[AMERICA] Hard Day's Night

[OOT: Bubar ah dari adegan mesra...]

---

Raul mendorong pintu masuk-keluar tavern, mencoba menjaga langkahnya agar tidak sempoyongan. Sulit. Memegang pintu sebagai penopang, akhirnya ia berhasil meninggalkan bar dengan kurang lebih selamat. Menghela napas lega, ia berusaha terus berjalan... tanpa pegangan...

Clang!

Ouch! Lengan kanan bagian bawahnya menabrak tiang lampu yang berada di pinggir jalan. 'Sial...' Tetapi, jika lengannya tidak, mungkin kepalanya yang sudah berbenturan dengan objek keras itu. Rupanya ia masih belum sepenuhnya mendapatkan kemampuan berjalannya kembali, walau akal sehat berangsur-angsur kembali padanya.

Ia memutuskan untuk duduk di atas trotoar, dan menghisap napas dalam-dalam. Mungkin berdiam di luar, menghirup udara segar pada malam hari, bisa menyegarkannya. Tidak mungkin ia kembali ke markas dalam kondisi seperti ini. Ia menengadah; pikirannya yang sebagian terpengaruh alkohol membentuk imej Robson de Moraes di langit. Tertawa kecil, ia berpikir miris, 'Pasti ia akan memarahiku jika ia tahu aku melakukan hal semacam ini.' Namanya juga dokter.

Sesaat, pikirannya terlintas pada Elias dan Chrysalis yang masih berada dalam kedai minuman itu. Apakah mereka tidak apa-apa, terus mengkonsumsi alkohol hingga larut malam begini? Mungkin ada baiknya juga ia tidak pulang sebelum mereka, seandainya ada yang butuh jasa pengangkutan...

"Yes, jika kamu mau menemaniku Elias"

Elías tersenyum lebar, sebagai jawaban 'tentu saja' untuk Chrysalis. Oh, ya, kalau tuan Elías Rovers Salazar ini dengan murah hati memamerkan senyumnya, itu berarti; 1) ada sesuatu yang membuatnya sangat-sangat senang, 2) ada yang tidak beres dengannya. Tanpa perlu ditanya, jawabannya pasti pilihan 2.

Sesaat kemudian wanita di sebelahnya mulai beraksi lagi, kali ini ia mencampurkan vodka yang baru dipesannya dengan brandy miliknya ke dalam gelas kosong. Chrys meneguk minuman itu sekali, sebelum akhirnya kembali tersenyum dan menawarkan minuman itu padanya.

"Ayolah hanya segelas saja, sensasi campuran alkohol seperti ini akan lebih terasa"

"Pintar, nona Scheziel," puji Elías sambil tersenyum pada wanita itu. dengan segera ia mengambil gelas berisikan campuran vodka-brandi tersebut dan meminumnya; tidak hanya satu teguk, tapi beberapa teguk sekaligus.

Hyuung... Pria Meksiko ini dapat merasakan alkohol yang baru masuk ke dalam tubuhnya sedang mengambil alih tubuhnya sepenuhnya. Ia menghembuskan nafas, namun bagian atas tubuhnya terasa oleng. Hal yang mendistraksinya adalah ketika Chrysalis mengelus pipi kanan Elías dengan jemarinya, Elías menoleh.

"Profiter de cette nuit avec moi, beau garçon"

Ia hanya tersenyum mendengar kalimat yang tidak sepenuhnya ia mengerti itu. Bila ia dalam keadaan normal, mungkin saja ia bisa sedikit-sedikit menerjemahkannya, tapi, ayolah, siapa juga yang bisa berpikir jernih di saat mabuk begini?

" La nuit.. guide-nous"

Elías tertawa lepas, kemudian memegangi tangan Chrys yang tadi mengelus pipinya. Dengan tangan yang satunya, Elías menyibakkan poni Chrysalis, untuk melihat wajahnya dengan lebih jelas, walau, pandangannya juga tidak 100% normal sekarang. Ia tersenyum, seraya mata hazelnya manatap wanita itu dalam-dalam, "Hmm... Sudah lama aku tidak melihat wanita cantik..." katanya pelan, sambil mengelus kepala Chrysalis yang ada di atas meja bar.

---

[OOT : Malah makin mesra-mesraan ini... *digebuk*]

Elías Rovers wrote:

Elías tertawa lepas, kemudian memegangi tangan Chrys yang tadi mengelus pipinya. Dengan tangan yang satunya, Elías menyibakkan poni Chrysalis, untuk melihat wajahnya dengan lebih jelas, walau, pandangannya juga tidak 100% normal sekarang. Ia tersenyum, seraya mata hazelnya manatap wanita itu dalam-dalam, "Hmm... Sudah lama aku tidak melihat wanita cantik..." katanya pelan, sambil mengelus kepala Chrysalis yang ada di atas meja bar.

