[ASIA] Open for Lunch

Lokasi : Kafetaria HQ Cabang Asia

Waktu makan siang adalah saat di mana kafetaria berada dalam situasi paling ramai dan sibuk. Orang-orang berseliweran di sana, baik dari bagian Active Service maupun Support Service. Anggota section yang sama terlihat berkumpul bersama-sama untuk mempermudah diskusi mengenai section mereka masing-masing. Beberapa

Exorcist yang sedang tidak dalam misi terlihat pula di sana, entah menikmati makanannya dengan santai ataupun memakannya dengan kecepatan super karena ada panggilan dadakan.

Di kafetaria Headquarter Cabang Asia, siapapun yang mau makan harus mengantri dengan sabar, memesan makanan di counter yang disediakan, lalu bergeser ke counter berikutnya untuk mengambil makanan yang tadi dipesan (seperti sistem drive thru McD, hahaha). Sebagian besar menu yang disajikan adalah masakan Cina, tapi tersedia juga menu masakan Korea, Jepang, dan sedikit menu Eropa.

Karena saat itu adalah jam makan siang, bisa dibayangkan sepanjang apa antrian di kafetaria itu. Sebagian tampak menunggu dengan pasrah, dan sebagian lagi terus menatap counter pemesanan dengan tatapan seperti singa kelaparan.

Salah satu di antara 'singa kelaparan' itu adalah Xiao Ling, yang baru saja kehilangan jejak Heidrich setelah berlari mengelilingi seisi Headquarter selama 1 jam. Staminanya kosong seketika, begitu juga dengan perutnya. Ia terus menatap tajam orang di depannya sambil berpikir : "BURUAN MAJU DONG, GUE LAPER NIH!!"

Pokoknya hari ini, seperti biasa, Mapo Tahu ala Sechuan dengan cabe kering ekstra plus nasi porsi besar dan teh ginseng!! Dasar si Ravel junior ituuuu...!! Kalau bukan gara-gara bapaknya, mungkin sudah kugorok dari dulu!!

Barisan maju selangkah, dan Xiao Ling kembali memikirkan tentang makanan yang akan dipesannya.

---

OOT : Yak, silahkan, open for all Asian Branch member!!

Seperti biasa, Sei membantu di kafetaria sebagai penerima pesanan. Kalau ia mengira-mengira dari aura antrian yang mendadak dipenuhi aura ingin membunuh, ia tahu kira-kira siapa 'seseorang' yang ada di antrian tersebut, apa yang dipikirkannya, dan apa pesanannya. Dan ia juga tahu kalau orang itu tidak terima servis yang lamban.

Segera setelah ia menyampaikan pesanan orang terakhir ke salah satu koki, ia mendatangi seorang koki di pojok dapur dan menepuk bahunya pelan.

"Han, Mapo Tahu spesial yang biasa. Tamu kehormatan kita datang," katanya pelan pada koki tersebut. Si koki langsung tersenyum lebar, dan mulai memasak menu pesanan Sei.

"Akhirnya beliau datang juga! Hanya beliau yang tahu kenikmatan masakan Sechuan yang sebenarnya! Porsi besar kan, anak muda?" balas Han penuh semangat.

"Iya, porsi besar. Kurasa beliau baru saja berkeliling markas," balas Sei ramah. Han tertawa puas dan kembali melanjutkan kegiatan memasaknya. Sesaat sebelum berbalik arah, Sei dapat melihat Han memasukkan semangkuk besar cabe kering ke dalam penggorengannya. Sei agak bergidik, tapi ia tahu itulah kesukaan dari orang itu.

Begitu ia kembali ke counter pemesanan, ia tahu bahwa tebakannya pasti benar. Xiao Ling berdiri di antrian tersebut; tinggal 3 orang lagi sebelum gilirannya. Sei hanya tersenyum tipis dan kembali melanjutkan tugasnya menerima pesanan.

Salah satu tempat favorit Zion adalah kafetaria.

Apalagi kafetaria cabang Asia ini.

Kenapa? Well...makanannya enak, yang jelas. Dan jujur aja, kalau dibandingin dengan cabang utama, dia lebih suka penyusunan tempat ala cabang Asia.

