[CENTRAL] Strawberry Shortcake

LIMITED: untuk yang diundang :3
Lokasi: di dapur
Waktu: Pagi setelah jam makan
Timeline: setelah Gone the Rounds

---

"Pinjam Dapurnya!!"

Berteriak sambil membuka pintu dapur dengan agak terburu-buru, memanggul beberapa tumpuk tepung terigu dalam bungkus kertas dan macam-macam bahan lainnya. Menaruhnya di meja dan tersenyum lebar.

Oke! Sesuai janjinya pada Shrei sebagai hadiah ulang tahunnya, Nikolai akan membuatkan kue tart spesial darinya. Tapi kali ini bukan tart biasa karena ia menemukan penerobosan baru untuk membuat kue tart lainnya, berhiaskan strawberry!

Yah~ anak ini memang sering bolak-balik masuk dapur, untungnya selain pembuat masalah, Nikolai memiliki bakat yang berguna yaitu pintar memasak. Dengan sunggingan senyum ia lalu mengambil peralatan yang dipinjamnya dari tua koki dan mulai meramu adonan kuenya.

Tentu saja, sambil berdendang riang. "Bikin kue untuk Shreirin... untuk Shreirin... untuk Shreirin.... Bikin kue untuk Shreirin, kue strawwwberry~"

Mengaduk-aduknya lagi, mendendangkan keriangannya. Siapapun yang melihat anak ini pasti tahu kalau ia sedang senang.

---

Untuk Veronica eh~ Victoria silakan masuk

Ah, akhirnya shift pagi berakhir juga, sebagian besar penghuni Black Order telah mendapatkan sarapannya, dan itu artinya istirahat untuk gadis kecil ini. Ia mengangkat satu tangannya ke atas, meregangkan badannya yang telah sibuk membantu ayahnya untuk menyiapkan hidangan pagi.

Dengan langkah ringan ia menuju dapur yang biasa dipakainya, berencana membuat kue-kue kering favoritnya kemudian membagikannya pada orang-orang tersayang. Terutama... Pangerannya, Tuan Shreizag.

Membayangkan hal itu saja, sudah cukup untuk membuatnya tersenyum berseri-seri. Ia membuka pintu dapur, dan menemukan sosok asing berbaju hitam di sana. Siapa?

"Bikin kue untuk Shreirin... untuk Shreirin... untuk Shreirin.... Bikin kue untuk Shreirin, kue strawwwberry~"

Shreirin? Maksudnya Shreizag? Kalau begitu, anak ini adalah... Victoria memperhatikan sosok itu baik-baik dari belakang, sekarang ia ingat. "Ahh, kamu muridnya Tuan Shreizag ya?" sapanya riang, sambil berjalan ke samping anak berambut abu itu, "Apa kamu mau membuat kue? Victoria bisa bantu!" ujarnya sambil tersenyum lebar. Kalau anak ini hendak membuatkan kue untuk Shreizag, berarti Victoria juga bisa pergi menemuinya, kan?

Sejujurnya Nikolai masih asik memainkan pengaduk adonannya sambil terus bernyanyi riang. Aduk kiri... aduk kanan... ah, kue lima tumpuk itu mungkin tidak bisa ia buat karena bahannya kurang, tapi setidaknya ia bisa membuatkan kue yang lebih manis dari biasanya.

"Hm..." tersenyum lebar lagi, menantikan ekspresi dari gurunya serta sang kakak tiri ketika menikmati hidangan alanya itu. "Mereka pasti senang!" berucap lalu kembali mengaduk adonan.

Adonan pertama selesai, saatnya memasukan gula... gula gula gula, ehm ia mengambilnya di meja belakangnya. Berjalan mengambilnya lalu...

"Ahh, kamu muridnya Tuan Shreizag ya?" ... "Apa kamu mau membuat kue? Victoria bisa bantu!"

...

'Tak...

Tak...

Tak...'

Suara detik jarum jam seakan terdengar lebih pelan dari degup jantungnya. Suara kicau burung bahkan terdengar lebih jelas dan aroma itu... aroma semerbak wangi bunga mawar di pagi hari yang tidak mungkin ada di musim seperti ini.

Bola mata abunya terpaut seketika memandangi sosok seperti boneka porselen yang hadir di hadapannya. Mulutnya agak terbuka, memandang oh... bertapa Tuhan Maha Agung, baru kali ini ia menyadari kuasanya.