Hmm..., Chrysalis hanya tersenyum manis --karena mabuk berat-- sambil mengelus punggung tangan Elias yang tengah mengeksplorasi lekuk wajahnya. Terdengar desahan yang lembut dari gadis itu, seolah-olah dia menikmati sentuhan lembut Elias di wajahnya, Ah jarang-jarang seorang pria mengelusnya seperti itu apalagi dengan penuh kelembutan (?).

Chrysalis menegakkan punggungnya, sambil duduk tepat di depan Elias yang menghadap padanya. Dia melepaskan genggaman tangannya pada punggung tangan pria itu. Jarak mereka berdua sangat dekat, ah, jika kamu masih menganggap jarak beberapa centimeter itu berarti.

Jari Chrysalis terangkat dengan lembut, dia menempelkan jari telunjuknya di bibir Elias, kemudian perlahan-lahan turun ke dagu, jakun, dan berhenti di pangkal dada pria itu. Di titik inilah, Chrysalis kehilangan urat syaraf di otaknya. Wajah wanita itu mendekati wajah Elias dengan secara perlahan-lahan. Tinggal tersisa tiga sentimeter yang kosong di antara bibir mereka saat bibir Chrysalis terbuka, mengucapkan sesuatu dalam bahasa asing yang terdengar lebih seperti bisikan.

"Ik geniet van deze nacht... Elias", tangan gadis itu meraih punggung Elias.. dan saat wajah mereka menjadi sangat-sangat dekat..

*Blek*

Kepala Chrys terjatuh di dada Elias, tak sadarkan diri karena alkohol...

[OOT : Saya stop sebelum thread ini menjadi thread dewasa! =)) *ditimpuk*]

---

Berkat pengaruh alkohol yang hebat, Elías merasakan kenikmatan ganda dari alkohol dan sentuhan Chrysalis... Kapan terakhir kali ia bergaul dengan wanita selain dengan adiknya? Ah, ya, Elías hampir tidak ingat. Apalagi, kini perhatiannya hanya tertuju wanita yang sedang tersenyum di hadapannya.

Jari Chrysalis terangkat, mm-hmm, Elías dapat merasakan sentuhan jarinya yang lembut atas dirinya. Perlahan-lahan, wajah wanita itu terangkat, makin mendekati wajahnya sendiri. Elías menatapnya dengan mata hazelnya, memasang senyum yang seolah-olah 'menyambut' apapun yang datang menghampirinya. Tiga sentimeter; itulah jarak di antara mereka sekarang, kemudian Chrysalis membuka bibirnya, mengucapkan sesuatu dalam bahasa asing yang terdengar lebih seperti bisikan.

"Ik geniet van deze nacht... Elias"

"Mmm," Elías menggumam, dan secara refleks menutup matanya ketika wanita itu mendekap punggungnya. Salah satu tangannya juga memegang bahu Chrys, mejaga agar keduanya tetap seimbang. Namun, saat jarak mereka sudah sangat-sangat dekat...

Bruk

Kepala Chrys jatuh ke dada Elías, ia yang menyadari hal itu membuka matanya. "Ahh..." ia memulai, mencoba me-rekap apa yang baru terjadi. Dilihatnya Chrysalis yang tampaknya sudah tidak sadarkan diri. Ia menggoyang bahunya pelan, "Wah, sudah tidur...?" tanyanya, namun tak ada yang ia dapatkan sebagai jawaban.

Pria Meksiko ini tertawa, kemudian merogoh sakunya dan mengeluarkan beberapa lembar uang kertas, "Hahaha, sayang sekali... Hei, bartender!" ia melambai-lambaikan tangannya yang bergerak tidak beraturan, "Ambil saja kembaliannya," katanya, dengan intonasi yang tidak karuan. Ia kembali lagi pada wanita yang tertidur di depannya, menimang-nimang apa yang harus dilakukannya dengan kondisi semacam ini.

"Ayo kita pulang, nona..." untungnya, sedikit dari kesadarannya telah kembali sehingga ia memilih pilihan yang tepat untuk membawa Chrys pulang. Masalahnya adalah; apakah ia sanggup menggendong seorang wanita saat ia sendiri sedang mabuk?

Elías berdiri, ia dapat merasakan tubuhnya terhuyung karena pengaruh alkohol yang kuat. Kemudian ia mencoba mengangkat badan Chrys. Gagal. Ia mencoba sekali lagi. Masih gagal. Ia menggaruk-garuk kepalanya, kemudian mencoba sekali lagi.

Hup, ah, berhasil. Dengan susah payah, ia mengangkut tubuh Chrysalis di atas punggungnya dan mulai berjalan dengan tertatih-tatih. Masih dalam pengaruh alkohol, ia bertingkah seperti orang mabuk pada umumnya; mulai bernyanyi-nyayi dalam bahasa Spanyol.

Ketika ia berhasil mencapai pintu keluar tavern, ia menghentikan nyanyiannya ketika melihat sosok familiar yang sedang duduk di atas trotoar. Butuh beberapa detik sampai Elías cukup yakin dengan identitas orang itu, "Heeeeiii, Rauuul..." panggilnya dengan suara parau, "Kenapa kau masih ada di sini? Jangan bilang kau tersesat?" ia tertawa, mendekati Raul yang sedang duduk di trotoar. Ia dapat merasakan beban di punggungnya, namun tidak mungkin ia meletakkan seorang wanita begitu saja kan? Tunggulah sampai orang di depannya ini berbaik hati untuk membantunya...