That aside, kini dia sedang mengantri di depan counter. Haduh, masih kurang dua orang, dan perutnya sudah berteriak-teriak sedari tadi. Kalau dipikir-pikir, sudah sepuluh menit dia mengantri; haha, kadang ada saja orang yang pesanannya banyak tidak ketulungan.

Salah satunya adalah Zion ini nantinya.

Jadi ntar enaknya pesen apa ya...hmm...yakisoba boleh juga hari ini. Ehm, terus ditambah kimchi juga...hmm...mapo tahu enak ga ya? Ah, jangan deh. Sapo tahu aja~ sama cumi ditim bawang~ ah, tapi ntar abis ga ya? Uh...sapo, cumi, sapo, cumi, sapo...aaaaaahhh!! Bingung...

JIIIII~T.

Tanpa alasan yang jelas, tiba-tiba bulu kuduknya berdiri. Entah kenapa, orang dibelakangnya sepertinya sedang memelototi dia dengan 'ganas'...dia memberanikan diri melirik ke belakang--

mampus. General super galak yang super ga sabaran itu. Dengan diam (dan mulai berkeringat dingin) dia menatap lurus ke depan, menunggu barisan itu berjalan.

Sementara itu... nampaknya suasana ramai di kafetaria agak mendorong Lim Jeong Hu, salah satu general veteran yang harusnya mengistirahatkan diri untuk turun ke tempat itu demi bersosialisasi atau, menghabiskan waktu luangnya tanpa rentetan misi.

Jadi, coba lihat siapa saja yang ada di sana... beberapa orang Exorcist muda menghampiri Jeong Hu, sekedar menyapa atau bertanya soal isu kesehatannya, ia tidak bicara banyak hanya menanggapi seadanya, toh rasanya juga tidak terlalu perlu mengumbar kabar di hadapan orang lain.

Sembari meladeni para pasukan muda itu, mata Jeong Hu sedikit beralih pada isi kafetaria itu. Memang tidak ada yang berubah bahkan sejak ia dipindahkan ke sana, tapi mungkin saja ada yang bisa ia kerjakan seperti... menyapa general lainnya?

Lirikan matanya sampai pada nona Xiao Ling yang sedang asik mengantri makanan, dan kebetulan ada space kosong di belakang general muda wanita satu itu.

"Anda mengantri makanan, General Tek Xiao Ling?" sama Jeong Hu, tersenyum ramah seperti biasa kemudian mengambil baki untuk bisa ikutan memesan. Padahal saran dokternya ia tidak boleh makan sembarang makanan walau itu berasal dari kafetaria headquarter-nya.

Mendengar ada yang memanggil namanya, Xiao Ling menengok, masih dengan tatapan ingin membunuhnya. Ternyata si General asal Korea itu, Lim. Mendengar pertanyaan yang dianggapnya bodoh itu, keinginan untuk membunuhnya naik.

"Haaa? Buat apa aku berdiri di sini kalau aku tidak sedang mengantri makanan, eh?" jawabnya dingin, tanpa memedulikan bahwa orang yang diajaknya bicara itu lebih senior daripada dia sendiri.

"Kau sendiri ngapain di sini, Lim? Kupikir kau nggak boleh makan yang aneh-aneh..." tambah Xiao Ling dengan nada sinis sebelum kembali menatap ke depan.

Cepetan dong, cepetaaan!! Laper nih!! Jangan sampai aku jadi kanibal gara-gara kelaperan! Lagian si Ravel junior itu juga... Kalau bukan gara-gara dia, aku pasti masih sempat datang di antrian pertama!!

Antrian kembali maju, tapi kesabaran Xiao Ling pun makin pendek. Tato di punggung tangannya terasa gatal, meski itu hanya efek sugesti dari rasa laparnya yang berlebihan.

Kebanyakan bersabar atau itu adalah sifatnya, tidak ada yang tahu... diprotes macam-macam oleh Xiao Ling malah membuat Jeong Hu makin bersikap ramah. "Itu hanya basa-basi untuk memulai percakapan saja, General," Jeong Hu balas berucap dengan tenang ia tahu sifat tempramen para general muda, ternyata lebih enak jadi orang tua benarkan.

"Dan yah... sebenarnya memang makanku dibatasi, tapi kalau hanya sekedar teh rasanya tidak masalah," jawabnya, masih dengan nada berbasa-basi. Lagipula sebenarnya Jeong Hu memang tidak memiliki alasan yang pasti datang ke tempat itu. Kebetulan saja ada orang yang bisa disapanya dan menjadi bahan 'kejahilan' minimnya.

