[AMERICA] Fate Stay Cursed

Lokasi: ruangan section leader diplomatic
Timeline: setelah kedatangan Eisenberg Val Geert

partisipan utama Chrysalis dan Eisenberg.. Character lain diperbolehkan ikut meramaikan suasana :p

---

Siang yang cerah di musim dingin, salju mulai berjatuhan di luar jendela seperti air mata seorang gadis. Ruangan itu tak lain dan tak bukan adalah milik Chrysalis Vi Scheziel, atau yang lebih akrab disapa dengan Chrys. Hawa dingin di ruangan tersebut diredam oleh penghangat listrik walaupun sang diplomat lebih menyukai perapian kayu tradisional. Ruangan itu dilapisi dengan permadani, dindingnya dihiasi dengan kepala hewan yang diawetkan, beberapa jenis senjata api tergantung dengan rapi. Ruangan yang menyembunyikan fakta bahwa pemiliknya adalah seorang wanita, sekuntum bungapun tak terlihat menghiasi salah satu sudutnya.

Tak ada seorangpun di sana selain sang nona Belanda yang tengah duduk di kursinya. Pistol berlapis emas --hadiah dari sang ayah-- diletakkan di atas sana bersama beberapa selongsong timah padat. Jemari gadis itu menyusuri moncong pistolnya dengan lap halus yang biasa dia pakai untuk membersihkannya. Ingatan akan hari dimana dia mendapatkan benda itu muncul di benaknya dan tanpa sadar senyuman merekah di wajahnya.

Pekerjaan telah selesai dia kerjakan dan ia yakin bahwa dia tak memiliki tanggungan lain. Chrysalis menghembuskan nafas tenang sambil mengangkat dan mengelus pistolnya. Ia hanya menginginkan hari tenang, setidaknya untuk sedikit mengendurkan urat syaraf.

Namun semua orang tahu. Kau tak akan selalu mendapatkan apa yang kau mau, sesederhana apapun itu..

Siang itu Eisen benar-benar tidak ada kerjaan, laporan sudah dikirimkan, membaca profil sudah dilakukan, hanya suntuk yang ada dikepalanya.

Musim dingin bukan lah musim favorit Eisen, waktu yang biasa dia habiskan di taman kini dia habiskan di ruangan pribadinya atau berjalan-jalan tidak jelas di lorong markas Amerika yang berbelit-belit itu.

Kini dia kembali menyusuri salah satu lorong di markas yang besar itu, untuk menghilangkan kebosanan dan kepenatan yang bersarang di otaknya yang selalu berfikir untuk melaksanakan sesuatu dengan indahnya.

seandainya lorong ini dihiasi dengan mawar...

seandainya di bagian itu terdapat vase bunga...


sambil terus ber andai-andai kakinya Eisen yang ramping terus berjalan hingga tanpa ia sadari kini dirinya sudah berada di depan ruangan section leader diplomatik.

difikir-fikir, selama beberapa hari dirinya disini, dia belum menyapa sang section leader itu.
Diputuskan oleh dirinya sendiri untuk masuk begitu saja.

Quote :

Tak ada seorangpun di sana selain sang nona Belanda yang tengah duduk di kursinya. Pistol berlapis emas --hadiah dari sang ayah-- diletakkan di atas sana bersama beberapa selongsong timah padat. Jemari gadis itu menyusuri moncong pistolnya dengan lap halus yang biasa dia pakai untuk membersihkannya. Ingatan akan hari dimana dia mendapatkan benda itu muncul di benaknya dan tanpa sadar senyuman merekah di wajahnya.

Dilihatnya Chrys yang sedang tersenyum-senyum sendiri, tampaknya dia tidak menyadari keberadaan Eisen yang memperhatikannya, wajar saja bagaimanapun Eisen tetap memiliki kemampuan.

