[AMERICA] Cinderella Story (R-15)

"Ah sudahlah, hanya pastikan lain kali kau tak menariknya seperti itu... dan tanpa niat membunuh, oke?" ucap Chrysalis pada Dai Fong dengan wajah yang sudah benar-benar lega. Ia menghela nafas sekali lagi, memastikan bahwa dia sudah bisa bernafas dengan benar lagi tanpa tekanan apapun.

Ternyata tekanan yang dia rasakan tidaklah ringan, masih dengan memakai chemise dan korset; kakinya melangkah ke tempat dia menaruh pakaiannya. Dia mengambil celana kulitnya yang berwarna gelap, merogoh-rogoh kantongnya, dan sebungkus rokok meloncat keluar bersama pemantiknya diiringi dengan senyum lega sang wanita Belanda.

Dia hanya perlu menyulut rokoknya untuk menenangkan dirinya. Namun sebelum itu dia menoleh ke Viletta dan Dai Fong. "Kalian, tdak keberatan kan?" tanyanya, dan kali ini dia benar-benar berharap mendapatkan jawaban yang mendukung aksinya

Melihat Chrys hendak menyalakan rokoknya, Violetta langsung merebutnya dari tangan wanita itu. Ia menatapnya tajam, sebelum membuang rokok tersebut ke tong sampah terdekat. Ia lalu berjalan dan mengambil sisa-sisa pakaian yang harus segera dikenakan Chrys, dan meletakkannya di salah satu kursi di dekat wanita itu.

"Wanita itu..." Violetta mengambil sebuah kover korset dan memakaikannya pada Chrys tanpa menunggu protes atau komentar apapun dari yang bersangkutan.

"...harus menjaga..." Kali ini ia mengambil petticoat dan memasangnya dengan cepat di atas korset yang sudah dipasang dengan kencang.

"...kesehatannya..." Rok dalaman kembali dipakaikan pada Chrys dengan agak kasar, seolah wanita itu adalah boneka pengepas baju.

"...dengan tidak..." Violetta memasangkan rok luar yang penuh renda dan agak berat karena bahannya yang tebal. Warnanya pink keunguan, dengan renda-renda berwarna hitam.

"...menghisap rokok barang sebatangpun!!" Dengan satu kalimat terakhir itu, ia memakaikan baju atasan yang senada dengan rok luarnya, lengkap dengan renda-renda hitam seperti yang ada di roknya.

"Nah! Sekarang kamu duduk di sini. Aku mau mendandanimu DAN menguliahimu tentang kesehatan!" kata Violetta agak galak sambil menunjuk kursi di depan meja riasnya.

Violetta menerkam bungkus rokok itu dari tangannya dengan begitu cepat sampai-sampai dia tidak bisa mengantisipasi gerakan itu. Chrysalis membuka mulutnya, hendak protes tapi mengurungkan niatnya setelah melihat ekspresi di wajah Violetta. 'Pria' itu beranjak beberapa detik, mengambil sisa pakaian yang harus dia pakai --yang ternyata masih cukup banyak--, Chrysalis menelan ludahnya sendiri. Pahit.

Quote :

"Wanita itu..." Violetta mengambil sebuah kover korset dan memakaikannya pada Chrys tanpa menunggu protes atau komentar apapun dari yang bersangkutan.

"E-eh?" kata itu terlontar dengan sedikit tergagap. Namun dia tak bergerak banyak. Ah apapun agar proses penyiksaan ini cepat selesai!.

Quote :

"...harus menjaga..." Kali ini ia mengambil petticoat dan memasangnya dengan cepat di atas korset yang sudah dipasang dengan kencang.

"...kesehatannya..." Rok dalaman kembali dipakaikan pada Chrys dengan agak kasar, seolah wanita itu adalah boneka pengepas baju.

Chrysalis terpana melihat bentuk benda itu, rok seperti balerina yang seumur-umur belum pernah dia pakai. Matanya mengerjap beberapa kali seraya tak percayai. "Oh Tuhan-ku," ucapannya lirih layaknya hamba yang berdoa agar Tuhan mengangkat semua kemalanganini darinya.

Namun Tuhan tidak mendengar rintihan Chrysalis --atau Dia memang tak ada?-- detik berikutnya benda yang menggembung itu sudah menghiasi pinggulnya.

Quote :

"...dengan tidak..." Violetta memasangkan rok luar yang penuh renda dan agak berat karena bahannya yang tebal. Warnanya pink keunguan, dengan renda-renda berwarna hitam.