Antrean maju, yah beberapa menit mengantri demi secangkir teh rasanya boleh juga. Untung saja darah rendah tuan kolot ini sedang tidak kambuh, kalau iya bisa-bisa ia pingsan di tempat. Kemudian mata sendunya kembali melirik nona general di depannya, "Bersabar bukan hal yang menyebalkan loh nona General," ucapnya tersenyum geli melihat aksi Xiao Ling yang sungguh menurutnya sangat kekanak-kanakan sekali.

Diantara para finder yang tengah melahap makanan mereka masing-masing, bocah berumur 12 tahun ini makan dengan santai. Baiklah, mungkin kepalanya ditutupi untuk mengelabui orang lain, bahwa ia hanyalah finder biasa... Bohong besar tentunya. Pada dasarnya, setelah sempat kabur dari kejaran general paling galak (namun paling menyenangkan untuk diajak 'bermain'), ia meminjam spare uniform seorang finder kenalannya dan... Berbaur. Hal tersebut menjelaskan outfit findernya... Namun tidak menjelaskan senyum jahil yang mulai merayapi wajahnya.

"Oh, Tek-baachan... Padahal aku di sini, tapi baabaa gak sadar..." Tangan kanannya memegang sumpit mie ayam (sepertinya sang koki mencuri resep ini dari asia tenggara... Heidrich tidak tahu, namun ia menyukainya) sementara tangan kirinya mengeluarkan 20 lembar kertas, cukup kuat untuk dibentuk.

Kalian ingin melihat bagaimana bocah Kohler ini bermain? Tunggulah ia selesai melipat kertasnya menjadi sebuah... ...

...bola kertas.

Baiklah, mungkin ia baru membuat bola kertas. Namun selanjutnya, ia membalutnya dengan mie--tepatnya, mie ayam favoritnya yang ia simpan untuk saat-saat seperti ini. Mie ayam bisa ia dapat besok-besok, namun kesempatan menimpuk gurunya dengan bola kertas mie, meskipun terdengar konyol, jarang datang.

Ah, rencananya memang tidak terlalu bagus... Lihatlah bagaimana mie tersebut berlumuran dengan sambal... Ditambah beberapa sendok wasabi. Meskipun harganya... lumayan (Heidrich perlu menawarnya selama 3 jam penuh). Kalau saja Tek Xiao Ling dapat berpaling ke arah Heidrich sebentar, bocah ini pasti akan melempar benda tersebut... Dan mungkin tidak ketahuan; dia masih mengenakan kostum seragam finder, meskipun harus dirangkap dengan seragam Exorcist-nya.

"...ayolah, Tek-baachan... Hadap sini..." Heidrich berbisik penuh harap dari meja tempat makan para finder. Tangan kirinya mulai gatal untuk melemparkan gumpalan tersebut tepat di wajah Tek.

Rencana yang simpel... Namun, tetap menyenangkan.

---

OOT: ...
Kalau ada yang mau menghentikan Heidrich dalam kostum finder tersebut, silakan =))

...

Tidak ada yang terjadi lagi, hening nampaknya. Well, bola mata coklat-hitam-nya mulai mengelilingi pemandangan seisi ruangan, sepi walau ramai. Tidak ada keributan setidaknya, padahal biasanya ada Exorcist muda yang membuat gara-gara. Jeong Hu tidak terlalu perhatian namun tetap tahu siapa-siapa yang bergerak di tempat itu.

Lirikan matanya sampai pada kerumunan finder di sebuah meja. Tampak biasa saja sih, toh tidak ada yang spesial selain... nampaknya memang ada yang spesial di sana setelah Jeong Hu perhatikan lebih jelas lagi.

"Eng... General Tek, bukannya anak yang memakai baju finder itu adalah disciple-mu?" tanya general kolot ini pada wanita di depannya yang nampaknya terlalu terkonsentrasi pada perutnya.

"Nampaknya ia sedang main-main dengan para finder dan... makanannya," ucap Jeong Hu lagi setelah memperhatikan lebih lanjut apa yang ada di tangan anak itu. Rasanya waktu Jeong Hu pertama kali ke Black Order ia tidak pernah melakukan hal yang aneh-aneh.

