[AMERICA] Wanna Play Snow Ball?

Status : Open for all
Setting : Setelah RP A New Beginning, sekitar jam 3 sore.
Tempat : Halaman belakang/area yang tidak dipakai sekitar markas (memang ada? Anggap saja ada lah *digetok*)

---

Setelah seharian menjadi pemandu tur enerjik untuk sang Exorcist pindahan, Gray Levantine Claude, tidak terasa matahari mulai condong ke ufuk barat. Sejak tadi pagi salju terus turun. Sedikit memang, tapi kalau dibiarkan terus tumpukannya bisa menggunung.

Seperti sore hari ini, di mana sebuah area kosong menjadi tempat bersemayamnya tumpukan salju yang belum dibersihkan. Rombongan kecil itu tiba di sebuah lorong yang menghubungkan dengan area yang seluruhnya berwarna putih itu. Menyadari sebuah area dengan warna favoritnya; putih, Estrella langsung bereaksi.

"Eh!" serunya, mengalihkan perhatian rekan sejawatnya, "Lihat, lihat! Putih semua ya!" lanjutnya bersemangat. Awalnya ia tidak ingat tentang keberadaan tempat itu sebelumnya, tapi rasanya area putih itu dulunya sebuah training ground yang kini sudah tidak terpakai.

Dengan riang, Estrella berlari ke tengah-tengah area itu. Ia kegirangan dengan warna putih yang berada di sekitarnya, sedikit banyak suasana ini mengingatkannya pada General Halverson. Kemudian ia membungkuk, tangannya mengambil segenggam bola salju, kemudian menambahkan segenggam lagi dan membentuk sebuah bola salju berukuran kecil.

Gadis Meksiko ini berdiri, senyum jahil terpasang di wajahnya. Tanpa aba-aba, ia melemparkan bola salju tersebut pada Gray. "Ahahaha!" ia tertawa, menikmati suasana yang menurutnya menyenangkan ini, "Ayo, Gray, balas kalau bisa!" ia berlari-lari kecil ke belakang, mencari tempat yang menurutnya tepat untuk dijadikan basecamp miliknya.

Energi Exorcist muda ini seakan tidak pernah habis, setelah seharian menjadi tour guide, kini ia mengajak teman-temannya untuk bermain bola salju.

Di belakang salah satu tembok yang ada di dekat sana


Asap rokok terkepul ke udara kosong di atasnya, udara berwarna abu-abu itu seolah memutari tubuh seorang wanita yang sedang bersandar pada tembok. Cuaca yang dingin, gumam wanita itu dalam hati. Namun belumlah sedingin kampung halamannya, negeri dimana seribu tulip menghiasi pemandangan kota.

Chrysalis Vi Scheziel menengadah ke langit sambil menghembuskan asap rokoknya. Pandangannya menerawang, entah apa yang ada di pikirannya.

Salju .. ya salju yang putih dan dingin..., Chrys melempar rokoknya yang sudah habis itu ke tanah putih di bawahnya, sol sepatu boot Chrysalis menginjaknya, dalam keadaan seperti ini kau tak perlu melakukan usaha lebih untuk mematikan sepuntung rokok. Benar saja, salju di sekitar api rokok itu sedikit mencair, sekaligus memadamkan bara apinya.

Wanita ini merogoh ke saku mantel musim dinginnya yang berwarna hijau , mengeluarkan sebotol kecil cairan yang diwadahi di dalam botol kaca yang apik. Chrysalis menyemprotkan cairan itu ke badannya, wewangian yang berfungsi untuk menghilangkan aroma rokok dalam sekejap.

Setelah beberapa saat berbenah diri dia kembali hendak memasuki ruangan, dan dalam perjalanannya Chrysalis melewati halaman di mana Estrella bermain-main dengan riang. Sayangnya wanita ini tak mengetahui keberadaan gadis itu, karena sedari tadi dia hanya melihat ke arah bawah. Memperhatikan jejak kaki yang ditimbulkan bootnya. Chrysalis melangkahkan kakinya menuju ke satu-satunya pintu yang menghubungkan halaman tersebut....