Chryalis sekali lagi terkesiap. "Pink?!" dia mendesis sembari melirik ke Violetta. Sayangnya dia tak mendapatkan respon yang pantas.

"

Quote :

...menghisap rokok barang sebatangpun!!" Dengan satu kalimat terakhir itu, ia memakaikan baju atasan yang senada dengan rok luarnya, lengkap dengan renda-renda hitam seperti yang ada di roknya.

Wajah Chrysalis terkulai lemas, dia meratap gelisah ke rok yang barusan dipakaikan oleh sang section staff. Dia mengelus kainnya dengan hati-hati, masih merasa tak pantas dengan semua hal tersebut. Ini kali pertama dia memakai sesuatu yang begitu bergelembung dan berenda. Dan wanita ini tak bisa membayangkan bentuknya sendiri.

Pasti parah.., batinnya.

Quote :

"Nah! Sekarang kamu duduk di sini. Aku mau mendandanimu DAN menguliahimu tentang kesehatan!" kata Violetta agak galak sambil menunjuk kursi di depan meja riasnya.

Dia tak memiliki pilihan lain kan?.

Jadi Chrysalis duduk di sana sambil menghela nafas yang berat. Rok itu beserta teman dalamannya membuat posisi duduknya tak terasa nyaman...

Dai Fong hanya bisa mematung melihat Violetta mendadak 'mengamuk' gara-gara ada yang melanggar aturan kesehatannya. Ia tahu benar 'wanita' itu sangat mencintai yang namanya kesehatan dan kecantikan... jelas, karena dia adalah konsultan kesehatan dan kecantikan. Kalau ia tidak peduli, mana bisa ia memberikan konsultasi pada orang lain?

Dengan secepat kilat, wanita yang tadi dibantunya memakai korset sudah berpakaian lengkap, dengan warna yang luar biasa feminin. Dai Fong lalu melirik Violetta, yang sepertinya masih akan sibuk sendiri mendandani wanita itu.

"Vio..." panggil Dai Fong pelan, "Aku keluar dulu, ya. Kutunggu sampai kamu selesai dengan Nona ini, baru aku kembali lagi untuk konsultasi."

Ia lalu membungkuk pelan, mohon diri. Ia melangkah dengan tenang menuju pintu kamar, bersiap untuk keluar.

Melihat Dai Fong yang bersiap pergi meninggalkan kamarnya, dengan sigap Violetta langsung menahan pintu dengan kakinya, karena kedua tangannya sedang penuh dengan peralatan make-up untuk mendandani Chrys.

"Tidak secepat itu, Dai Fong. Nanti aku masih butuh bantuanmu, jadi kamu diam dulu di sini, ya. Ambil saja teh dan kue, kamu tahu tempatnya, 'kan?" kata Violetta sambil tersenyum manis, namun tetap dengan nada mengancam.

"Nah, Chrys, kamu duduk manis, jangan bergerak, jangan protes, dan lakukan apa yang kusuruh. Kalau kubilang tutup mata, tutup mata. Kalau kubilang buka mulut, buka mulut. Kalau berani protes, kukencangkan lagi korsetmu," kata Violetta sambil beralih ke klien barunya itu.

Ia menarik satu kursi lagi, dan duduk di hadapan wanita yang kelihatannya belum terlalu nyaman memakai pakaian seformal itu. Peralatan riasnya dijejerkan di atas meja, untuk mempermudahnya menjangkau benda-benda itu.

Dengan tangkas, Violetta mendandani Chrys. Ia memakai warna yang senada dengan gaun wanita itu, membuat wajah wanita itu semakin cantik dan feminin. Setelah ia selesai memulas Chrys, Violetta tersenyum puas. Mataku memang tak pernah salah...

"Yak, silakan lihat dirimu di cermin," kata Violetta sambil memutar wajah Chrys ke arah cermin dengan lembut. "Bagaimana?" tanyanya lembut. Dia yakin, Chrys mungkin tidak akan percaya ia didandani menjadi perempuan sejati, tapi ia sangat yakin Chrys pasti suka hasil kerjanya.

Quote :

"Nah, Chrys, kamu duduk manis, jangan bergerak, jangan protes, dan lakukan apa yang kusuruh. Kalau kubilang tutup mata, tutup mata. Kalau kubilang buka mulut, buka mulut. Kalau berani protes, kukencangkan lagi korsetmu," kata Violetta sambil beralih ke klien barunya itu.