"Saya ulang pesanannya : Chaofan satu, teh satu, dan sup ayam satu? Baik, silahkan menuju ke counter berikutnya," kata Sei setelah ia mencatat pesanan berikutnya. Ia pun bertukar posisi dengan staff lainnya agar ia bisa menghampiri para koki satu per satu untuk mengambil menu yang tadi dipesan.

Setelah memberikan pesanan orang tadi ke counter pengambilan, Sei kembali menghampiri Han yang berada di pojok ruangan.

"Mapo nya sudah?" tanya Sei. Han hanya menunjuk sepiring besar Mapo tahu yang berwarna sangat merah di meja di sebelah kompornya. Sei segera mengambil tray yang diselipkannya di pinggir meja, lalu meletakkan Mapo itu di atasnya. Lalu ia berjalan ke bagian nasi dan mengambil nasi porsi besar yang ia pesan sebelumnya. Setelahnya ia berjalan lagi ke bagian minuman untuk mengambil teh ginseng, lalu berjalan ke counter pengambilan dan menjulurkan kepala keluar.

"General Tek Xiao Ling!! Pesanan Anda sudah jadi!! Silahkan ambil di counter pengambilan!!" teriak Sei ke arah barisan di counter pemesanan.

Xiao Ling merasa nafsu membunuhnya meningkat mendengar ada orang lain yang dengan sengaja memanggilnya dengan nama keluarganya. Harus berapa kali ia katakan bahwa ia benci nama keluarganya?

"General Lim Jeong Hu, sekedar informasi, saya benci dipanggil dengan nama keluarga saya, terima kasih."

Tapi setelah ia mencerna kembali apa yang sebenarnya dikatakan oleh Jeong Hu, ia menengok ke arah kerumunan Finder dengan alis mengerenyit.

"Eh? Finder, katamu?" tanya Xiao Ling bingung. Rupanya kekurangan asupan gizi membuat otaknya tidak bekerja dengan baik, sehingga ia menjadi jauh lebih lambat dalam menanggapi perkataan orang.

....
Oke, coret itu. Ketika ia mendengar Sei memanggilnya karena makanannya sudah jadi, ia langsung berbalik dan berjalan super cepat ke arah counter pengambilan pesanan. Ia tidak memedulikan tatapan orang-orang yang sepertinya sedikit banyak merasa diperlakukan tidak adil, tetapi Xiao Ling tidak memedulikan hal itu dan berjalan langsung ke arah counter tersebut. Toh namanya dipanggil, jadi bukan salahnya kalau ia langsung menuju ke sana, dong.

"Nggak percuma juga kamu berteman denganku sejak kecil. Anyway, kamu bisa keluar dari dapur sebentar? Ada beberapa hal yang mau kuobrolkan denganmu," kata Xiao Ling sambil tersenyum tipis. Ia lalu mengambil bakinya dan berbalik, lalu berjalan ke salah satu sudut yang kosong di antara para Exorcist.

"General Tek Xiao Ling!! Pesanan Anda sudah jadi!! Silahkan ambil di counter pengambilan!!"

Ahaha, wow, diskriminasi sepihak cing. batin Zion sambil tersenyum garing melirik general yang langsung berjalan ke counter pengambilan. Ya sudahlah. Kalau dipikir-pikir dia juga mau komentar apa. Pilih mana, coba, diskriminasi sepihak tapi hidup ato terus-terusan dipelototin kayak kelinci mau dimakan serigala *halah* dari belakang? Ah, nasibnya mengantri di saat yang kurang tepat.

Setelah memesan pesanannya ke staff yang menggantikan staff sebelumnya--yakisoba dan teh hijau (akhirnya batal juga dia pesan aneh-aneh)--sambil sekaligus menunggu pesanannya di counter pemesanan, dia melirik ke arah seorang finder yang tampak agak mencurigakan.

Ralat sedikit, dengan naluri alami sebagai pejuang kerusuhan: sangat mencurigakan.

Dia mengambil sebuah pipa tiup kecil dari kantongnya lalu dengan cukup terlatih meniupkan sebuah kerikil kecil untuk mengarahkan perhatian 'finder' itu kepadanya.