'BRUK!'

... Kehilangan kendali, dijatuhkannya mangkuk berisi gula tersebut, sementara pandangan mata tidak kabur dari sosok yang lebih anggun dari Putri Salju di hadapannya itu.

dan, 'psssh~'

Wajahnya membenam merah seperti butiran strawberry yang disediakan untuk kue tartnya. Benar-benar bingung sekarang mau berbuat apa...

"E... eh," mencoba mengalihkan pandangan namun tetap terpaku, seperti dilem bola matanya agar tidak bergerak-gerak. Sampai akhirnya, "Aaaah!! Gulanya!!" sadar sendiri kalau sekarang benda manis itu berserakan di lantai.

... "Aduduh gawat, kuenya bagaimana?!" hilang sebentar ingatannya pada sosok manis barusan, kini ganti sibuk membenahi sosok manis lainnya. GULA,

Hening. Ketika anak itu membalikkan badannya, dan kedua mata mereka bertemu, tidak ada satu katapun yang terujar dari mulut anak berambut abu itu. Kenapa? "A-ada sesuatu di wajah Victoria...?" tanyanya pelan, masih heran dengan sikap anak di depannya ini. Ia sendiri jadi penasaran, apa yang membuat anak itu terdiam bak patung?

BRUK!

Akh, anak itu menjatuhkan semangkuk penuh berisi gula begitu saja ke lantai. Victoria sendiri bingung, bagaimana seharusnya ia bereaksi? Masalahnya, mata abu milik anak itu tidak lepas dari Victoria, membuatnya bingung harus bagaimana. Sampai tak lama, wajah anak itu berubah menjadi merah padam. Lho, lho? Apa demam sebegitu cepatnya menyerang?

"E... eh,"

Ah, akhirnya anak itu bereaksi juga, "Ah--" belum sempat Victoria melanjutkan kalimatnya, anak itu berseru lagi, "Aaaah!! Gulanya!!" Ah, ya! Gulanya! Victoria cepat-cepat mengambil sapu untuk membereskan sisa gula yang bertebaran di lantai, untunglah masih ada sisa yang bersih di mangkuk tadi.

"Aduduh gawat, kuenya bagaimana?!"

"Kalau gula, masih ada banyak kok," gadis cilik ini tersenyum menenangkan, sambil memisahkan gula yang kotor karena berserakan di tanah dengan yang masih bersih di mangkuk, kemudian menaruh mangkuk gula yang tinggal setengah itu di atas meja. Oke, satu pekerjaan beres. "Memangnya kamu mau buat kue apa?" tanya Victoria sambil tersenyum ramah, menatap wajah anak di depannya. "Eh, kita belum berkenalan ya? Namamu siapa?" tanyanya lagi, kali ini sambil mengulurkan tangan kanannya dan tersenyum sedikit lebih lebar. Sungguh, ia merasa senang mendapat teman baru. Apalagi bila teman barunya tersebut punya hubunga erat dengan pangerannya.

OOT: bermusikal roleplay ah~ xD xD

---

"Kalau gula, masih ada banyak kok,"

Heeh? Nikolai merasa terpanggil dengan suara nyaring nan manis itu. Sunggu merdu seperti kicauan burung, atau sejak tadi yang ada di kepalanya hanyalah bayang-bayang mengenai Elysion?

Tanpa disangka, ternyata tuan putri yang manis ini membantunya memisahkan gula yang kotor dan bersih serta mengembalikan gula-gula tersebut ke dalam mangkuk. "Oh... terima kasih," berucap pelan sambil melirikkan mata ke arah nona kecil ini.

Hebat! Tiba-tiba wajahnya memanas lagi seperti kompor. Jika dilihat di cermin sekarang kedua pipinya pasti semerah tomat yang masak. "Memangnya kamu mau buat kue apa?" ia bertanya lagi. Waduh, kali ini Nikolai harus berbuat apa? Menjawabnya atau memujinya atau...

Keringat dingin... maksudnya gugup. Oh! Di mana dirinya yang pandai berakting?! Berpura-pura menjadi pendeta yang terlihat berwibawa dengan suara yang amat menenangkan batin sementara batinnya sendiri kini tidak tenang.