Ah, nada yang memerintah, dalam hatinya Chrysalis menghitung sudah berapa lama orang tidak menyuruhnya dengan ketegasan seperti itu, kecuali ayahnya tentu saja yang sekarang juga melembek padanya.

Bagian tubuh Chrysalis bergerak sesuai aba-aba Violetta Noel, buka mulut, tutup mata, lihat ke atas, atau yang lebih banyak dia ucapkan, diam!. Chrysalis ingin menghela nafasnya, tapi dalam keadaan seperti ini dia cukup menghela nafas dalam hatinya.

Saat semuanya terasa akan selesai --bagi wanita itu-- dia menengadah ke atas, melihat wajah Violetta yang tersenyum puas. Chrysalis memicingkan matanya, ah tapi entah kenapa wajahnya juga terasa sulit digerakkan. Pengaruh make-up mungkin? bagaimanapun juga benda-benda itu terasa merekat di kulitnya yang selama ini steril dari hal-hal asing tersebut.

"

Quote :

Yak, silakan lihat dirimu di cermin," kata Violetta sambil memutar wajah Chrys ke arah cermin dengan lembut. "Bagaimana?" tanyanya lembut.

Kali ini dia benar-benar menghela nafas sambil menunduk ke rok tebal yang menutupi bentuk pahanya. Chrysalis menghitung dalam hatinya, upayanya untuk menyiapkan diri melihat mimpi buruk yang mungkin ter-refleksi di cermin itu.

Hitungan terakhir, Chrysalis mengangkat dagunya dan melihat pantulan seseorang di jendela, seorang .... wanita. Wajah cantik seorang wanita yang tampak asing baginya terpantul disana, Violetta memang benar, ia tak pernah salah. Jemari Chrysalis menyusuri lekuk wajah di cermin itu, dia menahan nafasnya masih tak percaya itu dirinya. Tak percaya bahwa wanita yang memakai pakaian dengan gaun indah dan bibir yang kemerahan itu adalah dirinya. Dia menelan ludah.

"... Dia tampak cantik..." ucapnya pelan dan sedikit terseret di akhir kalimat. Lucunya dia masih tak bisa yakin bahwa bayangan yang terpantul itu adalah dirinya sampai-sampai Chrysalis menggunakan kata ganti orang ketiga untuk menyebut dirinya sendiri.

Tapi tetap saja dia belum terbiasa dengan semua ini, semburat merah muncul di wajahnya yang cemas dan gelisah. Mengeluarkan ekspresi malu-malu yang terlihat cukup manis. Dan dia masih belum cukup percaya diri.

Bola mata hijaunya menyapu ruangan itu, dan berhenti tepat di rak yang berisi topi wanita dengan simpul romantis dan bunga-bunga mungil berwarna senada dengan brokat hitam yang sedikit menjuntai menutup sebagian wajah. Sedikit penutup yang dia butuhkan, dan bukankah penutup itu juga sama manisnya?.

"Boleh aku memakai itu..?" tanya Chrysalis dengan nada gelisah pada Violetta.

Quote :

"... Dia tampak cantik..."

Violetta kembali tersenyum mendengar pernyataan Chrys. "Aih, Chrys... Bukan 'dia' tapi 'aku'!! Yang ada di cermin itu kamu sendiri, lho," kata Violetta ceria. Ia sendiri menatap pantulan dirinya di cermin itu, yang menampakkan sosok wanita yang tampak sempurna... kecuali pada kenyataan bahwa sosok 'wanita' itu adalah seorang pria.

Chrys tampak gelisah, lalu menunjuk salah satu koleksi topi miliknya dan bertanya apakah ia boleh memakainya. Violetta mengangkat salah satu alisnya. Memangnya dia mau pergi ke luar?

"Topi itu hanya untuk keperluan outdoor. Kecuali kamu memang mau belanja atau piknik, kamu tidak boleh memakai topi!" kata Violetta. Ia lalu memandang rambut Chrys, yang meski bagus tetapi agak berantakan. Ia tersenyum, mengambil sebuah kesimpulan bahwa Chrys malu karena rambutnya berantakan dan ingin menutupinya dengan topi... yang jelas-jelas salah total.