Sambil berharap kalau 'finder' itu mengerti gerakan mulut...atau setidaknya, bahasa isyarat. Sure, biasanya dia bakalan diam seribu bahasa sih kalau ada hal menarik seperti ini sekalipun, tapi entah kenapa rasanya akhir-akhir ini dia merasa...hiperaktif. Ga bisa diem. Ga enak kalo ga ngisengin orang. Apalagi general--

Anjrit. Jangan-jangan otaknya sudah rusak dan sekarang dia pengen minta dibunuh general terdekat?

Sei terdiam mendengar komentar Xiao Ling seputar rasa mapo yang dimakannya. Tentu saja rasanya berbeda, karena yang memasaknya pun orang yang berbeda. Tapi ia masih belum punya keinginan untuk mengungkapkan siapa sebenarnya orang yang membuatkan mapo untuknya di hari yang naas itu.

Namun mendadak ia melihat ada yakisoba yang 'melayang' ke arah Xiao Ling. Ia segera mengambil tindakan dengan menekan turun kepala sang General sambil berteriak, "Ling, awas!!"

Hasilnya? Jelas terlihat. Wajahnya kini berlumuran yakisoba.

'Haiz... tidak seru ah...'

Hanya kalimat tersebut yang tersirat di dalam benak Heidrich. Yah, sejujurnya ia sendiri cukup berterima kasih dengan exorcist yang segera menariknya masuk ke belakang counter. Yah, memperpanjang hidupnya sedikit lebih lama? Apalagi, katarn generalnya hampir mengiris lehernya bersih. Ah, jarang juga ia melakukan hal seperti itu (bukan soal merusuh, namun membuat generalnya sampai 'menarik senjata'). Jadi, ia tidak begitu kecewa... lah.

Quote :

"LO PENGEN BUNUH DIRI ATO NGEBUNUH GUA, WOI? YANG BENER AJA LO NYERANG TUH GENERAL SATU?"

Ara... yang bersangkutan malah ngamuk...

"Ada kebanggaan tersendiri ketika mengerjai general yang paling mengerikan yang pernah kamu kenal, percaya deh." Heidrich menjawab dengan singkat... serta kalem. Rasanya seakan dia yakin bahwa Zion akan tergerak dan melakukan sesuatu saat semuanya terjadi. ...Baiklah, mungkin dia tidak memperhitungkan hal ini. Juga, mungkin saja hanya kebetulan bahwa ia masih hidup bernapas, dengan kepala tidak lepas dari leher.

....

Ah, bocah ini juga merasakan tatapan sebal para staff kafetaria yang jelas ditujukan pada dirinya . Heidrich hanya terkekeh, awkward. Mau bagaimanapun juga, memang salahnya juga. Tapi sepertinya, ia juga perlu melibatkan orang lain supaya dirinya selamat... bukan?

Tatapan matanya melayang ke arah Zion, yang tampaknya sudah lebih tenang. Baiklah, waktu yag baik untuk--

Quote :

[...]Sepiring yakisoba melayang ke arah general Tek Xiao Ling dengan indahnya sementara pemiliknya terpeleset dan mendarat muka duluan di lantai dapur.

--berkenalan dengan mengacau ria. Heidrich segera menarik tubuh exorcist yang bersangkutan untuk berdiri ke arah 'belakang counter'. Tanpa basa-basi, matanya segera mencari bahan makanan yang ada sembari memperkenalkan diri pada exorcist di sebelahnya.

"Heidrich Kohler, terima kasih atas pertolongannya tadi dan--" bocah tersebut juga melayangkan dim-sum terdekat yang tadinya menjadi makanan seorang finder, ke arah generalnya sendiri. "--salam kenal~!"

Senyum usil menghiasi wajahnya. Waktunya formulasi rencana 'kabur dari kafetaria'

---

OOT: PM saya kalau ada masalah dengan pos ini ~_~ *error*

OOT : say, dim sum itu ada bermacam2... yang manakah yang ente lempar?? saya asumsikan hakau aja yah~
---

Waktu Sei menekan kepalanya ke bawah, ia sudah siap untuk menghajar pemuda itu karena gara-gara itu, ia tersedak mapo tahu dan tenggorokannya serasa terbakar sampai hidung. Tapi begitu ia mengangkat kepala dan melihat temannya itu sudah berlumur mi, ia langsung berputar dan mengaktifkan innocence nya.

3 butir hakau melayang ke arahnya, dan dengan tangkas ia menusuk ketiganya dengan innocence nya, lalu memakannya.