... "Ku... kue... kue... eng kue..." ini adalah jawaban terpanjangnya dengan mengulang kata yang sama berkali-hali. Lalu mencari jawabannya dengan memutar pandangan ke arah meja yang lain. Menemukan adanya potongan apel di situ, "Kue APEL! ... Eh! Maksudnya strawbery!!" salah menyebut lagi. Benarkan sekarang konsentrasinya kacau.

"Eh, kita belum berkenalan ya? Namamu siapa?"

BERKENALAN?! Whops! Jantungnya serasa meloncat ketika sang tuan putri mengulurkan tangan diiringi senyuman manis... ah, haruskan ia membeberkan identitas yang sama sekali tidak keren. Maksudnya, kalau saja ia seorang general atau exorcist berpangkat tinggi dengan kemampuan super seperti Giraile, yang berparas tenang seperti gurunya Shrei, atau yang memliki senyum menawan seperti Francis, pasti tidak akan ada keraguan untuk mengutarakan siapa dirinya.

"Eh... na... namaku, eh namaku... Shu. Muridnya Shreirin eh maksudku Shreizag Halverson, tahu?" ucapnya sembari ragu-ragu menyambut uluran tangan itu, walau pada akhirnya mereka bersalaman.

... "Kamu, eh maksudnya Anda... er... nama eh?" bingung menyebutkannya, padahal hanya ingin menanyakan namanya saja. Jadi sudikah nona yang manis ini menyebutkan namanya, walau sebenarnya sejak tadi ia sudah menyebutkan namanya berkali-kali kan?

---

Inser Song by Afghan Syahreza - Wajahmu Mengalihkan Duniaku


*jadi ingin cepet gombal2an*... *disepak*

"Ku... kue... kue... eng kue... Kue APEL! ... Eh! Maksudnya strawbery!!"

Victoria tersenyum mendengar jawaban Nikolai yang terbata-bata itu. Tidak, ia tidak menertawai Nikolai karena sikapnya yang aneh, Victoria menganggap hanya menganggap sikap anak itu lucu. Kenapa ya ia terlihat begitu panik? Dan lagi, kenapa wajahnya begitu merah? Jangan-jangan ia kena demam?

Gadis cilik inipun mengajaknya berkenalan, namun yang bersangkutan tampak agak ragu pada awalnya, namun akhirnya tangan mereka berjabatan juga. "Eh... na... namaku, eh namaku... Shu. Muridnya Shreirin eh maksudku Shreizag Halverson, tahu?"

"Tahu, dong!" Victoria langsung menyahut dengan ceria, "Tuan Shreizag itu kan, pahlawannya Victoria!" ujarnya dengan senyum berbinar-binar. Ups, Victoria tidak bermaksud mengelaborasi kekagumannya pada pria Norwegia itu kok, buktinya ia kembali menaruh perhatian pada Nikolai, "Kamu, eh maksudnya Anda... er... nama eh?"

"Nama lengkapnya, Victoria Addison." ia tersenyum ramah sekali lagi, "Eh, tidak perlu formal begitu... Kita kan, seumuran?" tanyanya memastikan. Walaupun Victoria jauh lebih pendek dari Nikolai, ia yakin usianya tidak terpaut terlalu jauh dari anak berambut abu tersebut. "Eh, namamu Shu, kan? Bagus ya, mudah diingatnya." kali ini ia mengeluarkan senyuman lebar yang terlihat begitu polos, layaknya anak-anak pada umumnya. Dan seperti anak-anak yang polos, ia belum mengerti alasan di balik mengapa wajah Nikolai berubah merah... Akankah ia menyadarinya?

---

OOC : Silakan bergombal ria =))

"Tahu, dong! Tuan Shreizag itu kan, pahlawannya Victoria!"

Sahutan luar biasa, oh... tentu saja Nikolai menganggapnya sebagai seruan pertemanan, tidak mengartikannya sebagai hal lain. Maksudnya, ia malah menanggapi hal tersebut dengan positif. Oke... di otaknya sudah terjaring ion ion positif dan siapapun tidak akan mengganggu nilai plus itu.

"Shreirin juga pahlawanku!" balas menyerukan sembari menggenggam erat tangan Victoria, oh... mungkin dengan berdalih membicarakan Shrei ia bisa lebih dekat dengan nona satu ini.

