[CENTRAL] Good-for-Nothing Couple

...

"Tidak bisakah bersikap lebih sopan pada general-mu, Saki? Dan kuingatkan, dear~ Playboy tidak pernah terdaftar di dalam kamusku.""

Saki melirik generalnya dengan pandangan entah sinis atau terbiasa. "Oh, maaf, general, sifat womanizer anda sedikit membuat saya lupa kalau anda berpangkat general." katanya, dengan berlumuran sarkastisme.

Tiba-tiba Lilo melakukan suatu hal yang (sejujurnya) sudah dia duga akan dilakukannya. Resiko menjadi disciple womanizer satu ini? Mungkin saja.

DUAGG!!

Saki, dengan wajah merah semerah-merahnya, melancarkan satu gebrakan maut ke kepala generalnya dengan memakai patahan daun bawangnya. Entah apa bakalan kena atau tidak. Oh, dan tidak, dia tidak menyadari keberadaan satu lagi orang di dalam ruangan itu...

Cih, pengganggu.

Sejujurnya Lilo tidak terlalu ambil pusing pada seseorang yang datang dan pura-pura cuek atas apa yang sedang Lilo lakukan. Tapi, tetap saja. Menggangu pemandangan. Pemuda ini menoleh pada seorang gadis yang tak lain adalah disciple dari salah seorang general seperti dirinya, si Ravel Kohler. Entah kenapa Lilo merasa beruntung memiliki murid seperti Saki. Dibanding dengan umm, siapa namanya? Shion, kalau tidak salah. Gadis itu terlihat kurang menyenangkan dan mungkin tegas atau keras? Yah, begitulah pandangan Lilo, kira-kira. Saki, dia lebih manis dan bisa juga bersikap tegas di waktu tertentu. Itulah yang membuat Lilo tertarik pada muridnya itu. Terlebih lagi, Saki itu memang 'mainan' yang asik. Hei, dalam artian sebagai korban untuk iseng tentunya. Lilo tidak sekotor itu. Lagipula muridnya itu cukup ma--

DUAGG!!

"--TI!!"

Lilo refleks melepaskan Saki yang kini dengan pukulan mautnya berhasil membuat sang general mampu melihat patung liberty dari sini. Atau singkatnya, Lilo pusing. Kedua tangannya mengusap kepalanya yang sudah mulai benjol. 'Cemilan harian'.

"Ukh, kejamnya Saki sa...yang."

Pluk...

Tubuhnya terkulai lemas ke sofa yang ia duduki. Berbaring di sana. Pingsan, eh? Mungkin saja.

Makan tuh. batin Saki melihat generalnya terkulai lemas ke sofa. Tsk, seharusnya dia bersyukur Saki tidak menendang 'itu'nya dan hanya menghajarnya di kepala--

....

........

sebentar, pingsan tapi kok ga bangun-bangun....?

"Emm...general? General Lilo...?" panggil Saki, sambil sesekali menusuk-nusuk tubuh Lilo yang lemas dengan patahan bawang hijau. Dengan wajah sedikit cemas dia memperhatikan Lilo...

...lalu wajah cemasnya berubah menjadi cengiran setan. Dia mengambil botol tinta yang kebetulan berada di dekat sana, mencelupkan daun bawangnya ke tinta itu, dan mulai menciptakan coretan-coretan nan artistik di wajah generalnya itu.

Sret

Sebuah kumis tebal berwarna hitam terlukis di wajah general Lilo T. Nueland.

Sret

Alis super tebal menutupi dahi general itu.

Saki kembali berpikir akan mengapakan generalnya itu sambil dia memperhatikan hasil karya masterpiecenya itu. Setelah beberapa saat berpikir, dia tersenyum, lalu mendekat ke telinga generalnya.

tarik napas, dan...

satu nada super tinggi yang melengking membahana di seluruh ruangan, dengan titik pusatnya berada kurang dari beberapa cm dari telinga general yang sedang tak sadarkan diri itu.

Dan, beginilah contoh seorang disciple yang kurang ajar.

Ketika general-nya tengah terbaring di sofa, ralat--Lilo tidak pingsan. Apa yang dilakukan Saki? Gadis itu mengambil botol tinta, mencelupkan daun bawangnya ke dalam botol tinta, dan mulai mencorat-coret wajah tampan sang general.

Dimulai dari goresan tipis di bawah hidung--di atas mulut, membentuk sebuah kumis hitam yang 'lumayan' dari segi bentuk. Kemudian mulai berlanjut ke bawah dahi--di atas mata, menggoreskan alis tebal yang bisa dikatakan 'cukup' dari segi teknik.

Intinya, LILO DIKERJAI!!!

Dan beginilah akibatnya jika mencari disciple yang usil, bahkan melebihi sang 'guru' sendiri. Mungkin kali ini, Lilo-lah yang harus memikirkan kata 'sesal' karena telah memilih seorang Saki Minene sebagai disciple-nya. Kini apa yang harus Lilo lakukan? Tidak mungkin ia kembali ke kamarnya, sementara dalam perjalanan, ia akan menjadi tontonan seluruh penghuni Black Order. Asal kalian tahu, bahkan dandanan sirkus jalanan saja tidak separah ini!