"Daripada ditutup topi, lebih baik kutata juga rambutmu," kata Violetta sambil mengambil peralatannya lagi. Ia menyikat rambut Chrys dengan hati-hati namun cepat, sampai kira-kira 20 kali. Ia sebenarnya ingin menyikatnya sebanyak seratus kali, tapi itu makan waktu, dan pastinya Chrys tidak akan suka disuruh menunggu selama itu.

Setelah selesai menyikat rambutnya, Violetta menyisir rambut Chrys dan menggulungnya ke atas, membuat tengkuknya yang putih terlihat dengan jelas. Ia menggelung rambut itu, lalu menahannya dengan hiasan rambut.

"Nah, sekarang sudah bagus," kata Violetta sambil tersenyum puas. Ia sungguh terlihat seperti anak perempuan yang baru saja mendandani boneka barunya.

"Kalau kamu mau, sekalian kamu berlatih berjalan dan berdansa. Dai Fong, kamu bantu aku lagi, oke?" kata Violetta lagi, seenaknya sendiri.

Ah, 'pria' itu mendapatkan kesan yang salah saat Chrysalis meminta untuk meminjam salah satu topi koleksinya. Alih-alih membiarkan topi itu dia pakai Violetta malah berinisiatif membenahi tatanan rambutnya.

"Kalau begitu, biarkan aku meminjamnya saat aku keluar dari sini Violetta. Siapa tahu ... aku membutuhkannya," ucap Chrys dengan sedikit terbata-bata.

Dalam hatinya dia bertanya-tanya; rambutnya tidak cukup panjang untuk digelung dengan indah. Namun seperti biasa, Violetta dapat mengakali semuanya dengan apik dan menahannya dengan hiasan rambut, baru kali ini rambutnya dihiasi seperti itu. Dan tengkuknya yang berlekuk indah menampakkan diri.

Chrysalis teringat sesuatu, dia mengenggam kalung choker dengan kaitan pada sehelai bulu merak di telapak tangannya. Wanita Belanda itu melirik ke Violetta sekali lagi. "Bolehkah aku memakai ini?," tanyanya singkat, tampak ragu-ragu.

Quote :

"Nah, sekarang sudah bagus," kata Violetta sambil tersenyum puas. Ia sungguh terlihat seperti anak perempuan yang baru saja mendandani boneka barunya.

"Kalau kamu mau, sekalian kamu berlatih berjalan dan berdansa. Dai Fong, kamu bantu aku lagi, oke?" kata Violetta lagi, seenaknya sendiri.

Berjalan?.

"Tunggu Violetta, aku sudah bisa berjalan sendiri jika itu maksudmu"

Ya, ia memang sudah bisa jalan sendiri tapi bukan jenis langkah kaki yang harusnya dimiliki oleh seorang gadis. Langkah kakinya lebih lebar dari yang seharusnya, dan dengan tempo yang cepat tentu saja.

Dan berdansa?.

Sudah jelas kan kalau dia tak bisa berdansa.

Quote :

"Tidak secepat itu, Dai Fong. Nanti aku masih butuh bantuanmu, jadi kamu diam dulu di sini, ya. Ambil saja teh dan kue, kamu tahu tempatnya, 'kan?"

Dai Fong hanya bisa menghela nafas panjang. Ia merasa, mungkin ia memang tidak beruntung kalau harus berurusan dengan wanita. Jadi ia berjalan ke salah satu rak di kamar Violetta, mengambil salah satu wadah kaleng yang berisi kue-kue kering, menuangkan teh ke salah satu gelas, lalu menunggu wanita-'wanita' itu selesai dengan urusannya sambil menikmati teh dan kue kering.

Dari yang ia amati, sepertinya wanita yang dipanggil 'Chrys' itu tidak terbiasa menjadi wanita, berbeda dengan Violetta. Dai Fong teringat, dulu waktu ia masih tinggal di rumahnya di Cina, ibunya sering berdandan lama-lama, sedangkan para pelayan wanita biasanya hampir tidak pernah berdandan. Ia jadi berpikir, mungkinkah posisi Chrys lebih rendah daripada Violetta?

Tidak mungkin... batinnya, Jabatan Vio sudah termasuk yang paling rendah di Black Order, tidak mungkin ada yang lebih rendah. Lagipula, kalau memang status wanita bernama Chrys itu lebih rendah daripada Vio, bukannya seharusnya ia yang mendandani Vio?

Mendadak, pikirannya buyar karena Violetta kini meminta bantuan Dai Fong untuk menemani Chrys untuk belajar berjalan dan berdansa. Oh, tidak lagi...