Melanjutkan dengan perbincangan yang lain. Tadi apa eh, seputar nama kan... "Nama lengkapnya, Victoria Addison."

... "Vi... Victoria? Aaah sungguh nama yang cantik seperti julukan bagi Aprhodite dewi Yunani. Andaikan aku bisa menjadi Ares..." kelepasan memujinya. Entah mengapa kalimat itu mengalir lancar dari mulutnya. "Ups, maaf. Maksudku nama yang indah, ya... indah." Kehilangan kata-katanya lagi.

"Eh, tidak perlu formal begitu... Kita kan, seumuran?" dan ada lagi pertanyaan tambahan rupanya.

"Seumuran? Oh iya ya... ahaha mungkin seumuran," melirik Victoria, apakah benar gadis kecil ini seumuran dengannya. Sepertinya sih begitu... wanita kan terkadang memang tumbuh lebih kecil dibandingkan pria. Mungkin.

"Eh, namamu Shu, kan? Bagus ya, mudah diingatnya."

Dan... balik memuji. "E... eh, ah tidak juga. Ya memang dinamakan begitu mungkin supaya bisa diingat," salah tingkah lagi, kini melirik kepada hal yang lain sambil menggaruk-garuk rambut abu berantakannya yang sebenarnya sama sekali tidak terasa gatal.

Pandangan itu lalu bermain lagi menuju sosok manis Victoria di hadapannya. Oh, bagaimanakah ia sekarang bisa mengendalikan diri?

---

Lagu Indonesia emang TOP! *karaokean lagi*

"Shreirin juga pahlawanku!"

Victoria tersenyum lebar, Tuan Shreizag hebat sekali ya, sudah berapa jiwa yang telah ia selamatkan? Termasuk anak di depannya ini, pasti telah melalui berbagai macam peristiwa dengan Jendral berambut putih itu, sehingga bisa dianggap 'pahlawan' dan titel itu tersematkan dengan baik di hati Nikolai. Victoria juga, kalau sudah besar ingin membantu Tuan Shreizag lebih banyak, namun yang bisa ia lakukan sekarang hanya sebatas memasak. Tapi itu suatu bentuk bantuan juga kan? Siapapun pasti senang bisa berguna untuk orang lain.

"Vi... Victoria? Aaah sungguh nama yang cantik seperti julukan bagi Aprhodite dewi Yunani. Andaikan aku bisa menjadi Ares... Ups, maaf. Maksudku nama yang indah, ya... indah."

Ah, kali ini giliran pipi Victoria yang memerah setelah mendengar pujian itu, "Eh, terima kasih..." ujarnya pelan, sambil tersenyum senang. Tidak, Victoria tidak mengerti apa yang sebenarnya Nikolai coba katakan. Ia tidak familiar dengan mitologi Yunani, sejak kecil ayahnya hanya mendongenginya dengan cerita buatan sendiri.

Nikolai kemudian berkomentar soal umur mereka... Oh, apa ia juga mengira kalau Victoria lebih muda dari usia sebenarnya? Orang-orang sering mengiranya berusia 10 atau 12 tahun... Padahal ia sudah cukup besar, 14 tahun.

"E... eh, ah tidak juga. Ya memang dinamakan begitu mungkin supaya bisa diingat,"

Gadis kecil ini bergumam pelan tanda mengerti, keadaan hening lagi. Ia menarik satu tangan Nikolai, mengajaknya ke depan meja dan memulai aktivitas mereka hari ini, membuat kue. "Yuk, kita buat kuenya. Mau seberapa banyak?" tanya Victoria ceria, sambil mengambil peralatan untuk dirinya sendiri. Merasa perlu untuk mencari informasi lebih lanjut mengenai murid Shreizag satu ini, Victoria mengajukan pertanyaan sekali lagi, "Eh, asalmu dari mana?" ya, karena di matanya Nikolai tidak terlihat seperti orang Inggris.

---

[OOC : *senyam-senyum sendiri ngebayangin adegan + lagu*]

"Yuk, kita buat kuenya. Mau seberapa banyak?"

... "Uwaah~" agaknya merasa terkaget dengan tarikan dari tangan mungil yang lembut itu. Tangannya sendiri kan kasar, bisanya hanya menarik keluar dual pedang innocence-nya lalu menyabetkannya pada monster-monster di luar sana. Apa Victoria tidak takut dengan hal itu?