Akhirnya Eisen memutuskan untuk menyapa Chrys.
"Ah, apakah hari ini begitu indah sehingga bibirmu yang merah merekah itu berkembang dengan baiknya di tengah putihnya salju di siang hari ini wahai Madam Chrys ? "

Eisen berusaha mengejutkan Chrys dengan berucap tiba-tiba tanpa memberikan aba-aba apapun.

Keadaan begitu tenang, begitu nyaman sampai tiba-tiba..

"Ah, apakah hari ini begitu indah sehingga bibirmu yang merah merekah itu berkembang dengan baiknya di tengah putihnya salju di siang hari ini wahai Madam Chrys ? "

Dia mendengar suara seseorang yang paling tidak dia harapkan..

Matanya terbelalak karena terkejut dan dengan reflek dia mengacungkan moncong pistolnya pada Eisenberg .. menekan pelatuknya tanpa sadar.

*SFX letusan pistol*

Peluru itu mengarah ke Eisenebrg dan meleset dengan jarak satu inci, membuat beberapa helai rambutnya berterbangan dan sedikit bau hangus. Jendela yang berada di seberang pintu ruangan diplomasi retak dengan seketika, membuat seorang janitor --yang tangannya berada di tempat yang retak itu beberapa detik sebelumnya-- hampir pingsan.

Chrysalis berdiri dari kursinya, diturunkannya moncong pistol itu dari wajah Eisenberg.

"Eisenberg Val Geert..,"ucapnya dengan nada getir. " Jangan bilang kau jauh-jauh ke Amerika hanya untuk menyapaku saja..." Urat-urat wajah Chrysalis mengencang.

Ya, Eisenberg Val Geert adalah orang terakhir yang dia harap untuk ada di sore hari ini. Pria yang begitu flamboyan sampai-sampai seolah keberadaannya sendiri menyindir dirinya.

Otak Chrysalis berpikir dengan cepat, bagaimana mungkin Eisenberg --yang dia tahu belum lama ini diangkat menjadi general-- ada disini. Seharusnya section leader sepertinya dirinya tahu tentang masalah perpindahan personel ini terlebih dahulu tapi dia tak mengingat ada lembaran yang menyatakn pemindah tugasan Eisenberg Val Geert ke cabang Amerika, atau mungkin staffnya melakukan keteledoran disini?

Chrysalis mendengus kesal, dia bersumpah jika staffnya melakukan kesalahan maka dia akan menyuruh satff malang itu untuk mendata ulang semua dokumen yang ada selama setahun penuh, ah tidak itu mungkin belum cukup.

Wajahnya menoleh ke Eisenberg dengan beberapa urat nadi yang bermunculan dengan jelas sekaligus menyatakan bahwa sang section leader meminta jawaban yang bisa menjelaskan keberadaannya disini.


Sebenarnya kenapa section leader yang biasanya kalem ini menjadi begitu tak teduga... ?

Quote :

Matanya terbelalak karena terkejut dan dengan reflek dia mengacungkan moncong pistolnya pada Eisenberg .. menekan pelatuknya tanpa sadar.

*SFX letusan pistol*

Peluru itu mengarah ke Eisenebrg dan meleset dengan jarak satu inci, membuat beberapa helai rambutnya berterbangan dan sedikit bau hangus. Jendela yang berada di seberang pintu ruangan diplomasi retak dengan seketika, membuat seorang janitor --yang tangannya berada di tempat yang retak itu beberapa detik sebelumnya-- hampir pingsan.

Untungnya Eisen sudah pernah mengalami situasi yang lebih buruk daripada hanya sekedar tembakan pistol, dirinya masih tidak bergeming setelah peluru melesat membakar rambutnya yang tergerai dengan indahnya.

Quote :

"Eisenberg Val Geert..,"ucapnya dengan nada getir. " Jangan bilang kau jauh-jauh ke Amerika hanya untuk menyapaku saja..." Urat-urat wajah Chrysalis mengencang.

Eisen terrsenyum, kini dia berjalan berlahan menuju Chrys yang memiliki mimik entah kesal atau jijik yang jelas itu di tunjukkan pada dirinya.