Estrella baru saja memulai permainannya ketika ia melihat sesosok wanita jangkung melewati koridor penghubung dengan area yang sekarang disebutnya 'area putih' tersebut. "Aaa! Nona Chrysalis~!" panggilnya, sambil melambai-lambaikan satu tangannya dengan penuh semangat.

Tiba-tiba ide brilian muncul dari kepalanya; ya, dia bisa membentuk tim dengan Chrysalis! Entah kenapa, ia merasa bisa jadi tim yang hebat bila bersama nona itu. "Nona Chrysalis, kita main bola salju sebentar yuk?" ajaknya, dengan nada penuh persuasi.

Merasa itu saja tidak cukup untuk meyakinkan Chrysalis, Estrella menyatukan kedua tangannya seperti hendak berdoa, mengangkatnya ke depan dagunya, kemudian memasang wajah memelas, "Ya?" bujuknya, kali ini, dengan ekspresi imut seperti itu, ia harap Chrysalis bersedia menemaninya sebentar...

"Aaa! Nona Chrysalis~!"

Chrysalis menghentikan langkahnya begitu mendengar suara seorang gadis yang dia kenal memanggilnya. Dia mengalihkan pandangannya ke lapangan yang putih diselimuti salju, dia dapat melihat Estrella tampaknya sedang bermain salju dengan gembira seperti biasanya. Sebuah senyuman hangat yang jarang-jarang nampak di wajahnya muncul, ah sepertinya memang musim ini membuat suasana hatinya lebih nyaman.

"Nona Chrysalis, kita main bola salju sebentar yuk?"

"Bola salju..?", Alis wanita itu meninggi beberapa saat. Bukannya dia akan langsung menolak ajakan Estrella namun wanita ini berpikir apakah ada pekerjaan yang menunggunya.

itu saja tidak cukup untuk meyakinkan Chrysalis, Estrella menyatukan kedua tangannya seperti hendak berdoa, mengangkatnya ke depan dagunya, kemudian memasang wajah memelas, "Ya?" bujuknya, kali ini, dengan ekspresi imut seperti itu, ia harap Chrysalis bersedia menemaninya sebentar...

Tawa kecil terlepas dari mulutnya, dia melangkahkan kakinya menghampiri Estrella sambil berbicara padanya."Ah baiklah, hanya sebentar saja.. aku masih punya 1 - 2 pekerjaan yang harus kulakukan". Begitu mendekati Estrella wanita Belanda itu membungkuk, mengais salju dengan kedua tangannya yang sudah dilindungi sarung wool yang hangat. Saat salju itu sudah membentuk bulatan kira-kira sebesar kepalan tangannya wanita itu berdiri tegak.

"Dulu aku sering bermain seperti ini dengan adikku..", dia berkata pelan sambil memadatkan salju yang ada di dalam genggaman tangannya.

Wow, energi Estrella, si gadis exorcist seperti tak pernah habis. Semangatnya selalu full, penuh dengan keceriaan. Gray tersenyum senang saat melihat Estrella berlari-larian ke segala arah sambil melempar bola salju.

"Ahahaha! Estrella tunggu balasanku!" teriak Gray bersemangat sambil membuat cadangan bola untuk dilemparkan pada kawan-kawannya.

Hmm, kalau diingat-ingat, Gray tak pernah main bola salju macam ini di China. Lee sangat jarang mengajaknya bermain, malah latihan terus menerus.

"Estrella! Hadapi bola ini!" teriaknya saat akan melempar bola salju seukuran kepalan tangan.

Syung! Satu buah bola salju dilemparnya kuat-kuat.

Namun sayangnya, bola saljunya agak meleset, dan menuju ke arah section staf diplomatik yang juga diajak Estrella bermain.