Oh ya... wajah Nikolai memerah lagi atas pertanyaan dan tindakan yang nona kecil ini lakukan. Apapun yang dilakukannya benar-benar membuatnya salah tingkah.

"Be... berapa yah eh..." berpikir, padahal sebelumnya pikiran Nikolai belum pernah se-blank ini. Kacau, wanita memang pengacau paling ampuh dalam hidup. "Se... sebenarnya sih satu saja, ini kan untuk ulang tahunnya Shreirin," menjawab dengan seadanya.

--padahal kalau kuenya lebih banyak, tentu mereka akan lebih lama bersama kan.

"Eh, asalmu dari mana?"

"Asal?" mengulang pertanyaannya, takut ia salah mendengar. Sudah lama juga tidak ada yang menanyakan dari mana asalnya, kebanyakan orang kan mengira Nikolai itu anaknya Shrei sehingga mereka berasumsi kalau pasti anak ini berasal dari Norwegia juga. "Ng... aku dari Rusia. Kalau Victoria pasti dari Inggris ya?" balik bertanya, sekedar basa-basi.

Sesungguhnya ia benar-benar tidak tahu harus melakukan apa lagi. Bahkan telur-telur yang ada berubah menjadi bentuk hati yang indah.

---

OOC: nyanyi apa lagi ya *plak*
Song by Sherina Cinta pertama dan terakhir

*karaokean lagi*

[OOC: Pajang avatar sementara. Shu suka nggak? 8D]

---

"Be... berapa yah eh... Se... sebenarnya sih satu saja, ini kan untuk ulang tahunnya Shreirin,"

Victoria mengangguk penuh antusias, "Kalau begitu, kita buat satu yang besar dan spesial ya!" ujarnya riang dengan senyum ceria yang melebar. Kira-kira kue seperti apa yang akan mereka buat? Yang pasti, satu kue yang besar, spesial, dan yang paling penting: ENAK! Dan kalau membuatnya bersama-sama, pasti akan lebih mudah jadinya, benar?

Victoria menuangkan tepung ke dalam baskom besar, dan seketika benda putih ini memenuhi baskom tersebut. Gadis cilik ini terbatuk pelan, dan mengibaskan tangannya pelan, aih, ini salah satu hal yang ia tidak suka dari tepung. Kadang malah ia bersin-bersin karena aroma tepung itu. Kemudian, Nikolai kembali menjawab pertanyaan yang diajukannya. "Ng... aku dari Rusia. Kalau Victoria pasti dari Inggris ya?"

"Wahh, Rusia? Di sana dingin ya?" tanyanya takjubm maklumlah, ia belum pernah ke luar negeri. Di bayangannya, Rusia itu negara yang selalu diliputi salju, sangat dingin. Walau, Victoria pernah dengar kalau bangunan-bangunan di negeri Tsar itu unik, kubah-kubah gerejanya menyerupai bentuk bawang, warna-warnanya yang khas dan seperti bangunan di negeri dongeng. Walau dingin, pasti negaranya indah ya.

Gadis berambut coklat-merah ini kembali tersenyum dan mengangguk, "Iya. Ayah bilang, Victoria dinamai sama dengan Ratu supaya orang-orang mudah ingat, sambil berharap supaya Victoria bisa menjadi orang yang spesial seperti Ratu." jelasnya riang. Tangannya mengambil telur-telur yang ada di sebelah Nikolai, dan ketika itu ia menyadari hasil kerja dari sang Rusia. "Wahh, Shu!" serunya, lebih takjub lagi dari yang awal. Didekatkan kepalanya, agar ia bisa melihat telur-telur yang berbentuk hati itu dengan jelas. "Kamu bisa membuatnya berbentuk seperti ini? Hebat!" pujinya tulus, sambil memandang pada Nikolai dengan penuh kagum. "Shu pintar ya, itu bagaimana caranya?" tanyanya lagi. Aih, bila Victoria sudah antusias, memang susah menghentikan laju pertanyaan-pertanyaan yang akan dilontarkan olehnya.

Jadi, bagaimana Nikolai akan menjawab?

kyaaa~ manis *plak*

---

... "Kalau begitu, kita buat satu yang besar dan spesial ya!"

