[ASIA]Re: Weather reports from all over the world!

OOT: Permintaan maaf karena sudah sangat lama inaktif dari sini :) Yeesh, saia sudah terlalu lama cuti dari dunia RP memang, jadi mohon dimaafkan kalo RPnya terkesan..."aneh".

#Basic plot: None. None? Iya, none. Anggap aja santai sesantai-santainya, plot dipikir belakangan, go with the flow :) Cuekin aja itu judul-- /ditabok/

Lokasi: Kantor supervisor - belakangan pasti pindah tempat.
---------------------------------------

Dingin.

Dingin.

Dingin.

Pening.

Dasar cuaca aneh. Musim dingin, tapi mataharinya terik. Alam memang hobi melucu dengan penghuninya, ya? Bahkan di saat musim dingin yang seharusnya, menurut idealisme wanita satu ini, dipenuhi dengan hari-hari dimana langitnya berawan teduh, atau kalaupun ada matahari, tidak seterik yang sekarang.

Ya, terik. Memang sih, tidak panas. Tapi tetap saja, yang namanya terik itu tidak enak. Apalagi ditambah dengan hawa kering yang semakin hari rasanya semakin parah. Rasanya jadi bagaikan dipanaskan di atas tungku sambil dibungkus dengan kain kafan, dan pada waktu yang bersamaan, dimasukkan ke lemari pembeku--atau tempat manapun yang dingin dan tertutup.

Hiperbolis, memang.

Dan sedikit tidak berhubungan dengan cuaca yang sebenarnya.

Kembali ke topik semula.

"Haaah, dingiiin~" gumam Shindou seraya menempelkan mug keramik berisi es batu di pipinya. Suasana kering dan terik yang sempat menganggu hawa dingin musim dingin itu secara singkat dihilangkan oleh dinginnya permukaan gelas keramik itu--

sebelum kemudian rasa pening yang tadinya sempat hilang dengan segera kembali menyerang.

Benar-benar. Di saat seperti itu, dia jadi ingin mengurus laporan-laporan yang biasanya menumpuk, sekedar untuk membuang waktu saja--sekaligus untuk melupakan kombinasi cuaca yang memang kurang bagus--,...

...yang sialnya...

...sudah habis dikerjakannya selama beberapa hari terakhir.

Menghela napas panjang, Shindou menempelkan dagunya di atas meja. "Kira-kira cuaca di cabang lain setidak mengenakkan ini atau bagaimana ya...?" batinnya dalam hati, sambil membayangkan kombinasi cuaca yang harmonis, yang sesuai dengan idealismenya tadi.

Tak sampai beberapa saat kemudian, dia tertidur dengan nyamannya di meja, lengkap dengan pose tidur-di-atas-meja-ala-murid-sekolah-kebosanan-setengah-mati yang sepertinya nyaman; kedua tangannya telah menjadi bantalan menyilang yang tampak empuk untuk kepalanya.

Kalau ada satu hal yang bisa membuat Heidrich kegirangan di tengah cuaca seperti ini, itu adalah mengusil.

Membuat onar adalah hobinya. Melihat bagaimana orang lain bereaksi terhadap aksi usilnya membuatnya senanng bukan kepalang--karena melihat reaksi mereka, tentu saja. Karena itu, kalaupun ada orang yang biasa ia usili, maka orang itu pasti berjabatan tinggi dan memiliki otoritas--

--seperti gadis yang tampak terlihat tidur di meja, merasa kebosanan. Sangat.

Seulas senyum usil merayapi wajah dari bocah ini. Coba saja supervisor wanita ini menutup pintu kantor dengan rapat, setidaknya Heidrich Kohler tidak perlu menilik dengan rasa ingin tahu ke dalam kantor dan membangkitkan rasa usil yang masih tertidur dalam dirinya. Sekarang, bocah exorcist berumur 12 tahun ini malah mengendap-endap masuk (ia sudah memastikan kalau hanya dirinya sajalah yang berada dalam vicinity) ke dalam kantor. Tangan kanannya membawa segelas kopi dingin.