'Oh Dear Chrys...'

Eisen kini mengeluarkan dan menghirup bunga mawar yang selalu ada di kantongnya, seolah-olah ingin menghilangkan bau mesiu yang tercium di ruangan.

'Betapa senangnya diriku menerima sambutan yang meriah darimu....'

setelah berdiri di hadapan Chrys Eisen menghentikan langkahnya.

'Dan kedatanganku ke Amerika ini, mungkin hanya untuk menyapa dirimu yang tampaknya terlihat muram sekarang, mungkin ini permainan sang takdir yang ingin memberikan jalan untuk membantumu keluar dari kesulitan ?'

Sekali lagi Eisen menghirup mawarnya dengan wajah penuh senyum.

'Hapuslah kerutan di wajah mu yang indah itu Madam Chrys, senyuman lebih cocok untukmu daripada kerutan yang merusak mata itu'

Eisen berfikir tampaknya dengan menggoda Chrys dia dapat mengurangi beban Chrys, walau mungkin kenyataan akan berujar yang sebaliknya....

Quote :

'Oh Dear Chrys...'

Eisen kini mengeluarkan dan menghirup bunga mawar yang selalu ada di kantongnya, seolah-olah ingin menghilangkan bau mesiu yang tercium di ruangan.

'Betapa senangnya diriku menerima sambutan yang meriah darimu....'

setelah berdiri di hadapan Chrys Eisen menghentikan langkahnya.

'Dan kedatanganku ke Amerika ini, mungkin hanya untuk menyapa dirimu yang tampaknya terlihat muram sekarang, mungkin ini permainan sang takdir yang ingin memberikan jalan untuk membantumu keluar dari kesulitan ?'

"Ka-kau !? Muram? ya keberadaan dirimu disini sudah cukup untuk menghilangkan semua kebahagiaanku, Eisenberg!,"Chrysalis menghentakkan kakinya seraya menjauh dari sang general yang flamboyan. Tangannya mengacak-cak rambutnya yang gelap dan lebat.

Chrysalis menoleh ke Eisenberg yang sedang menghirup bunga --benda yang tak pernah ada di ruangannya-- dengan penuh senyum. Senyuman yang lebih membuatnya bergidik daripada menghibur. Seolah-olah semua bagian tubuhnya menolak keberadaan pria yang sama-sama berasal dari Belanda itu.

Hmm... mungkin alergi jenis baru?

'Hapuslah kerutan di wajah mu yang indah itu Madam Chrys, senyuman lebih cocok untukmu daripada kerutan yang merusak mata itu'

Saat Eisenberg menggodanya seperti itu, gadis Belanda ini merinding.

"Tak perlu mencampuri urusanku dan bisakah kau keluar dari sini? general macam apa yang masuk kamar seseorang tanpa ijin ?!," dengusan kesal terdengar dari sang section leader.

"Pergilah dari sini Eisenberg dan bawalah bunga-bungamu itu jauh-jauh sebelum aku membakar mereka hingga menjadi abu !," ucap Chrysalis dengan lantang. Jari telunjuknya menempel di dahi Eisenberg dengan keras mengetukkannya beberapa kali hingga hampir melukai general tersebut --dia cukup tinggi untuk melakukannya-- meninggalkan bekas yang menyerupai bulan sabit.

Quote :

"Tak perlu mencampuri urusanku dan bisakah kau keluar dari sini? general macam apa yang masuk kamar seseorang tanpa ijin ?!," dengusan kesal terdengar dari sang section leader.

"Pergilah dari sini Eisenberg dan bawalah bunga-bungamu itu jauh-jauh sebelum aku membakar mereka hingga menjadi abu !," ucap Chrysalis dengan lantang. Jari telunjuknya menempel di dahi Eisenberg dengan keras mengetukkannya beberapa kali hingga hampir melukai general tersebut --dia cukup tinggi untuk melakukannya-- meninggalkan bekas yang menyerupai bulan sabit.

tampaknya chrys marah pada Eisen, namun Eisen masih bisa bersikap tenang menghadapi semua "serangan" yang gencar dari Chrys.