"Awas!" ucapnya panik.

"Ah baiklah, hanya sebentar saja.. aku masih punya 1 - 2 pekerjaan yang harus kulakukan"

"Horeee~!" Estrella berseru kegirangan, kedua tangannya terangkat ke atas. "Kalau begitu, kita bentuk tim ya. Yang perempuan dengan perempuan lagi, kalian para laki-laki, bentuk benteng sendiri-sendiri ya!" ujarnya pada peserta perang bola salju sore ini. Hmm, kira-kira akan jadi seseru apa ya?

Ia kembali membungkuk, berniat membentuk bola salju untuk persiapan serangan berikutnya, Chrysalis juga sudah bersiap di sana.

"Dulu aku sering bermain seperti ini dengan adikku.."

Estrella tersenyum, "Dulu aku dan kakak juga sering main bola salju, berdua saja." tangannya membentuk bola salju sebesar kepalan tangannya, siap untuk dilemparkan kapan saja.

"Estrella! Hadapi bola ini!"

Estrella menengadahkan kepalanya, mendapati sosok Gray yang bersiap-siap melemparnya dengan bola salju. Ia refleks menghindar ke samping, namun hal itu mengakibatkan Chrysalis lah yang menjadi target bola salju Gray.

"Awas!"

Oke, saatnya pembalasan! Kalau rekan setimnya diserang, maka ia harus membalasnya. "Lihat sini, Gray!" pancingnya, dan secara bersamaan melemparkan bola salju itu ke arah Gray. Kena atau tidak, itu tergantung dari keberuntungannya...

---

[OOT : Pakai sistem roll a die ya, sudah tahu kan semua? Kilik add reply, jangan pakai fast reply yang di bawah Kalau hasilnya genap berarti telak kena muka, kalau ganjil berarti kena bagian tubuh yang lain.]

The member 'Estrella Rovers' has done the following action : Roll a die

'6-sided Die' :

Result :

Saat Chrys berusaha menyempurnakan bentuk bolanya tiba-tiba terdengarlah teriakan Gray yang menyuruhnya untuk awas. Sebuah bola sebesar ukuran kepalan tangan terbang seperti peluru meriam yang menarget dirinya. Chysalis terlalu terkejut dengan serangan mendadak yang dilakukan Gray, wanita Belanda ini memutarkan tubuhnya beberapa derajat dalam usahanya menghindari meriam salju.

*CPRAT*

Bola putih itu menyerempet bahu Chrysalis, membuat jejak putih di mantelnya yan berwarna hijau. Gumaman dengan sedikit nada kesal keluar dari mulut wanita Balanda tersebut. Chrysalis menoleh pada Estrella yang sedang melempar bola salju, sayangnya bola salju itu meleset.

Kali ini giliran Chrysalis yang mengayunkan lengannya dan melayangkan meriam dingin itu pada Gray dengan sekuat tenaga.

The member 'Chrysalis Vi Scheziel' has done the following action : Roll a die

'6-sided Die' :

Result :

Fiuh, bola salju yang tak sengaja dilemparkan ke arah Chrysalis meleset. Kalau kena muka section leader itu bisa-bisa dia kena damprat habis-habisan (mungkin). Tapi Gray belum bisa menghirup napas lega, tentu. Perang salju baru saja di tahap pemanasan, dan Gray belum boleh menyerah. Masa dia kalah oleh dua orang wanita? Tidak apa-apa sih sebenarnya, tapi tetap saja siapa yang suka dikalahkan orang lain?

"Lihat sini, Gray!"

Syung, bola salju dilemparkan ke arahnya. Namun untungnya kemampuan bela diri sedikit banyak membantunya menghindari bola salju dengan sedikit gerakan saja. Bukan bermaksud sombong atau apa, tapi hal tersebut memang sudah refleks.