Karena kopi panas itu jahat hanya akan membuat rasa segar di hari yang dingin ini, bukan?

Heidrich Kohler menahan hasratnya untuk terkikik, sebelum ia mengendap ke belakang sang supervisor dan... menyiramnya dengan kopi di tangan. Tepat terarah ke kepala, bersamaan dengan bongkahan es yang ia berhasil ambil dari luar.

--menyesal?

Rasanya kata satu itu tidak ada di kamus Shindou.

--merasa ingin memutar balik waktu dan berharap dia tidak tertidur?

...then again, mungkin kata 'menyesal' itu memang ada.

"GAAAH!! DINGIN, DINGIN, KELEWAT DINGI--"

CTOK

GUBRAK

Dengan mata melebar Shindou terbangun tiba-tiba karena terkena siraman dingin--serangan mendadak, agaknya. Sure, dia senang dingin-dingin di musim dingin, tapi dia masih punya logika, astaga! Suasana dingin ditambah mandi air dingin? Kau pasti bercanda!

Dan bonusnya, sebongkah es batu juga mendarat di dahi wanita satu itu. Dengan ditambah dengan pose tidurnya yang sudah 'benar' tadi itu, tak lupa Shindou sampai terjatuh dari kursinya yang kini berada dalam posisi terbalik.

Kertas-kertas kosong (dan terisi) beterbangan di seluruh ruangan itu, dan Shindou dengan cepat bangkit dari atas lantai, lalu menatap tajam Kohler. Mungkin bila ada orang yang berjalan di depan kantor supervisor cabang itu saat ini, mereka akan dapat merasakan hawa jahat dari arah ruangan itu dan bisa jadi mereka bahkan akan segera mengeluarkan persediaan senjata di tempat itu.

Naah, tidak sampai separah itu lah.

Meskipun tidak salah juga sih bila dibilang ruangan itu tengah dipenuhi hawa-hawa tidak jelas.

"Kohler...kau..." Sejenak hening dan suasana tegang, sebelum tiba-tiba suasana tegang itu mencair dengan Shindou kembali menghela napas.

"Siaaaaal, buat marah-marah saja aku sudah tidak punya niat..." gumamnya sambil mengembalikan posisi kursinya ke posisi semula dan membersihkan mejanya dari siraman kopi dingin tadi.

Eun Su sedang berjalan-jalan di markas Black Order cabang Asia di siang hari itu. Alasannya cukup simpel, ia ingin mencari tempat menyepi. Akhir-akhir ini kebiasaannya itu lumayan jarang dilakukan karena kesibukannya. Rasanya Eun Su harus mengevaluasi apa saja yang sudah ia lakukan dalam seminggu ini, dan berintrospeksi diri.

Tap.....Tap.....

Kecepatan berjalannya memang lambat, tapi Eun Su menikmati suasana markas.

Tap.....Tap......

"GAAAH!! DINGIN, DINGIN, KELEWAT DINGI--"

Eun Su langsung menoleh ke arah suara keras itu. Tidak cukup jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Pilihannya ada dua : meneruskan berjalan atau melihat ke arah teriakan itu.

'Sepertinya asal suara itu butuh bantuan...' batinnya dalam hati. Yap, Eun Su sudah menetapkan untuk menyepi nanti saja setelah mengecek keadaan baik-baik saja. mana bisa ia menyepi kalau teriakan itu terus berlanjut dan mengurangi konsentrasinya.

Langkah Eun Su masih tetap lambat seperti biasa, tapi arah perjalanannya berbeda. Ia menuju arah suara itu, yang ternyata adalah kantor supervisor. Dilihatnya rekan sesama exorcist, Heidrich Kohler, dan supervisor sendiri. Ada apa dengan supervisor hingga ia terjatuh begitu? Sepertinya Heidrich berbuat usil lagi. Tak kira-kira ya, anak itu. Ia berani menjahili staf tertinggi di Black Order cabang asia ini.