"No no no my lady"
"marah marah tidak akan memecahkan masalah yang ada madam Chrys"

Eisen pun memasukkan kembali bunga mawar nya kembali ke dalam kantongnya. kemudian dia berbalik memunggungi chrys dan mulai berjalan...

"ah... tampaknya memang tempat ini membutuhkan keindahan agar membawa suasan yang tenang, mungkin sedikit bunga mawar di sana dan disini serta sebuah taman yang di penuhi mawar dapat menghilangkan kemarahan dan kesedihan seseorang, entah sudah berapa lama rasa itu terpendam"

namun mendadak Eisen menghentikan langkahnya dan kemudian berbalik menghadap ke arah chrys kembali

"oh ya jangan sampai kau lupa sesuatu hal Chrys..."

kemudian nada bicara Eisen terasa lebih serius dari biasanya.

"saya bekerja disini sebagai General tidak hanya untuk mengurusi kertas-kertas yang bertumpuk itu Chrys, keselamatan semua orang yang ada di markas ini adalah tanggung jawab, karenanya... ah sudahlah... mungkin aku hanya ingin menghibur saja... "

"yah bila kau butuh sesuatu, walaupun tampaknya tidak mungkin bagimu, tapi saya akan berada di ruangan pribadi general untuk beberapa waktu..."

Eisen kemudian berbalik dan meneruskan langkahnya...

"ah... tampaknya memang tempat ini membutuhkan keindahan agar membawa suasan yang tenang, mungkin sedikit bunga mawar di sana dan disini serta sebuah taman yang di penuhi mawar dapat menghilangkan kemarahan dan kesedihan seseorang, entah sudah berapa lama rasa itu terpendam"

Chrysalis berkacak pinggang, bibirnya terbuka mencibir perkataan Eisenberg. “Yang kubutuhkan bukanlah sekuntum mawar merah, wahai teman setanah air,” jemari lentik wanita Belanda itu mengelus gagang pistolnya, bersedekap dengan ekspresi yang seharusnya bisa mengintimidasi orang normal.

“Kau dan mawar-mawarmu itulah yang mengacaukan aura serenitas di ruangan ini,” Chrys mendesis pada Eisenberg. Jelas-jelas menunjukkan ketidak-senangannya. Namun sepertinya Eisenberg memiliki ketahanan mental yang cukup kuat, berkebalikan dengan daya tahan tubuhnya dalam medan tempur.

"saya bekerja disini sebagai General tidak hanya untuk mengurusi kertas-kertas yang bertumpuk itu Chrys, keselamatan semua orang yang ada di markas ini adalah tanggung jawab, karenanya... ah sudahlah... mungkin aku hanya ingin menghibur saja... "

Suara helaan nafas terdengar darinya, “Aku mengerti itu Eisenberg...”, ya ia sangat mengerti. Saat ini keberadaan General –walaupun seperti Eisenberg – sangatlah krusial. Dan sudah sepantasnya pria Belanda itu mendapatkan respek darinya, alih-alih lontaran timah panas seperti barusan. Ya manusia pastilah pernah khilaf, dan kekhilafan adalah hal yang sangat manusiawi toh?

Tapi aku tak mau menitipkan nyawaku padamu,

"yah bila kau butuh sesuatu, walaupun tampaknya tidak mungkin bagimu, tapi saya akan berada di ruangan pribadi general untuk beberapa waktu..."

Dan tampaknya General berambut keemasan itu mulai melangkahkan kakinya ke luar, setidaknya dia memberikan Eisenberg sedikit penghormatan sekaligus pemohonan maaf yang rendah hati. Chrysalis memegang kenop pintunya, bersiap mengantar kepergiannya. “Maafkan kelakuan saya tadi General... dan semoga hari Anda menyenangkan”. Wanita bermanik hijau emerald itu hanya menunggu Eisen keluar saja kok, atau... tidak.