Sekarang giliran Chrys yang melemparkan bola salju ke arahnya, namun ia bisa menghindarinya dengan beruntung. Fiuh, Fortuna ada dipihaknya kali ini, setidaknya sampai saat ini.

"Mana tenaga kalian! Ayo semangat!" teriak Gray tanpa maksud menghasut kedua gadis itu.

Kemudian Gray membentuk satu buah bola salju lagi. Kemudian ia melemparnya dengan kekuatan full ke arah Estrella.

"Terima ini! Hyaa!" teriaknya bersemangat.

The member 'Gray L. Claude' has done the following action : Roll a die

'6-sided Die' :

Result :

Bola yang dilempar Chrysalis meleset, untuk beberapa saat dia heran kenapa bola itu meleset Ah entah mujur atau apa Gray berhasil menghindari bola itu. Chrysalis memadatkan bola saljunya. Dia mencari celah untuk melempar saat lawannya lengah sehingga peresentase tembakannya sedikit lebih baik.

Kali ini exorcist muda itu menembakka bolanya ke Estrella dan bersamaan dengan itu Chrysalis melemparkan bola saljunya pada Gray, sambil bersiap-siap mengelak serangan berikutnya.

The member 'Chrysalis Vi Scheziel' has done the following action : Roll a die

'6-sided Die' :

Result :

Estrella cemberut ketika melihat bola saljunya tidak mengenai sasaran. Tetapi, ia makin termotivasi untuk mengenai sasaran utamanya; wajah Gray. Pasti seru melihat wajahnya tertutupi bola salju hasil lemparannya.

"Terima ini! Hyaa!"

Gray lagi-lagi melempar sebuah bola salju, kali ini ke arahnya. Oh, tenang, dalam urusan menghindar, Estrella ahlinya. Ia tersenyum jahil, "Ayo, Gray, kenai kalau bisa!" serunya, sambil kembali menyiapkan bola-bola salju sebagai amunisi serangan berikutnya.

Chrysalis sudah menyerang Gray duluan, namun Gray lagi-lagi berhasil menghindar. Humm, ternyata Gray lihai menghindar juga. Tidak mau merasa tersaingi, Estrella mengambil kuda-kuda melempar, dan satu detik kemudian melepaskannya ke arah Gray.

"Kenaaa!" pekiknya, mensugesti bola salju itu (?) untuk menuruti keinginannya. Kali ini, semoga saja benar-benar mengenai sasaran...

This dice is not existing.

Akhirnya satu lemparan mengenai Gray, Chrys menepuk bahu Estrella sambil tersenyum.

"Good job, Estrella", kali ini terlihat dia memeluk bola salju padat sebanyak 3 buah. Chrysalis menyipitkan matanya, fokus ke target bergerak di depannya.

Seharusnya presentase keberhasilan mengenai sasaran lebih tinggi dengan bola yang lebih banyak, Chrysalis bergumam dalam hati. Dan kali ini dia mengambil ancang-ancang, wanita itu melemparkan bola-bolanya secara beruntun seperti machine gun otomatis.

The member 'Chrysalis Vi Scheziel' has done the following action : Roll a die

#1 '6-sided Die' :

#1 Result :


--------------------------------

#2 '6-sided Die' :

#2 Result :


--------------------------------

#3 '6-sided Die' :

#3 Result :

Ah, ada ide bagus. Rasanya permainan mengasyikkan ini cocok untuk latihan melatih refleks. Gray kemudian menutup mata heterochromia miliknya dengan head-band berwarna hitam miliknya. Anak ini memang bersemangat untuk berlatih, ya jadi biarkan saja dia~

"Aku siap kapan saj..."

Uh, walaupun beruntung dapat menghindari serangan-serangan kedua gadis itu. Akhirnya pemuda berembut abu itu terkena serangan bola salju...tepat di mukanya. Walau untungnya dari 4 serangan mereka, 2 lainnya bisa ia hindari.