Raul mengeluarkan napas yang telah dihirupnya dalam-dalam dengan santai. Much better. Ia rasa, sebagian besar pengaruh alkohol yang ada pada dirinya sudah kandas dibawa udara malam yang menyegarkan, tanpa lalu-lalang penduduk kota Philadelphia. Ternyata, memang asupan oksigen adalah obat yang manjur, walau ia rasa ia akan tetap mendapatkan hangover esok hari.

Ia mendengar lantunan lagu dalam bahasa ibunya, Spanyol, dari tavern. Dari suara yang familiar pula. Pikirannya langsung mengingat dua orang staf Black Order yang berada di dalam sana, Elias dan Chrysalis... dan benar saja, kedua orang itulah yang keluar dari pintu bar, salah satu digendong oleh yang satunya.

"Heeeeiii, Rauuul..."

"Elias?" Ia bangkit dari duduknya, menghampiri staf riset itu dengan larian kecil. "Apa terjadi sesuatu di dalam sana?"

"Kenapa kau masih ada di sini? Jangan bilang kau tersesat?"

Oh, ia tahu apa yang terjadi. Elias mabuk, dan... sepertinya, demikian pula kasusnya dengan wanita yang tak sadarkan diri di atas punggungnya. Sesimpel apapun pemikirannya, Raul cukup tangkas untuk menangkap hal ini. Jika tidak, mengapa Elias yang sebelumnya tampak murung bernyanyi-nyanyi, dalam bahasa Spanyol pula?

Yang benar saja? Wanita yang mengembalikannya ke kondisi sadar ketika dirinya di ambang kemabukan sendirinya mabuk? Raul menggaruk kepalanya. Dilihat dari ucapannya ketika merokok, sepertinya memang Chrysalis agak-agak hipokrit. Ia hanya menggeleng-geleng kepalanya, sebelum mengambil alih Chrysalis dari Elias. "Biarkan aku mengangkutnya." Tentu saja, karena perbandingan kekuatan antara staf keamanan yang melatih fisiknya tiap hari dengan staf bagian intelijensi tidak kecil.

"Mari, kembali ke markas," ajaknya, seraya ia mengangkut Chrysalis dengan gaya pengantin, tanpa menggunakan banyak tenaga. Ia tersenyum kecil. Seandainya ia tidak memutuskan untuk tetap di sini, bagaimana jadinya ya?

---

[OOT: Elias post, Chrysalis post jika mau, terus nanti Raul tamatin topiknya ]

Chrysalis tak sadarkan diri... dan bahkan tak mengetahui bahwa dirinya sudah berpindah tangan , dari Elias ke Raul. Raul membopongnya seperti seorang pengantin atau mungkin seorang bayi? apapun itu Chrysalis tak menyadarinya.

Angin malam berhembus pelan, membuat rambut wanita itu berantakan. Terdengar suara igauan kecil dari bibirnya, tubuhnya sedikit menggeliat mencari-cari posisi yang nyaman secara reflek. Akhirnya dia menemukan posisi yang dia rasa nyaman, meringkuk seperti bayi kecil dalam bopongan Raul. Bibirnya terbuka sedikit dan bergumam dengan sangat pelan...


"Vader...", dan suara yang terlepas dari bibir itu menghilang terbawa angin....

---

last post., :p

Darth 'Vader?' Raul memiringkan kepalanya dengan bingung; apa pula makna kata itu? Ia menengok ke arah Elias, meminta penjelasan, seandainya staf riset itu tahu. Ia menengok ke langit lagi, mengingat dokter baik hati itu, Robson de Moraes, dan terpintas satu kata yang menurutnya terdengar mirip dengan yang terucapkan dari mulut Chrysalis...

'Padre...' pikirnya. Tanpa dirasanya, bibirnya membentuk senyuman yang menyedihkan. Ia memperbaiki posisi tangannya, sebisa mungkin membentuk posisi yang nyaman untuk wanita yang lebih tua darinya itu. Walau untuk hal sekecil ini, ia ingin bisa melindungi anggota Black Order-- menjalankan tugasnya, dengan sempurna. Karena jika tidak... 'Bisa berakibat fatal,' nostalgianya, mengingat ucapan De Moraes saat dirinya tidak menjaga tenda paramedis dengan serius. Ironisnya, ia baru mengerti ketika sosok ayah baginya itu tidak bisa menasihatinya lagi.

"Mari, Elias." Raul menanti Elias mulai berjalan juga untuk menyesuaikan langkah. Semoga saja lelaki yang satu itu masih cukup sadar untuk berjalan sendiri, walau agak sempoyongan sekalipun.

---

END. Judul datang dari: Hard Day's Night, The Beatles