[ASIA] Pillow Fight!

Oot: saya juga minta maaf karena kurang merhatiin... m(_ _)m

Untuk sesaat, mata Glace mengarah ke arah Lian Jie. Penasaran dengan apa yang tengah Lian Jie lakukan, rupanya ia ingin mengambil kardus berisi barang-barangnya. Namun sayang, tumpukan kardusnya berada tepat diatas tumpukan kardus bertuliskan "Virchow". Menyebabkan tumpukan kardus tersebut bagaikan menara bagi tubuh Lian Jie yang kecil.

"Nah... Bagaimana selanjutnya?" gumam Glace dalam hati, ingin melihat apa yang akan dilakukan anak satu ini untuk mengambil kardus-kardus berisi barang-barangnya.

Apa yang disaksikan oleh mata kepala Glace saat ini adalah suatu pemandangan yang jarang terlihat. Lian Jie melompat kearah dinding dan menggunakan dinding itu sebagai pijakan untuk melompat sekaligus mengambil satu kardusnya. Bagaikan atraksi akrobat saja.... Glace hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah polah teman sekamarnya ini. Oke, anggap saja ini wajar berhubung ia anak-anak yang berumur 16 tahun...

Setelah mengambil kardusnya, Lian Jie membukanya dan... Sesaat kemudian langsung kembali menutupnya.

"Hayoo..." Ucap Glace tiba-tiba di belakang Lian Jie. Kedua tangannya mencengkram bahu Lian Jie, tidak terlalu keras memang...

"Hayoo..."
Sebuah sentakan dari kedua cengkeraman tangan Virchow mengagetkan Lian Jie dan semburat merah di wajahnya langsung tak terkendali. Merengut sebal, berusaha bersikap biasa, Lian Jie meneriakinya sambil mendongak dan menjejalkan kardus di tangannya itu ke kolong tempat tidurnya dengan sekali sapuan kakinya. Oh, dia tak akan membiarkan Virchow tahu apa isinya. Tidak akan pernah!

"A-APAAN SIH?!"

Tapi ada nyeri yang cukup kuat langsung menyengat punggungnya. Karena 'serangan' (?) mendadak dari pemuda Hindia-Belanda tadi kah? Yang jelas, badan Lian Jie kalau Innocence-nya sedang inaktif itu yang memang begitu. Penyebabnya jelas bentuk Innocence parasite-nya yang merupakan kelainan pada tubuh manusia.

"Ad-aduh," Lian Jie membungkuk. "Sakit, Bodoh!"

Anak itu memberontak, berusaha melepaskan diri.

Untuk sesaat Lian Jie terkejut akibat suara Glace. Ia sedikit tersentak karena genggaman tangan Glace di atas bahunya sesaat setelah ia menutup kembali kardusnya secara tiba-tiba. Sesaat kemudian, aliran darah berkumpul di wajah Lian Jie. Menyebabkan munculnya semburat merah di wajah Exorcist berumur 14 tahun itu.

"A-APAAN SIH?!" Lian Jie berteriak agak nyaring dan berusaha untuk bersikap biasa-biasa saja. Atau malah ingin menyembunyikan sesuatu? Yah... Kalau kau mau menyembunyikan sesuatu dari orang lain, itu sah-sah saja kok!

"Ad-Aduh! Sakit bodoh!" Lian Jie tiba-tiba mengaduh dan berusaha melepaskan diri. Aneh, padahal Glace tidak mencengkram kedua bahu Lian Jie dengan kuat. Bahkan, mungkin itu kurang tepat untuk disebut cengkraman.

Dengan segera, ia melepaskan cengkraman kedua tangannya dari bahu Lian Jie. Khawatir kalau-kalau terjadi sesuatu pada Lian Jie.

"Tidak apa-apa?" tanyanya pendek.

OOC: Koooraaa! Lian Jie tu 14 taun!

---

Bahunya serta merta bebas dari cengkeraman tangan besar milik Virchow. Dia tahu dia tadi tidak memberontak dengan benar, maka pastilah pemuda Hindia-Belanda itu melepaskannya karena tadi dia mengaduh.

"Tidak apa-apa?"

Harus bagaimana lagi Lian Jie harus berekspresi selain sewot? Anak laki-laki itu mendelik sangar pada Virchow. Sorot matanya seolah berkata 'jelas apa-apa dong!', tapi Lian Jie memilih untuk diam.

Punggungnya berdenyut hebat selagi dia merayap ke tempat tidurnya dan ambruk di sana, telungkup. Kerasnya benturan wajah dengan kasur tak begitu terasa. Sekujur tubuhnya memanas dengan hebat.

Aaarrghh... payah betul! Sakitnya luar biasa!!

"Dasar Paman brengsek!" umpatnya lemah pada bantal tempatnya membenamkan muka.