"Vio...!! Aku ke sini untuk konsultasi, bukan untuk belajar berjalan dan berdansa LAGI!!" protes Dai Fong. Ia sendiri sudah mulai frustasi.

Mendengar protes dari Chrys, lagi-lagi Violetta mengacungkan telunjuknya ke arah Chrys dan menggoyang-goyangkannya. "Non, non! Bukan berjalan biasa, Madamoiselle. Berjalan seperti seorang lady yang baik, dengan perlahan dan penuh keanggunan!"

Sambil berkata begitu, Violetta memperagakan cara berjalan yang ia maksud. Punggungnya tegap, dadanya dibusungkan, dan dagunya agak naik. Ia berjalan dengan langkah agak kecil dan pelan, dengan gestur seolah-olah ia memakai gaun seperti Chrys.

"Dan berdansa, sama pentingnya. Semakin banyak dansa yang kamu kuasai, semakin tinggi status sosialmu di mata orang lain," sambung Violetta sambil berpose seolah-olah siap berdansa dengan seseorang. Tapi posenya langsung kembali seperti semula saat Dai Fong meneriakkan protesnya.

Quote :

"Vio...!! Aku ke sini untuk konsultasi, bukan untuk belajar berjalan dan berdansa LAGI!!"

"Kamu ini, tidak punya toleransi, apa? Satu kali saja. Wanita ini Section Leader, lho. Hargai dia!" kata Violetta sambil menunjuk Chrys dengan ibu jarinya. Jelas, itu bukan hal yang pantas dilakukan oleh seorang wanita. Tapi khusus hari itu, ia tidak begitu memikirkannya.

Mata Chrysalis mengikuti gerakan Violetta, berjalan dengan posisi sedemikian rupa dan berputar-putar menari seolah ada seseorang mendampinginya. Chrysalis mengerutkan dahinya.

Quote :

"Dan berdansa, sama pentingnya. Semakin banyak dansa yang kamu kuasai, semakin tinggi status sosialmu di mata orang lain,"

"Tapi aku tak memiliki waktu untuk mempelajari semua dansa itu Violetta, ajarkan saja yang paling.. dasar?," tanyanya tak yakin. Ingat Tuan, dia sudah harus berada di sana pada lusa hari

Chrysalis mengaitkan kalung bulu meraknya ke lehernya, warnanya yang hijau-ungu selalu cocok dengan warna pakaian apapun. Dia terkesiap kaget saat Violetta membentak exorcist muda yang tadi melihat dirinya dalam keadaan setengah bugil.

Quote :

"Kamu ini, tidak punya toleransi, apa? Satu kali saja. Wanita ini Section Leader, lho. Hargai dia!

"

Tidak heran kalau exorcist seperti Dai Fong tak mengenal dirinya. Bagaimanpun juga tempat mereka bekerja memang berbeda, dan Chrysalis pun tak memiliki jabatan yang memungkinkannya selalu bersinggungan dengan para exorcist.

"Ah Violetta..." helaan nafas yang berat terdengar darinya.

Dai Fong merasa otaknya membeku saat Violetta mengatakan bahwa wanita bernama Chrys itu adalah Section Leader. Ia langsung menepuk dahinya dengan tangannya, lalu mengacak-acak rambutnya stress. Jelas ia stress, ia sadar tadi ia sempat melihat seorang Section Leader dalam keadaan setengah telanjang.

"VIO!! KAMU KETERLALUAN!! Kamu tahu aku tidak pernah mau cari masalah dengan orang kalangan atas, tapi kamu membuatku bermasalah dengan seorang SECTION LEADER, aaarrggghh!!" keluh Dai Fong depresi.

"Habis sudah, habis sudah, habis sudah... aku tidak akan bisa kembali lagi ke Cina... mati aku, mati aku, mati aku..." gumam Dai Fong sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia memang suka bertindak aneh-aneh kalau sedang depresi.

Quote :

"Tapi aku tak memiliki waktu untuk mempelajari semua dansa itu Violetta, ajarkan saja yang paling.. dasar?,"

Violetta tersenyum mendengarnya, dan baru saja mau menjawab bahwa mungkin ia cukup mempelajari dansa Waltz saja, dan Section Leader itu sudah bisa tampak cukup pantas di sebuah pesta. Tapi mendadak, teriakan Dai Fong membuyarkan pikirannya.