Ikut mengangguk antusias, tentu saja satu yang besar. Itu bisa dimakan bersama-sama, dan menunjukkan betapa besar juga perhatiannya pada sang guru. Oke, sementara Victoria mengurusi tepung Nikolai mengambil telur-telur yang sudah ia sediakan sambil terus bergumam ini itu menjawab pertanyaan.

Kemudian melihat sang nona yang bersin-bersin karena tepung... oke, terkadang tepung memang agak menyebalkan. "Huf... seharusnya dimasukan perlahan-lahan jadi tidak membuat bersin," ucapnya, sekedar memberitahu saja bukan menasehati. Lalu meraih baskom penuh tepung putih itu supaya Victoria tidak lagi berhubungan dengan tepung, mungkin hidungnya peka dengan yang namanya serbuk.

"Wahh, Rusia? Di sana dingin ya?"

Eh? Dan satu pertanyaan yang membuatnya ikut bertanya. Dingin? ... "Eng, mungkin. Tidak tahu juga," tentu saja tidak bisa memastikan seperti apa negara tempatnya tinggal itu, ingatannya kan hanya terbatas sampai 5 tahun yang lalu, dan semua hal 'biasa saja' dalam hidupnya terlupakan kecuali sang saudara. See~ ... "Iya sih, kalau musim dingin di sana dingin... tapi sama saja dengan di sini, yah ada saljunya..." benar-benar memberikan jawaban asal.

"Iya. Ayah bilang, Victoria dinamai sama dengan Ratu supaya orang-orang mudah ingat, sambil berharap supaya Victoria bisa menjadi orang yang spesial seperti Ratu." j

Kembali soal nama... sejujurnya mau itu Victoria atau Veronica, tidak ada yang jadi masalah untuk Nikolai. Nona manis satu ini tetap terlihat menawan di matanya, sang nama hanya menjadi penyempurna keistimewaan itu.

Tersenyum sambil memasukan beberapa gram gula dan garam ke dalam adonan kuenya, "Menurutku Victoria memang seperti tuan putri kok, cantik dan anggun," memujinya lagi, tapi benar... kali ini ia memuji tanpa syarat.

"Kamu bisa membuatnya berbentuk seperti ini? Hebat! Shu pintar ya, itu bagaimana caranya?"

"He?!"

Ikut melihat telur berbentuk hati itu... ya tentu saja itu semua bukan buatannya. Yang ada ia hanya membeli asal di jalanan kota, toh bentuk telur tidak terlalu bermasalah yang penting kan isinya, apakah bagus atau tidak.

Melihat kekaguman Victoria yang ditujukan padanya, dahi Nikolai kemudian mengerut... ia harus menjawab apa. Ingin diakuinya kalau benar ia hebat, tapi itu semua kan hanya ketidaksengajaan semata. Akhirnya memutuskan untuk mengaku saja, ia tidak terbiasa berbohong kan? Kecuali dengan jahil menyisipkan bawang bombay di makanan Shrei.

"Ah... itu bukan buatanku kok. Memang dari sananya saja sudah begitu..." akhirnya menjawab. Apakah dengan ini Victoria akan kecewa padanya?

[OOC: Gyaah, dipake gambar yang itu, Shu imut-imut Ini bakal jadi pairing terimut se-Black Order! <3 *dilempar*]

---

"Huf... seharusnya dimasukan perlahan-lahan jadi tidak membuat bersin,"

"Iya, tadi Victoria terlalu bersemangat, ehehe." gadis kecil ini tersenyum polos menanggapi nasihat dari sang rambut abu. Kalau terlalu bersemangat kadang-kadang memang begini, ada beberapa hal yang jadi tidak terkendali karenanya.

Melanjutkan ke pertanyaannya tentang Rusia... "Iya sih, kalau musim dingin di sana dingin... tapi sama saja dengan di sini, yah ada saljunya..." Victoria hanya menggumamkan 'ooh' panjang sambil mengangguk-ngangguk pelan, nampaknya di sana benar-benar dingin ya? Uh, musim dingin di Inggris saja sudah benar-benar dingin, rasanya dia tidak akan tahan deh kalau harus tinggal di negara Tsar itu.