What now?

Lilo bisa merasakan suara desah tarikan nafas di telinganya. Dan kini ia tidak memiliki persiapan selain satu hal, KABUR. Tapi, belum sempat ia beranjak dari tidurnya, sebuah teriakan super kuat menyerang tepat ke gendang telinganya dan menggema di seluruh ruangan, bahkan sampai ke koridor.

"UWANGSAKITNYAW!!!!"

Bukankah itu adalah suatu teriakan yang luar biasa anehnya--yang terlontar dari seorang pemimpin, yang harusnya penuh wibawa dan tegas?

GEDEBUK!!

Sakit.

"Awawawawaw~"

Lilo berdiri dengan sigap, merebut daun bawang dari tangan Saki dan memukul kepala sang disciple dengan perlahan. Hey, Lilo tidak tega. Namun, diam-diam tangannya meraih botl tinta tadi dan menyipratkannya le arah Saki. Mungkin kali ini Lilo terlalu kekanak-kanakan dan berlebihan. Tapi, Lilo tidak mau kalah, kau tahu?

"Ufft---Ahahahahahaahahahahh!!!" Saki tidak tahan. Beberapa saat setelah generalnya berteriak kesakitan, dia hanya bisa meledak tertawa terbahak-bahak.

Sayangnya, ke'bahagiaan'nya tidak berlangsung lama.

JDUG~!

Satu pukulan pelan mendarat di kepalanya. Ga sakit sih.

Yang bikin bete yang berikutnya.

CPROT!!

Satu botol tinta mengotori wajahnya dengan tinta hitam yang menyemir rambut kuningnya menjadi hitam pekat. Saki terdiam sejenak. Lalu tiba-tiba aura disekitarnya menggelap dan dia tersenyum setan ke arah generalnya.

Ternyata dia nantang toh? batin Saki. Menghela napas sebentar, Saki kemudian merebut kembali daun bawangnya dari generalnya.

"Daun bawang itu artistik, tahu! Jangan dipegang dengan cara yang ga tau style begitu!" komentarnya keras sambil menghajarkan sebuah daun bawang cadangan yang dia simpan dari tadi--fresh, masih dingin, dan masih keras banget.

"UMPHWAHAHAHAHA!!!!" kini gantian, Lilo-lah yang tertawa terbahak-bahak. Penampilan Saki yang sekarang ini memang patut ditertawakan, bukan? Bahkan orang Afrika saja tidak 'segelap' itu. Yah, tertawalah...

Sayang sekali Lilo. Kini kau harus berhenti tertawa dan menutup mulutmu. Kenapa? Karena harapanmu tadi tidak terkabul.

Saki membawa cadangan daun bawang, yang masih fresh dan cukup kuat untuk membuat kepalamu bonyok.

Hahahaha..... Sial.

"Daun bawang itu artistik, tahu! Jangan dipegang dengan cara yang ga tau style begitu!"

Gadis di hadapannya kembali merebut daun bawang dari tangan Lilo. Dan apa-apaan itu, berbicara soal artistik, tidak tau style? Heh. Untungnya Lilo itu lumayan penyabar. Kalau tidak....hmm, mungkin kini Lilo sudah menggendong Saki di bahunya dan membawa gadis-tidak-bertata-krama tersebut keluar BO dan mulai memberi pelajaran padanya. Digantung di pohon dalam posisi terbalik adalah salah satunya. Tidak peduli perempuan atau laki-laki.

Sekarang, mari kembali ke masalah utama. Pemuda ini menelan ludah perlahan, menatap tajam daun bawang yang masih 'sempurna' nilai artistiknya--seperti kata Saki. Lilo mengelap wajahnya dengan tissue yang kebetulan berada di meja, di dekatnya. General muda ini tersenyum, "Ahh, jadi kau membawa cadangan, seperti biasa."

Mundur perlahan...

"Aku suka tantangan. A-apalagi seperti sekarang ini."

Ia-akan-kabur. Ada yang berminat menghentikannya, atau lebih baik menonton dan menunggu para pemain utama yang berlaga? Kita lihat saja nanti.

"Ahh, jadi kau membawa cadangan, seperti biasa."

Saki menaikkan satu alis. Baru nyadar toh dia? batinnya dalam hati sementara dia masih terus memegang daun bawang yang ada juga disebut bawang prei itu di tangannya. Dia tidak menyadari kalau generalnya tercinta itu mulai mundur perlahan.

"Lho? Memang biasanya saya bawa banyak kan, general? Malah, kadang-kadang saya bawa lengkap dengan akar-akarnya." Jawab Saki, mulai kembali sedikit tenang. Note: Sedikit.

"Aku suka tantangan. A-apalagi seperti sekarang ini."

"Ha. Yah, right." Tertawa garing. Gadis berambut kuning itu hanya terdiam sejenak sambil memperhatikan gerak-gerik generalnya. Mendengus, dia mengarahkan sebuah injakan keras ke kaki generalnya. "Tidak baik kalau anda berpikiran yang aneh-aneh, general."

Padahal jujur saja dia juga tidak mengerti generalnya sedang akan melakukan apa.