Quote :

"VIO!! KAMU KETERLALUAN!! Kamu tahu aku tidak pernah mau cari masalah dengan orang kalangan atas, tapi kamu membuatku bermasalah dengan seorang SECTION LEADER, aaarrggghh!! Habis sudah, habis sudah, habis sudah... aku tidak akan bisa kembali lagi ke Cina... mati aku, mati aku, mati aku..."

Ah, rupanya Dai Fong sudah meledak melewati batas kesabaran pemuda Cina itu. Sepertinya ia memang sedang depresi berat, entah apa sebabnya, dan Violetta sudah membuatnya merasa lebih depresi. Violetta merasa agak bersalah sudah 'menyiksa' pria itu, lalu mendekatinya dan menepuk bahunya pelan.

"Dai Fong, Dai Fong... Kamu tidak membuat masalah apapun, kok. Tidak ada yang salah pada apapun yang kamu perbuat hari ini. Kalaupun kamu merasa ada yang salah, itu salahku karena sudah memaksamu," kata Violetta lembut sambil menepuk-nepuk bahu pria itu pelan.

"Sekarang, angkat wajahmu. Cerialah lagi. Kamu pasti bisa pulang ke Cina, bertemu dengan adik kembarmu yang sudah lama kamu cari itu. Ingat? Kamu sendiri yang bilang, 'darah akan menarik darah'; yang namanya keluarga itu mau terpisah sejauh apapun pasti akan bertemu kembali," tambah Violetta sambil mengusap-usap kepala Dai Fong pelan. Ia lalu berbalik dan menghampiri Chrys.

"Chrys, maaf aku juga sudah seenaknya sendiri. Kamu sudah cukup baik dengan keadaanmu seperti ini. Untuk cara jalan, kurasa akan berubah sendiri secara alami karena pakaian yang kamu kenakan sekarang. Untuk dansa... oh, siapa yang peduli?" kata Violetta lembut. Ia lalu membantu Chrys untuk berdiri dari kursinya.

"Sekarang, tunjukkanlah pada dunia. Kamu adalah Chrys, wanita yang penuh keanggunan dan kehormatan, yang patut dihargai orang lain. Bukan sebagai seorang 'pria' seperti selama ini kamu diperlakukan, tapi sebagai seorang wanita," kata Violetta tegas.

"Tapi kalau kamu terlalu takut untuk pergi sendirian, tidak usah khawatir. Masih ada aku yang mau menemanimu," kata Violetta sambil tersenyum manis.

Quote :

"Habis sudah, habis sudah, habis sudah... aku tidak akan bisa kembali lagi ke Cina... mati aku, mati aku, mati aku..."

Eh reaksi macam apa itu? Benar-benar reaksi yang tak diduga oleh section leader ini. Chrysalis menghembuskan nafasnya dengan sedikit terbatuk dan tertawa pelan.

Mata hijaunya yang masih sedikit terpejam karena tawanya mengikuti gerak-gerik Violetta. Tampaknya pria itu sedikit tidak enak hati pada Dai Fong, Violetta berbicara pada Dai Fong dengan nada yang lembut dan begitu menghibur. Ah tidak heran kalau semua orang salah paham dengan gender Violetta, dia bahkan lebih lembut daripada dirinya sendiri yang notabene terlahir sebagai wanita.

Kemudian Violetta berbalik padanya, dan berbicara dengan sama lembutnya. Tampaknya pria itu memberi toleransi untuk pelajaran-pelajaran yang harus dia terima. Suara helaan nafas lega terdengar darinya, Chrysalis tersenyum tipis. Dan kali ini senyumnya mulai terlihat ... Lebih lembut daripada biasanya? Hmm.. tampaknya usaha Violetta sudah mulai menunjukkan benih-benih kesuksesan.

Quote :

"Sekarang, tunjukkanlah pada dunia. Kamu adalah Chrys, wanita yang penuh keanggunan dan kehormatan, yang patut dihargai orang lain. Bukan sebagai seorang 'pria' seperti selama ini kamu diperlakukan, tapi sebagai seorang wanita,"

Eh?

Suara itu terceletuk dari bibirnya begitu saja, dan wajahnya kembali terlihat gelisah.

"Ha-haruskah....?"

Quote :

"Tapi kalau kamu terlalu takut untuk pergi sendirian, tidak usah khawatir. Masih ada aku yang mau menemanimu,"

Eh eh?