'Uhh..Aku belum siap, hei!' gerutunya dalam hati. Uh, padahal tadi dia sudah bilang dia siap kapan saja, dasar anak-anak.

"Fuuh, rasakan serangan mautku! Ciaat!" teriaknya bersemangat. Kemudian ia melempar 5 buah salju berbentuk bola itu secara beruntun.

This dice is not existing.

"Good job, Estrella"

"Tehee~" Estrella tersenyum lebar, merayakan keberhasilannya menimpuk Gray dengan bola salju buatannya. Sekarang saatnya menyiapkan amunisi lagi. Kali ini, harus bisa kena lebih banyak dari yang tadi.

Chrysalis melancarkan serangannya, kali ini dengan 3 bola salju sekaligus. Sayang hanya satu yang mengenai sasaran, dua lainnya meleset. Melihat aksi Chrys, Estrellapun mendapat ide untuk melakukan bentuk serangan yang sama.

"Fuuh, rasakan serangan mautku! Ciaat!"

"Kyaaa!" seru Estrella ketika salah satu bola salju yang dilempar Gray mengenai wajahnya; memang salahnya sendiri yang terlalu asik menyiapkan bola salju sementara Gray dapat menyerangnya dengan leluasa.

"Uhh!" Estrella membersihkan wajahnya dengan kedua tangannya, mendengus kesal. Ia berdiri, mengambil ancang-ancang untuk penyerangan berikutnya.

"Awas ya!" serunya sambil melemparkan 3 bola salju ke arah Gray.

This dice is not existing.

Tidak merasa cukup dengan itu, Estrella menambah serangannya dengan lima bola salju sisa secara beruntun.

This dice is not existing.

Penyerangan sudah dilancarkan, tapi rasanya mereka juga perlu memikirkan pertahanan. "Nona Chrys, ayo kita buat benteng pertahanan kita!" ajaknya, sambil mulai membangun dinding salju di hadapan mereka. Entah kenapa, rasanya permainan ini mulai terlihat seperti perang betulan saja.

Ouch.. sebuah bola salju yang dingin mengenai tubuhnya, tepat di bagian dadanya. Untungnya bola itu tidak terlalu telak mengenainya , atau mungkin benturan itu sudah diminimalisir oleh tonjolan di dadanya? *digeplak*

Chrysalis membungkuk sambil menepuk-nepuk salju dari mantelnya. kali ini Estrella meniru perbuatannya, melemparkan beberapa peluru dingin sekaligus. Tiga lemparan, dua luput dan satu mengenai Gray. Seolah itu belum cukup gadis energetik itu melanjutkannya dengan lima tembakan beruntun, sayangnya hanya dua yang mengenai sasaran.

Estrella lalu berbalik ke arahnya yang masih membungkuk di atas salju, "Nona Chrys, ayo kita buat benteng pertahanan kita!" ajaknya, sambil mulai membangun dinding salju di hadapan mereka

Chrysalis tersenyum, dia berdiri tegak hendak membantu Estrella menyusun benteng bertahan dari salju, namun..

"Nona Scheziel !!", seorang staff menghampirinya dengan tergopoh-gopoh. Terlihat tumpukan kertas yang dipeluk dengan eratnya. Staff pria itu menerobos perang dan entah darimana pria muda itu terhantam bola salju yang melayang ke arah mereka. Terdengar suara erangan penuh kesakitan dan rasa kaget sebelum akhirnya tersungkur di atas salju. Rambut staff itu tertutupi dengan salju, begitu pula sebagian wajahnya.

Bola mata sang section leader sempat terbelalak. apalagi setelah melihat staffnya itu terkapar, menjadi korban salah sasaran. Chrysalis mendekati staffnya dan berjongkok. Terdengar suara dengusan dari mulut gadis itu. Dan tanpa basa-basi lebih lanjut dia mengambil tumpukan dokumen yang dipegang pria itu, tanpa cacat sedikitpun walaupun sang staff tersungkur, mungkin staff itu memang melindungi dokumen tersebut dengan separuh nafasnya.

