Hantu?
Ada yang percaya tentang keberadaan sosok mistis nan gaib itu? Mungkin kebanyakan orang sudah akan meloncat jika mendengar satu kata itu disebut, sedangkan sisanya hanya melemparkan tatapan skeptis nan apatis. Namun, bukankah seharusnya para Exorcist yang notabene bergulat dengan setan jenis lain—Akuma--sedikit mempercayai keberadaan mahluk gaib tersebut? Walaupun tentu saja jabatan Exorcist yang mereka emban tak mengharuskan mereka merapalkan doa-doa pengusiran arwah atau melempar batang rowan sambil memercikkan air suci di tempat-tempat angker.
Dan, bukankah seharusnya markas Black Order adalah tempat yang paling aman? Jika ditarik premis seharusnya mahluk apapaun itu akan menghindari tempat dimana banyak sekali Exorcist. Ya, kau tak pernah kan mendengar ada Exorcist yang kerasukan hantu? Di markas pula.
Malam telah mencapai puncaknya saat nona berambut platina melintas di koridor gelap, koridor sepi yang terletak jauh dari pusat aktivitas—yang bahkan tak beraktivitas di waktu selarut ini. Wanita Eropa Timur tersebut berjalan di koridor yang hanya diterangi oleh sinar rembulan yang merembes dari celah ventilasi dan jendela. Sesekali sinar tersebut menimpa rambut si wanita, membuatnya berkilat keperakan bahkan di tempat segelap ini.
Entah apa yang menggiring Blanka ke tempat seperti ini, sejauh penalarannya pun ia hanya ingin menikmati sinar rembulan, walaupun pilihan tempatnya benar-benar jauh dari layak. Tapi toh Blanka menyukainya, ia menyenangi sinar temaram serta kesunyian yang bahkan bisa membuat kita mendengar suara cicak di dinding.
Sosok berbalut seragam hitam—yang berpadu dengan gelapnya koridor—tersebut menghentikan langkah ritmisnya. Ia menengadah, sontak mengalamatkan sorot ambernya pada langit-langit. Seolah mencari sesuatu. Tak hanya itu, tiba-tiba Blanka menoleh ke belakang dengan pelupuk mata yang melebar sementara sebelah telapak tangannya mencengkeram tudung kepalanya. Tatapannya mengitari koridor, seolah mencari sesuatu.
Ya, sesuatu. Sesuatu yang mengeluarkan suara ratap pilu di antara desis angin malam.
Satu tarikan nafas panjang terdengar dari Blanka, ia menggeleng pelan sembari menarik tudung seragamnya, menutupi rambutnya yang mencolok, membuatnya terlihat hanya seperti sosok hitam. Memutuskan untuk tak menanggapi apa yang barusan ia dengar. Namun, Blanka memutuskan bahwa sekarang sudah saatnya ia kembali ke kamarnya.
Tapi alih-alih beranjak dari sana, ia berhenti, kali ini ia merasakan hawa kehadiran lain. Hawa kehadiran manusia lain—bukannya keberadaan mistis lainnya—di koridor tersebut. Dan tanpa menoleh untuk melihat sosok tersebut ia bertanyadengan suara dinginnya yang biasa, suara pelan yang bahkan terdengar begitu jelas di kesunyian seperti ini.
“...siapa di sana?”
Dan sekali lagi ia mendengar suara ratapan pilu itu. Entah sosok manusia yang lain di koridor tersebut mendengarnya atau tidak. Mungkin juga itu hanya halusinasi wanita Hungaria tersebut. Siapa yang tahu pasti sebelum dibuktikan, kan?
Hening, ia menunggu jawaban.
...semoga saja siapapun itu tidak keliru mengira dirinya sebagai salah satu mahluk mistis.
Blanka dengan hawa keberadaan tipisnya.
OPEN FOR ALL <3
sorry sy lagi gag jelas gini, lol lol lol~ *plak*