"Makasih buat dessert nya, bocah-bocah terkutuk... Aku memang masih bisa kalem kalau aku sendiri yang kena, tapi tak ada maaf bagi kalian kalau temanku sampai kena..." kata Xiao Ling perlahan, namun tegas dan jelas terasa hawa ingin membunuh.

Xiao Ling langsung melompat dari kursinya, meninggalkan makan siangnya yang masih tersisa setengahnya. Ia mendarat di depan counter, dan tanpa ragu langsung membelahnya terbuka.

"Bloody Rain..." bisiknya sambil menunjuk ke arah Heidrich dan Zion.

Darah mengalir dari punggung tangan Xiao Ling. Tetapi alih-alih menetes, aliran darah tersebut mengeras dan membentuk jarum dengan jumlah yang cukup banyak, mengelilingi Xiao Ling, siap untuk menyerbu Heidrich dan Zion.

"Kuhitung sampai 3. Kalau sampai akhir kalian belum minta maaf pada Sei, jangan harap aku akan mengampuni kalian," kata Xiao Ling dingin.

---

OOT : Zion, Heidrich, itungan sampe 3 nya silakan taro di post kalian... terserah mo dibikin lama ato cepet, terserah juga reaksinya kayak apa =w=/

"Ada kebanggaan tersendiri ketika mengerjai general yang paling mengerikan yang pernah kamu kenal, percaya deh."

"Y-yeah, aku tahu itu, tapi aku lebih memilih melakukannya diam-diam daripada terang-terangan nulis deathwish begitu." komentar Zion sambil melirik ke arah general gila dari balik counter.

....

O...oh. Oh. Oh yeah. Dari masalah ke masalah, kepleset daging pun terhitung masalah, nak, sial sekali dirimu ini. Terpleset daging, yakisoba terbang, dan entah untuk alasan apa, general dihadapannya tampak....

OH SHID.

Dengan cepat Zion berlari kembali dan melompat--maaf, ditarik-- kembali ke belakang counter untuk bersembunyi. Aih, aih,

"Heidrich Kohler, terima kasih atas pertolongannya tadi dan--" Dia melihat tiga hakau yang masih hangat dan tampak enak terbang ke arah general gila yang bersangkutan. "--salam kenal~!"

"Salam kenal juga kalau gitu. Zion Carolina. Terima kasih juga sudah ditolong--"

"Makasih buat dessert nya, bocah-bocah terkutuk... Aku memang masih bisa kalem kalau aku sendiri yang kena, tapi tak ada maaf bagi kalian kalau temanku sampai kena..."

SLASH

Zion terdiam saat melihat meja counter terbelah menjadi dua. Bersih. Kinclong. MULUS, DING. KAYUNYA KEBELAH MULUS. KEREN BANGET GA?

"Bloody Rain..."

Menelan ludah. Zion mundur sedikit menjauhi general Xiao Ling saat darah general itu mulai mengeras dan membentuk jarum...yang mind you, jumlahnya tidak sedikit.

"Kuhitung sampai 3. Kalau sampai akhir kalian belum minta maaf pada Sei, jangan harap aku akan mengampuni kalian,"

Dan bocah exorcist ini membentuk wajah shock horrorism. Iya, yang kayak di lukisan the scream itu lho, by the way. Zion melompat melewati sisa-sisa counter yang terbelah dua dengan indahnya itu dan langsung ke arah petugas kantin yang tadi menjadi korban kecerobohannya. Dengan sedikit canggung juga dia membersihkan tumpahan yakisoba dari kepala Sei. "M-maaf banget! A-a-aku juga tidak tahu kenapa tadi aku bisa sampai jatuh begitu! Maaf, maaf, maaf banget!"

Pull a good-boy stunt, boy. Pull a good-boy stunt.

"Ling, nggak usah--"

Belum sempat Sei meminta supaya Xiao Ling tidak usah memikirkan dirinya, ataupun menghajar anak-anak yang tadi melemparnya dengan yakisoba karena toh mereka masih anak-anak; Xiao Ling sudah pergi untuk... err... 'membunuh' kedua orang tersebut.

Dan begitu Sei berbalik untuk melihat apa yang terjadi (masih dengan kepala berlumur yakisoba), ia langsung berubah pucat. Bagaimana tidak pucat? Melihat counter yang dibelah dua sampai mulus... BENER, MULUS. Salah satu kemampuan Xiao Ling pastinya...