Terdengar suara kertas yang dibalik dengan cepat, Chrysalis mulai menggerutu. Akhirnya dia berdiri dan berbalik ke Estrella, dengan dokumen di jepitan lengannya. " Sayang sekali sepertinya aku harus kembali sekarang.. apapun yang mereka lakukan tanpaku selalu memiliki kesalahan...", ujarnya sambil melirik pada staffnya, yang dilirik sempat bergidik dan bangun dari posisinya dengan gagap.

"Lain kali ajak aku lagi..", ucap wanita Belanda itu sambil menoleh pada Gray dan kemudian Estrella, entah kenapa air muka di wajahnya seolah-olah melembut.

Dia membalikkan badannya, berjalan dengan langkah mantap dan ritmis ke bangunan markas... staffnya menyusul dengan langkah yang sedikit diseret.


[Chrysalis out]

Berikutnya, Estrella Rovers menyerangnya berturut-turut 8 serangan. Cprot! 4 kali serangan kena tepat di mukanya, ya mukanya.

"Auh!" ucapnya yang kemudian kehilangan keseimbangan dan terjerembab di gundukan salju.

"Aduuh," keluhnya sambil berusaha berdiri.

Ah, tak sengaja headbandnya terlepas dari kepalanya, memberikan penglihatannya kembali. Saat itu kemudian ia melihat nona Chrys pergi entah kenapa. Hmm, sayang sekali.

"Hei, bagaimana, mau dilanjutkan atau sudahan?" serunya bersemangat pada Estrella. "Bagaimana kalau kita buat boneka salju saja, ya, ya?" pinta Gray sambil tersenyum lebar pada gadis Meksiko itu. Tak ada hasrat untuk balas dendam atas serangan-serangan barusan pada hati anak ini. Yah, dalam pikirannya saat ini hanya ada bersenang-senang, dengan Estrella khususnya.

Ketika ia dan Chrysalis baru saja akan membangun benteng pertahanan dari salju, seorang bawahan Chrys memanggilnya dan memintanya untuk kembali bekerja. Estrella sempat tertawa kecil melihat staff itu menjadi korban dari peluru salju nyasar.

"Sayang sekali sepertinya aku harus kembali sekarang.. apapun yang mereka lakukan tanpaku selalu memiliki kesalahan..."

"Yaaahh..." ujar Estrella kecewa, ia masih memegang beberapa bola salju di tangannya, siap untuk dilempar. Wajahnya yang tadi berhiaskan senyum ceria, kini perlahan-lahan turun menjadi cemberut.

"Lain kali ajak aku lagi.."

Estrella mengangguk, "Lain kali kita main lagi yaa!" serunya sambil melambai-lambaikan tangannya pada Chrysalis, mengantar kepergiannya. Sekarang di area putih ini hanya ada ia dan Gray saja.

"Hei, bagaimana, mau dilanjutkan atau sudahan?"

Estrella belum menjawab, wajahnya masih sedikit cemberut.

"Bagaimana kalau kita buat boneka salju saja, ya, ya?"

Melihat Gray yang begitu bersemangat, akhirnya Estrella mengeluarkan senyum kecilnya. Rekan bermainnya memang berkurang satu, tapi mereka masih bisa melakukan permainan yang lain kan?

Kali ini, dengan senyum yang terkesan lebih usil, ia melempar sebuah bola salju yang tadi berada di tangannya.

This dice is not existing.

Ia tertawa sebelum mengiyakan permintaan Gray, "Boleh! Ayo bantu aku membuatnya, Gray!" ujarnya sambil berlari-lari kecil ke arah Gray.

CPROT!! Sebuah bola salju mendarat di mukanya tepat saat dirinya mengusulkan untuk berhenti. Serangan yang sangat fatal kalau yang dilemparnya bukan segumpal salju.