Telapak tangan wanita Belanda itu meremas-remas kain roknya yang berena dan menggelembung. Chrysalis menengakkan punggungnya sambil memegangi kain rok itu. Berusaha berjalan ke Violetta namun semua pakaian dalamnya yang berat membuat gadis ini tidak dapat menggerakkan kakinya seperti biasa, jadilah langkahnya kecil-kecil dan sedikit kikuk.

"Ke-keluar? Dengan semua ini? Kau yakin Violetta?" tanyanya pada Violetta dengan gugup.

"Aku malu kalau orang lain melihatku! aku tidak cukup percaya diri!" Chrysalis menggelengkan wajahnya, kedua lengannya berada di panggulnya, berkacak pinggang.

Sepertinya, Chrys lagi-lagi kurang percaya diri pada dirinya sendiri. Ia menoleh ke arah Dai Fong, tapi ia tidak tega untuk minta tolong lebih jauh lagi pada pria Cina itu. Jadi ia menoleh lagi ke arah Chrys, lalu mengamati tingginya.

Aduh, tinggiku agak kalah... Tapi kurasa masih bisa...

"Dai Fong, terima kasih sudah membantuku. Ada satu-dua hal yang harus kubereskan dulu di sini. Kamu ke klinik duluan saja. Nanti kususul. Aku janji tidak akan lama-lama," kata Violetta sambil tersenyum ramah padanya.

Ide apa yang dimilikinya? Oh, tunggu saja. Ia sudah punya ide brilian yang sebenarnya adalah pilihan paling terakhir yang sangat jarang dipilihnya.

Mendengar Violetta menenangkannya, Dai Fong merasa agak lebih baik. Mendengar Chrys tampaknya menertawakan reaksinya, wajah Dai Fong agak memerah. Ia berpikir, apakah ia sekonyol itu?

Tiba-tiba, Violetta memintanya untuk langsung pergi ke klinik. Dari cara bicaranya, Dai Fong tahu bahwa 'wanita' itu tidak mau diganggu untuk sementara waktu. Jadi, pria ini berdiri dan membungkuk sedikit ke arah Violetta dan Chrys.

"Kalau begitu, saya permisi dulu. Vio, aku tunggu ya... Nona Chrys, permisi..." kata Dai Fong sopan sebelum berjalan meninggalkan kamar itu.

[Dai Fong OUT]

Begitu Dai Fong keluar, Violetta langsung menatap Chrys dengan wajah serius --bahkan di dalam riasannya, wajahnya kini tampak lelaki-- lalu berjalan ke hadapan wanita itu.

"Dengar, setelah hari ini, jangan kamu ungkit-ungkit lagi apa yang akan terjadi nanti," kata Violetta serius. Tanpa banyak basa-basi, ia lalu berjalan ke arah lemarinya, mencari satu stel pakaian yang terletak di paling sudut. Ia menghela nafas pelan. Tidak pernah dibayangkannya akhirnya saat untuk mengenakan pakaian itu akan tiba juga.

Ia menarik sebuah setelan tuxedo hitam dari dalam lemarinya. Setelan tersebut masih rapi, seolah belum pernah dijamah--karena memang belum pernah. Ia lalu langsung berjalan masuk ke dalam kamar mandinya sendiri, lalu menguncinya.

Sebelum berganti pakaian, ia menatap dirinya sendiri di dalam cermin. Seorang wanita berparas cantik dengan segala riasannya menatapnya balik. Ia hanya bisa tersenyum miris manatap bayangan dirinya sendiri di cermin, sebelum akhirnya ia mencuci wajahnya, membersikan dirinya dari segala riasan itu. Ia lalu segera mengganti pakaiannya dengan setelan jas yang tadi disiapkannya, lalu mengikat rambutnya yang panjang dengan sebuah pita yang diikatnya senormal mungkin, tanpa tanda-tanda kewanitaan setitikpun.

Sebelum ia berjalan keluar dari kamar mandi, ia kembali menatap cermin. Seorang pria muda dengan paras yang halus menatapnya balik. Ia kembali hanya bisa tersenyum miris melihatnya. Aku bahkan tak tahu lagi apakah aku ini lelaki atau perempuan...

Violetta berjalan keluar dari kamar mandi, berjalan layaknya seorang gentleman. Ia tersenyum tipis menatap Chrys, lalu mengulurkan tangannya pada wanita itu, "Devons-nous aller, Mademoiselle?"

---

OOT : yang terakhir dikatakan Vio artinya "Shall we go, Miss?"
Chrys post penutupnya yaa...

