat di tavern seminggu yang lalu. "Elias~ tolong temani adikmu.. kamu tak ingin dia mengacau mencari-cari General di ruangan bosmu kan?"....Atau kau lebih suka pergi ke ruangan section leader diplomasi?", tanyanya sambil berkedip pada pria itu.

Glek, senyuman yang sama dengan waktu itu. Ditambah kedipan mata, pula. Elías dapat merasakan dirinya sedikit merinding dengan kelakuan tidak biasa dari Chrysalis, namun ia membalas dengan senyum tipis, "Ya, niat awal saya juga memang membawa Estrella ke sana, nona Scheziel..." ia mendehem pelan, kemudian melanjutkan, "... Dan sepertinya Anda juga perlu ke sana; Anda tidak berlaku sewajarnya." akhirnya, sambil menyerahkan kertas-kertas yang tadi dikumpulkannya dari lantai kepada Chrys.

"Maaf! Tapi ini di mana ya?"

Terdengar suatu seruan lagi dari ujung pintu; Gray Claude, si Exorcist baru, rupanya. Elias menghela nafas lagi, anak ini benar-benar tidak bisa baca situasi. "Sebaiknya tidak melangkah lebih jauh, atau kau akan menyesal, anak muda..." ucapnya ketus sambil melangkah menuju Estrella, yang tengah histeris ria setelah mendengar kabar omong kosong dari Chrysalis.

Elias Rovers melarangnya melangkah lebih jauh, entah kenapa. Hmm, pasti ada sesuatu yang tidak beres dengan cairan biru itu tadi. Warnanya saja mencurigakan, biru memang misterius *??*

"Apa ada sesuatu yang bisa kubantu? Aku tak akan menyentuh cairan aneh di lantai itu, kok," tawarnya pada Elias.

Ya, memang Gray tak terlalu peka dengan sekelilingnya. Tapi melihat adik perempuan Elias yang...sedang dalam kondisi kurang baik, Gray sadar suatu hal yang penting.

"Apa adikmu itu tidak kedinginan dengan suhu macam ini?"

Sebelum bicara lebih jauh, Elias mengeluarkan aura kesal yang menusuk (walau belum pasti adanya). Gray langsung kaget.

"A..Ah, mungkin aku tak bisa membantumu. Aku harus mencari...toilet! Ya toilet! Hehe, maafkan aku! Hyaa!" ucapnya agak histeris. Kemudian Gray langsung kabur saat itu juga.

[Gray out]

Estrella, yang semenjak tadi masih tidak mau diam juga akibat pengaruh ramuan Blue Wonder, akhirnya menunjukkan sedikit perubahan setelah mendengar kalimat Chrysalis, yang baginya seperti mantra sihir.

"Kudengar General Halverson sedang mengunjunginya..."

Untuk sesaat, Estrella merasa akal sehatnya kembali pada dirinya, "... Ge, General Shreizag?" katanya tidak percaya, satu detik kemudian, wajahnya berubah menjadi merah padam. "Kyaaaa~ Aih, bagaimana ini? A-aku belum siap mental!" katanya pada dirinya sendiri, memegangi kedua pipinya yang semerah kepiting rebus.

Masih dalam pengaruh Blue Wonder, kalimatnya berlanjut, "Ya ampun, padahal resepsi pernikahannya kan baru bulan depan! Ke-kenapa General Shreizag terburu-buru begitu yaa..." ujarnya, masih dengan wajah merah yang sama. Entah apa yang ada di imajinasinya, yang jelas, ia benar-benar percaya dengan berita yang diberitahukan Chrysalis.

Elías menghampirinya, Estrella yang sadar akan keberadaan kakaknyapun memeluk lengan pria yang 6 tahun lebih tua darinya itu, "Kakak! Temani aku ke sana ya, kakak mau kan~?" katanya, dengan nada merajuk.

"Ya, niat awal saya juga memang membawa Estrella ke sana, nona Scheziel..." Elias mendehem pelan, kemudian melanjutkan, "... Dan sepertinya Anda juga perlu ke sana; Anda tidak berlaku sewajarnya." akhirnya, sambil menyerahkan kertas-kertas yang tadi dikumpulkannya dari lantai kepada Chrys.

"Ah kamu mengarang cerita Elias, aku bertingkah seperti biasa", kata Chrysalis santai, tiba-tiba raut wajahnya terlihat seperti baru menyadari sesuatu. Dia kembali pada Elias, menatap lekat-lekat wajah pria Mexico itu dengan tatapan yang sayu dan wajah memerah. "Entah kenapa setiap kali melihatmu aku merasakan bahwa aku melupakan sesuatu yang penting.. apa kamu tau apa yang kulupakan, Elias?", tanyanya sambil menyentuhkan jarinya di bibir.