"Auhh, Estrella.." ucapnya pelan saat gadis Meksiko itu berlarian riang ke arahnya.

Ups, akibat banyak serangan yang diluncurkan para gadis tadi. Kepala Gray menjadi agak pusing. Pemuda berambut keabuan itu kehilangan keseimbangannya hingga akhirnya.. BRUK!! Tubuh Gray jatuh menabrak Estrella yang sedang berjalan.

"Aduuh.." ucapnya sedikit kesakitan.

---

OOT : Abis ini tamatkan aja lah~ ya?? xD

Ketika ia baru saja akan menghampiri Gray untuk membuat boneka salju bersamanya, pemuda itu malah jatuh ke dekapannya.

Deg! Estrella dapat merasakan wajahnya memanas. Walau di hatinya hanya ada General Shreizag Halverson, tetap saja ia seorang gadis yang tidak menyangka kejadian seperti ini akan menimpanya.

"G-Gray...? Ka-kamu kenapa?" tanyanya panik, masih menahan badan Gray yang kehilangan keseimbangan di badannya sendiri. "Eng... Tadi aku melempar terlalu keras ya? Maaf ya..." ujarnya dengan nada sedikit bersalah. Ah, bagaimana kalau Gray sampai sakit gara-gara ulah usilnya? Yang lebih penting sekarang, ia menunggu jawaban Gray yang menyatakan dirinya baik-baik saja.

---

[OOT : Summon Elias dulu, baru ditamatin =)) ]

"Estrellaaaa!" teriakan seorang kakak menggema di salah satu lorong Black Order. Terlihat kecemasan di wajahnya, bagaimana tidak, biasanya sore-sore begini adiknya datang ke lab-nya untuk mengobrol atau kegiatan santai lainnya, tapi seharian ini sang kakak sama sekali belum melihat adik semata wayangnya. Jelas saja jika kakak yang dijuluki sister complex ini tidak akan tenang sebelum menemukan adiknya.

Masih dalam kecepatan berjalan yang sama, ia menelusuri lorong-lorong yang ada sambil melihat sekelilingnya untuk mencari adiknya. Ketika akhirnya ia menemukan sosok gadis berambut pirang pucat itu, ia langsung geram karena melihat pemandangan yang paling tidak diinginkannya. Sekali lagi, paling tidak diinginkannya.

"HEI! KAU!!" teriaknya, berjalan lebih cepat dengan wajah penuh amarah, "Apa yang kau lakukan pada adikku?! Sudah bosan hidup ya?!" serunya lagi, kali ini sambil menarik kerah baju Gray agar menjauh dari adiknya. Pemuda Amerika itu perlu sebuah argumen yang bagus untuk menghindari pukulan dan dampratan dari Elias Rovers.

Dalam sekejap, muka Gray Levantine Claude memerah sampai ke telinganya setelah jatuh ke dekapan gadis di depannya, Estrella Rovers. Mukanya memanas dan jantungnya berdebar-debar tak keruan. 'Perasaan apa ini?' gumam Gray gelisah, tanpa berharap Estrella mendengarnya.

"Ma...maaf!" teriak Gray panik, mukanya masih memerah tentunya.

"Apa yang kau lakukan pada adikku?! Sudah bosan hidup ya?!"

Seketika itu juga Gray menoleh ke arah teriakan yang lainnya, Elias Rovers aka Kakak Estrella. Uh, sepertinya Gray akan dimarahi.

"MAAFKAN AKU!! HYAA!" teriak Gray lantang sambil berlari ke arah markas, meninggalkan kakak beradik Rovers di tempatnya bermain salju barusan.

Ada apa ini? Gray masih tetap kebingungan atas keanehan dirinya saat jatuh tadi. Buss! Semakin ia memikirkan kejadian itu, mukanya semakin memerah dan jantungnya semakin cepat dan dirinya jadi semakin panik.

[Gray out]