Tangan kecilnya meraih kantong berisi buah strawberry segar, membuka isinya, kemudian menaruhnya di baskom alumunium untuk dicuci. Tapi, bukan berarti obrolan mereka terhenti sampai di situ. "Menurutku Victoria memang seperti tuan putri kok, cantik dan anggun,"

"E-eh?" wajahnya memerah dan ia salah tingkah seketika, "Be-benarkah? Orang sering bilang kalau Victoria masih kecil... Padahal Victoria kan sudah 14 tahun," ujarnya sambil tetap menatap Shu tidak percaya, baskom berisi air dan strawberry terbengkalai sementara karena perhatiannya teralih seluruhnya pada anak itu. "Terima kasih. Shu benar-benar baik, ya." semburat kemerahan di pipi timbul seiring dengan senyum tulus yang merekah. Sungguh, gadis berambut coklat-merah ini benar-benar bahagia dipuji seperti itu.

Lalu, tentang pujiannya tentang telur, "Ah... itu bukan buatanku kok. Memang dari sananya saja sudah begitu..."

"Ah, masa sih?" alisnya sedikit mengerut, kemudian memerhatikan anak berambut abu itu baik-baik, "Mungkin Shu berbakat jadi koki." tambahnya ceria, membuang air yang ada di baskom dan hendak mengeringkan buah-buah merah itu sampai siap dijadikan dari bagian kue yang akan mereka buat.

---

[OOC: Ayo~ Tambah lagu gombalnya~ *digetok*]

Victoria bikin blending >w<
*cari stok lagu dulu*

---

Senyum merekah di bibir tuan putri benar-benar membuat Nikolai hampir meleleh. Ya ampun, apa yang akan ia katakan pada saudaranya nanti tentang semua ini, bahwa tiba-tiba saja merasa jantungnya akan melompat tiap mendapat secercah sinar yang diberikan oleh pemilik nama yang manis ini. Walau hanya sebuah cengiran yang polos.

Tangannya yang memang terlahir terampil dalam hal beginian mengaduk adonan sedikit demi sedikit, mengambil telur-telur berbentuk hati kemudian dengan lihai memisahkan kuning dan putih telur tersebut, menaruh putihnya dalam mangkuk lain dan kuningnya dalam adonan. Tangan terampil yang selalu dibanggakan sang ayah.

"E-eh? Be-benarkah? Orang sering bilang kalau Victoria masih kecil... Padahal Victoria kan sudah 14 tahun,"

Berbalik menatap tuan putri yang manis, menyunggingkan cengiran ala-nya. "Tentu saja, tuan putri kan memang harus manis sepertimu..." berucap spontan, tidak berniat untuk memuji namun itulah yang menjadi kenyataannya kan.

"Terima kasih. Shu benar-benar baik, ya."

Dan keadaan berbalik, kini semburan merah itu menghiasi pipi pucat Nikolai. Berubah menjadi semerah tomat dengan wajah sematang kepiting rebus. Dan buru-buru mengalihkan pandangan, pura-pura sibuk lagi dengan adonannya, kali ini gugup hingga cara mengaduknya agak sedikit berantakan.

"Ah, masa sih?" Menyadari hal tersebut, mengenai telur-telurnya. Nikolai hanya menurunkan dahi dan tersenyum, berpikir bahkan gadis yang umurnya tidak begitu jauh darinya ini bisa begitu polosnya. Entah mengapa rasanya ia haru dan senang melihat kepolosan itu.

"Mungkin Shu berbakat jadi koki."

Terakhir adalah sebuah pujian untuknya... Nikolai spontan memegangi kedua pipinya dengan tangan, merasa jangan-jangan kedua buntalan putih di wajahnya itu sudah matang dan berasap. "Vi... Victoria terlalu memujiku," berucap pelan. Merasakan sejuta kebahagiaan tiada tara. Huff ia mulai merasakan perasaan itu.

Boleh kan?

Di kepalaku ada suka yang menggila
Sudikah kamu mengenalku, mendekati aku

Aku mau tapi malu
Ku suka matamu, hidungmu, wajahmu
Dan aku mau untuk jadi milikku

Aku mau tapi malu
Ku suka gayamu, tingkahmu, senyummu
Tapi ku malu tuk katakan padanya

---

Insert song: Mau tapi Malu (Gita Gutawa feat Maia)
*ditambahin tuh :p*