"Shidou-nim, anda tidak apa-apa?" tanyanya dengan nada dan muka yang datar, tanpa ekspresi.

'Tidak seru...'

Sebuah senyum usil yang tadi sempat muncul akibat berhasil melancarkan serangannya kini berubah menjadi cibiran. Seharusnya, supervisor tersayangnya ini berlari-lari mengejarnya mebelilingi ruangan. Dengan demikian, bocah satu ini bisa berlari-lari sembari mengubrak-abrik isi ruangan. Rencana yang sudah berhasil setengah jalan, namun gagal.

"Heeeee! Masa' gak ada adegan kejar-kejaran sih?" Heidrich mengeluh tepat di depan wanita itu. Sedikit memancarkan puppy eyes? Ini Heidrich yang sedang kita bicarakan; tentu saja itu tidak mungkin.

...meskipun memang, wajahnya terlihat memelas.

Seseorang memasuki ruangan. Kepala berambut coklat segera berpaling pada sumber suara. Cibiran kembali berubah... menjadi sebuah senyum usil. Yap, seakan boach pengusil ini mendapati target baru.

"Eun Su, ada acara apa di sini?"

Senyum jahil yang menghiasi wajahnya sehrusnya tidak membuat orang tenang...

"Shidou-nim, anda tidak apa-apa?"

"Ha? Oh, kau, Eun su. Yah, kurasa aku tidak apa-apa." balas Shindou, sambil menghela napas. Dia melirik Heidrich, dan menyadari munculnya sebuah cibiran di wajah bocah sinting itu.

"Hei, junior, kau tidak merencanakan aneh-aneh, kan?" tanya Shindou, menyilangkan tangan. Jujur saja, sebenarnya dia bisa menebak sih, apa yang di'ingin'kan oleh bocah satu ini...mengajak bermain? Ahaha, entah kenapa, pusingnya perlahan hilang kalau begini. Mungkin si Kohler junior hanya ingin sedikit bermain, maklum lah, masih anak--

"Heeeee! Masa' gak ada adegan kejar-kejaran sih?"

Entah kenapa, Shindou bisa merasakan adanya urat yang putus di kepalanya.

"Eun Su, ada acara apa di sini?"

Dan lengkap dengan senyuman jahil yang sama sekali tidak membuat tenang.

Dengan cepat Shindou menyambar kerah baju Kohler kecil itu. "Eits, berhenti di situ, Kohler junior. Aku tidak mau ada jatuh korban karena perseteruan antar disciple di sini."

Sebuah seringai menyeramkan mengembang di wajah wanita itu.

"--kecuali kau ingin bermain-main sedikit? Kalau ya, sepertinya aku masih banyak benda yang bisa dipakai untuk menimpukmu di kantor ini."

---------------------------------------------------------------------

OOT: Geje dikit, sorry orz

Pemuda Korea itu hanya mengangkat sebelah alisnya. Ada-ada saja memang, kelakuan Kohler kecil itu. Kadang keusilannya memang tak bisa dimaklumi, tapi mungkin dia tak punya teman bermain seusianya di Black Order ini.

"Saya hanya kebetulan melintas ke sini dan mendengar jeritan," balasnya singkat. Aigo, lihat saja kantor supervisor ini. Apa penyebabnya hanya seorang Kohler saja? Entahlah, Song Eun Su tak tahu apa yang terjadi.

Ya, saat sekilas melihat muka Kohler kecil itu, senyuman penuh arti nampak jelas di mukanya itu. Apa dia ingin mengusili Eun Su? Tapi Eun Su tampaknya tidak terlalu peduli.

"Boleh saya bantu membereskan?" tanyanya sopan pada supervisor di hadapannya, yang tampaknya cukup marah.