"Tapi sudahlah akan kucari tau sendiri saja..", dia kembali melihat kertas-kertas yang sebagian masih berceceran di lantai dan menghampiri Elizabeth, dia mengacungkan jarinya, seolah-olah hendak memperingatkan sambil terhuyung-huyung karena pengaruh tetesan Blue Wonder.

"Dan kau !", Chrysalis menunjuk wajah Elizabeth, " Aku ingin semua laporan ini diperbarui dan ada di mejaku dalam waktu dua jam, cari semua staffku yang menangani dokumen itu dan suruh mereka menyalinnya ulang, jika tidak.... akan kuajari kamu arti DISIPLIN yang sesungguhnya". Wanita berusia 25 tahun ini berkacak pinggang, harus diakui walaupun masih mabuk nada kalimatnya terdengar mengancam.

"Ah kamu mengarang cerita Elias, aku bertingkah seperti biasa"

Elías tersenyum kecil, yang mengarang cerita itu justru wanita Belanda itu kan?Kemudian wanita itu menatapnya lekat-lekat, senyuman Elías perlahan-lahan memudar.

"Entah kenapa setiap kali melihatmu aku merasakan bahwa aku melupakan sesuatu yang penting.. apa kamu tau apa yang kulupakan, Elias?"

'Glek, jangan-jangan dia ingat?'

Elías tertawa kecil pada wanita itu, "Mungkin hanya perasaan Anda saja, nona Scheziel..." katanya, mencoba meyakinkan. Walau, kalau diperhatikan lebih dekat, keringat dingin sedikit turun dari dahinya. Dalam hati ia terus berharap agar Chrysalis terdistraksi sesuatu yang lain, agar ia tidak berusaha mengingat kejadian malam itu lebih lanjut... Akh, ternyata punya ingatan yang kuat kadang-kadang merepotkan juga. Atau ini cuma karena nasibnya yang kurang beruntung?

"Tapi sudahlah akan kucari tau sendiri saja.."

Ia mengangguk, kemudian bernafas lega. Ketika akhirnya perhatian Chrysalis kembali teralih pada Elizabeth, Estrella datang menghampirinya.

"Kakak! Temani aku ke sana ya, kakak mau kan~?"

"Ah," ia berujar, mendapati adiknya yang bergelayutan dengan manja pada tangannya. Ia sedikit lega karena pada akhirnya Estrella dapat bertingkah sedikit lebih normal. Barangkali ia harus berterima kasih pada Chrysalis dan General Halverson nanti. "Ya, tentu, Estrella... Makanya, kamu pakai baju yang rapi dulu, ya?" katanya dengan nada penuh kasih sayang, sambil mengelus kepala adik semata wayangnya.

---

[OOT : Sister complex...]

Quote :

"Dan kau !", Chrysalis menunjuk wajah Elizabeth, " Aku ingin semua laporan ini diperbarui dan ada di mejaku dalam waktu dua jam, cari semua staffku yang menangani dokumen itu dan suruh mereka menyalinnya ulang, jika tidak.... akan kuajari kamu arti DISIPLIN yang sesungguhnya"

"Tenang saja, aku pasti akan membereskannya..." kata Elizabeth sambil tersenyum ramah.

Tapi sebelum itu...

Elizabeth dengan sigap mengeluarkan saputangannya, lalu mengelap semua ceceran Blue Wonder yang tersisa di lantai. Lalu dengan sigap, ia mengambil sebuah botol kaca lainnya dari kantong jas lab nya, lalu memeras sisa-sisa Blue Wonder ke dalam botol itu. Ia segera menutup rapat botol tersebut, lalu memasukkannya ke dalam kantong jasnya.

"Kalau begitu, saya permisi dulu untuk mencari staff Anda, Miss Scheziel," pamit Elizabeth sambil tersenyum. Ia lalu melangkah keluar dari ruang tersebut.

Beberapa meter awal, ia masih berjalan dengan tenang seperti biasa. Tapi setelah ia berbelok, Elizabeth mulai berjingkrak-jingkrak riang sambil tertawa "Ufufufufu~" agak keras. Apakah ia juga terkena efek Blue Wonder? Tentu tidak... Ia tertawa karena ia tahu bahwa ia masih bisa membuat ramuan tersebut dalam jumlah yang JAUH lebih banyak.

[Elizabeth OUT]

---

OOT : Mari nantikan Trouble Part 2 dengan Blue Wonder yang kandungan alkoholnya lebih kuat dan jumlah yang lebih banyak... dan dengan kesengajaan total diberikan kepada orang-orang