"Aarggh... Payah betul! Sakitnya luar biasa!" ucap Lian Jie setengah berteriak.

Aneh, bukankah Glace tidak mencengkram bahu Lian Jie dengan kuat? Ataukah memang tubuh anak ini yang terlalu rapuh? Mungkin kemungkinan yang kedua?

"Dasar paman brengsek!" Lian Jie mengumpat. Entah pada Glace atau sesuatu yang tidak jelas.

"Yah... Terserah kau saja..." Ucapnya pelan. Biarlah anak muda berkreasi dengan kosa kata yang diketahuinya...

"Hm..." gumam Glace pelan. Sesaat kemudian, ia dengan segera mengambil kardus-kardusnya yang masih bertumpuk. Diangkatnya satu-persatu kardus miliknya. Namun, secara tidak sengaja, sebuah figura jatuh dari dalam kardus yang entah kenapa bisa ada lubang di bagian bawahnya.

"Eits!" Dengan sigap ia mengambil kembali figura yang sebenarnya terpampang foto ayahnya di dalamnya.

"Hampir saja!" ucapnya dengan nada sedikit kesal. "Lain kali jika bertemu lagi, awas kau!" sambungnya di dalam hati. Kelihatannya ditujukan kepada staff yang memasukkan barang-barangnya di dalam kardus tersebut.

Oot: Webe...

OOC: gomen =w= tadi malem modem dipake adek. Yosh karena sama-sama webe, mari kita akhiri RP ini *gegulingan*

---

Lian Jie mengangkat kepalanya dengan tiba-tiba, bosan dengan rasa sakit yang hampir setiap waktu melandanya setiap kali tulang belikatnya yang kelainan itu tersenggol atau terguncang. Udara langsung mengaliri saluran pernapasannya setelah tadi sempat terblokir bantal.

Dia merangkak bangun dan berjalan meninggalkan tempat tidurnya. Kalau ada tempat yang ingin dia tuju sekarang, tentu saja Ruang Latihan. Malam-malam begini? Memangnya kenapa? Daripada kamarnya sendiri, Lian Jie lebih merasa bahwa Ruang Latihan adalah ruang yang paling betah ditinggalinya. Hampir semua kegiatan yang tidak harus dilakukannya di sana, dia melakukannya di sana.

Lian Jie meraih sebuah kardus yang, lagi-lagi, berisi buku. Yang membuatnya lain kali ini adalah buku-buku itu bukan miliknya, melainkan milik Black Order Asia sendiri yang dia ambil dari Ruang Santai. Kebanyakan adalah buku dongeng yang dia baca sejak beberapa bulan, bahkan ada yang sejak dua tahun lalu, tapi ia malas mengembalikannya karena malas. Lagipula, dia menyukainya dan berpendapat akan lebih mudah membacanya ulang jika dia menyimpannya sendiri. Sebuah keputusan yang diambil berdasarkan ego anak-anak dengan mengambil pertimbangan bahwa tak ada orang lain yang tak akan membacanya.

Diambilnya sebuah dua buah buku kecil yang agak tebal dan berjalan ke arah pintu dengan langkah ringan.

"Aku mau ke ruang latihan," kata Lian Jie, "Kalau kau mau tidur, tidur saja."

Lalu dia keluar dan menutup pintunya perlahan.

Membaca dongeng di Ruang Latihan? Tentunya tidak. Dia juga nantinya mau latihan. Baca bukunya kalau sudah capek saja.




[OUT]

"Huff..." Glace menarik nafas lega. Untunglah anak berumur 14 tahun yang merupakan teman sekamarnya tersebut tidak melihat sesuatu yang terjatuh dari kardusnya tersebut.

"Oke! Selesaikan sekarang! Pikirnya seraya membereskan tumpukan kardus-kardusnya. Memang memakan waktu sih, namun apa boleh buat, barang-barangnya memang banyak.

Lian Jie tiba-tiba bangun. Ia kemudian keluar dari kamarnya dan Glace tersebut. Entah hendak kemana...

"Aku mau ke ruang latihan! Kalau kau mau tidur, tidur saja." ucap Lian Jie sebelum pergi.

"Oke!" ucapnya pendek sebagai respon untuk Lian Jie sesaat setelah membereskan kardusnya. Namun, akibat berbagai hal yang terjadi sebelumnya, ia menjadi tidak mengantuk lagi.

KRIEET...

Terdengar pintu kamar nomor 13 ditutup. Dengan menggunakan jaket hitam panjang untuk mencegah dingin, ia juga keluar dari kamar tersebut. Meninggalkan kamarnya dan Lian Jie untuk sesaat, entah hendak ke mana...

[OUT, FINISH]

Ooc:@Lian Jie: terima kasih atas bantuan dan kerja samanya di tret ini! m(_ _)m