Tapi yang membuat Sei pucat pasi nggak cuma itu. Meski memang bukan dia targetnya, tapi jarum-jarum darah yang dipesiapkan Xiao Ling untuk 'bocah-bocah terkutuk' itu juga membuatnya merinding seketika. Dan sepertinya tidak hanya ia yang merasa begitu, karena ia bisa mendengar ribut-ribut orang-orang di kantin tersebut yang mulai bergegas keluar karena tidak mau terlibat dalam pertarungan sepihak tersebut.

Mendadak, seorang anak menghampirinya dan meminta maaf sambil membersihkan tumpahan yakisoba di kepalanya. Sepertinya anak itu ketakutan luar biasa. Sei menyentuh tangan anak itu, lalu menurunkan tangannya dari kepalanya.

"Tidak apa-apa, kok. Semua orang pasti pernah melakukan ketidaksengajaan. Justru aku yang harus minta maaf, karena sudah membuatmu ketakutan seperti itu," kata Sei sambil tersenyum ramah. Ia lalu menatap ke arah Heidrich, yang sepertinya masih berlindung di balik counter yang sudah hancur.

"Kamu juga, Heidrich. Tidak apa-apa kok melakukan satu-dua kenakalan. Toh kamu masih kecil, masih membutuhkan waktu untuk bermain. Kapan-kapan, kalau Ling sudah capek menemanimu bermain, datang saja ke sini. Biar aku yang menggantikan Ling untuk menemanimu bermain. Biar begini juga dulunya aku ini Finder profesional loh," kata Sei dengan senyum ramah yang sama.

"Nah, Ling. Sekarang aku mau kamu minta maaf pada mereka. Kasihan nih, mereka berdua ketakutan," kata Sei.

Ternyata bocah yang tidak dikenalnya itu yang duluan minta maaf pada Sei. Xiao Ling memang tidak lantas merasa akan memaafkannya begitu saja, tapi ia sudah menyiapkan hukuman yang lebih ringan daripada Heidrich yang dari awal mereka bertemu selalu merepotkannya.

Terdengar dengan jelas olehnya bahwa Sei memaafkan bocah tersebut dengan mudah. Tidak mengherankan baginya, karena toh Sei memang seramah itu pada orang-orang. Tapi yang mengejutkannya adalah bagaimana Sei juga memaafkan Heidrich yang bahkan belum meminta maaf padanya, dan juga menyuruhnya untuk meminta maaf kepada kedua bocah tersebut.

Xiao Ling berbalik menatap Sei dengan tatapan tajam, lalu mencairkan semua jarum darahnya. Beberapa tetes darah mengenai kulit dan pakaiannya, sementara sisanya langsung menggenang di bawah kakinya.

"Kalau kamu berani memintaku untuk minta maaf pada mereka berdua, kenapa kamu tidak berani memintaku untuk minta maaf atas apa yang terjadi pada So Heung? Dasar hipokrit..." desis Xiao Ling marah. Ia lalu pergi meninggalkan kafetaria dengan langkah yang keras dan menggema, meninggalkan jejak darah sepanjang jalannya.

[OUT]

Quote :

"Kalau kamu berani memintaku untuk minta maaf pada mereka berdua, kenapa kamu tidak berani memintaku untuk minta maaf atas apa yang terjadi pada So Heung? Dasar hipokrit..."

Senyum Sei kembali meluntur seketika. Tetapi ia tidak sanggup membantah apapun yang dikatakan Xiao Ling. Bayangan kematian So Heung masih terus terekam di ingatannya, tetapi air mata Xiao Ling saat itu juga masih terus diingatnya. Ia hanya bisa terdiam, dan tidak mencegah kepergian dari General satu itu.

"Ah..." ujarnya pelan sambil mulai tersenyum lagi saat ia tidak lagi bisa melihat Xiao Ling yang sudah menghilang di pintu kafetaria.

"Ah, iya... Aku harus beres-beres dapur. Permisi dulu ya, maaf sudah menimbulkan kerepotan," kata Sei sambil tersenyum lebar, tidak jelas pada siapa. Ia lalu berjalan kembali ke dapur dan mulai membereskan semua kekacauan yang baru saja terjadi dengan senyum lebar.