Hmm sepertinya Violetta mengerti kalau wanita ini belum merasa benar-benar nyaman dengan semua atribut yang kini terpasang di badannya. Chrysalis masih belum merasa sebagai wanita, baginya dia lebih tampak seperti manekin yang dipajang di kaca butik-butik mahal.

Dan dia-pun mengerti kalau Violetta kecewa padanya yang masih tidak cukup berani untuk memperlihatkan dirinya yang baru, dirinya yang seorang wanita pada dia. Violetta tampak memutar otaknya dan selama itu Chrysalis diam di dekatnya, telapak tangannya saling bertumpuk di depan brokat roknya.

Selanjutnya Violetta meminta Dai Fong keluar. Dai Fong yang mungkin telah lama menunggu kalimat itu langsung berpamitan pada Chrysalis dan pria prancis itu. Chrysalis tampak sedikit heran, senyuman tipis terulas di wajahnya.

Hmm oke jadi sekarang apa? Kenapa juga Violetta meminta exorcist muda itu meninggalkan ruangan dan dia tetap disini. Wanita Belanda itu sempat mengira bahwa pria yang sepantaran dengannya itu akan memaksanya keluar dan berjalan-jalan di sekitar markas, tapi ternyata Violetta tidak melakukannya. Malah dia terlihat sibuk sendiri dengan lemari pakaiannya.

Jangan bilang kalau dia menyuruhku berganti pakaian lagi... ,batin Chrysalis dengan lemah.

Mata emeraldnya memperhatikan Violetta, mata yang seolah menatap dengan lebih lembut daripada biasanya -pengaruh make up mungkin?- . Bibirnya yang sudah terpulas kemerahan terbuka, hendak mengatakan sesuatu pada pria lembut itu.

"Violetta, sebenarnya apa rencanamu?"

Chrysalis tak mendapatkan jawaban yang dia, sebaliknya Violetta menatapnya dengan tegas, tampak... begitu berbeda dari beberapa menit yang lalu. "Dengar,setelah hari ini, jangan kamu ungkit-ungkit lagi apa yang akan terjadi nanti," ujar pria itu. Alis Chrysalis meninggi, tampak tak mengerti apa yang dimaksud Violetta tetapi ada satu hal yang Chysalis sadari dari raut wajahnya. Violetta mengeluarkan sisi dirinya yang jarang terlihat, sama seperti yang dilakukan olehnya sekarang.

Wanita Belanda itu terdiam sambil memandangi punggung Violetta yang menjauh sampai pintu kamar mandi menutupi pandangannya atas Violetta. Chrysalis menghela nafas. Tanpa sadar dia menatap cermin bundar di dekatnya. Semburat merah muncul di wajah cantiknya yang terbiasa terlihat tegas.

Apa yang orang lain katakan kalau mereka melihatku seperti ini....

Perasaannya yang gelisah malah membuat gelagatnya semakin manis, tidak menunjukkan maskulinitas yang biasa dia perlihatkan secara eksplisit. Wajahnya menunduk malu sambil mundur secara perlahan dari cermin itu. Kegelisahannya sampai membuat dia tidak mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka.

"Devons nous-aler, Mademoiselle?"

Chrysalis terkesiap begitu mendengar suara Violetta, dia berbalik menoleh pria itu, masih dengan wajahnya yang kemerahan. Mata Emeraldnya menangkap sosok Violetta yang berbeda, bukan Violetta yang benar-benar sepetri wanita yang dia lihat tadi. Violetta telah berganti pakaian -sepasang tuxedo pria-. Akhirnya wanita Belanda itu mengerti maksudnya.

Wanita berusia 25 tahun itu tersenyum lembut pada Violetta dan berkata pelan padanya.

"Dengan begini semuanya akan lebih adil..."

Dia melangkahkan kakinya secara perlahan, lebih mendekati pria itu dan memberikan telapak tangannya. Dia tersenyum sekali lagi sambil menatap wajah Violetta.

"S'il vous plaît me guider, Monsieur"

Violetta, sang pria berparas halus itu menerima tangannya dengan lembut. Siap membimbing sang gadis dengan kedua sisi dirinya. Melindungi sekaligus membimbing.

Dan pintu kamar Violetta pun terbuka, siap melangkah kapan saja ke dunia luar yang asing....

---

Ok Closed!!! silahkan staff pindahin ni tret XD

translation: "Please guide me, Sir"