Note: Sudah mendapat izin dari PM Fuchsia Scarlet dalam pembuatannya walau saya nggak sempat ngomong plotnya >_>;;
Li Lian Jie belongs to LLJ
Fuchsia Scarlet belongs to Eri
Under The Moonlight
Malam ini, ada yang berbeda dari malam-malam biasanya. Begitu tenang, damai, kerusuhan dunia sama sekali jauh dari pikiran remaja berusia empat belas tahun berseragam Exorcist itu. Duduk di atas genteng dan memandangi bintang-bintang yang tersebar di hamparan hitamnya langit malam, ada Li Lian Jie. Apa gerangan yang sedang dilakukannya? Tidak ada. Dia hanya duduk, menyerahkan seluruh berat badannya pada kedua tangannya sebagai tumpuannya, agak di belakang punggungnya. Sang Innocence yang berdiam di kedua tulang belikatnya tak memprotes cara duduknya yang membuatnya harus menekan kulit punggung si pemuda. Tak masalah, selama mood-nya sedang bagus kini.
Memang, Lian Jie bukan tipe orang yang bisa dengan mudahnya mendapatkan mood sebagus ini, mengingat dia hampir-hampir tak pernah tersenyum sama sekali. Kalau diingat-ingat, siapa Exorcist cabang Asia yang pernah melihat senyumnya? Hitunglah dengan jari, jangan khawatir jarinya tidak cukup. Sangat cukup kok.
Nah, sekarang apa yang membuatnya bahagia malam ini? Eee, perlu diralat. Bukan ‘bahagia’, melainkan perasaan lain yang tak bisa dideskripsikannya dengan kata-kata. Bukannya bermaksud sok pujangga, namun remaja lelaki itu memang tidak menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan perasaannya saat ini.
Tuk. Sebuah sentuhan lembut menyapa bahu kirinya. Tak perlu menoleh, Li Lian Jie sudah tahu siapa pengganggunya di malam yang sunyi ini. Ada seorang gadis kecil yang sedari tadi duduk di sampingnya dan kini, si rambut ebony itu telah lebih dahulu terjun ke dunia mimpi tanpa menyadari dirinya bersandar pada Lian Jie, yang pasti akan menjadi sasaran utama misil buku-buku jika si gadis ini tahu apa yang sedang dia lakukan sekarang. Tak peduli kalau Lian Jie bukanlah pelaku utama yang sengaja memasang bahu kirinya di dekat kepalanya ketika gadis kecil itu tertidur.
Mengintip wajah Fuchsia Scarlet yang sedang terlelap dengan damainya itu, Lian Jie ingin sekali tertawa, tapi dia harus menahannya agar sang nona kecil ini tidak terbangun dan memulai amukannya. Hey, Lian Jie masih ingat betul betapa luar biasanya Fuchsia Scarlet ketika sedang mengamuk. Dan semoga saja, tidak membangunkan Fuchsia adalah keputusan yang tepat, walau jadi terkesan Lian Jie sedang cari enaknya. Haha~
Seulas senyum tersungging oleh bibir tipis di wajah oriental khas daratan China milik sang remaja lelaki. Dalam hatinya, ada pergulatan seru antar jawaban atas pertanyaan ‘apa yang mendamaikan jiwanya kini?’. Meski tanpa dicari jawabannya pun, sudah jelas terpampang, kan? Namun rupanya, Exorcist satu ini masih punya rasa malu untuk mengakuinya dan berusaha mencari alasan lain yang sama sekali tidak ditemukannya. Betapa susahnya dia menyerah pada hati murninya bahwa dia senang akhirnya bisa bertemu dengan sahabat masa kecilnya yang tak disangka kini telah menjadi bagian dari Black Order, organisasi militer-religius yang juga ada dia di dalamnya sebagai salah satu prajuritnya.
Apa yang kira-kira sudah terjadi selama mereka tidak bertemu, ya? Pasti banyak sekali. Dan… Fuchsia mungkin juga memikul suatu beban yang tak dia ketahui, seperti beban yang selama ini tak pernah dia bagi pada siapapun.
Senyuman pun memudar dari wajah Li Lian Jie. Iris cokelat gelapnya naik bersama dengan dagunya yang terangkat, memandangi benda putih bernama bulan sabit di angkasa. Bulan itu besar sekali, seperti mata scythe yang hendak memeluknya atau memancungnya. Miris hati Lian Jie mengetahui pola pikirnya yang pengecut itu. Apa jadinya dia nanti dalam pertarungan kalau otaknya termakan oleh pikiran-pikiran negatif?
Lian Jie memejamkan matanya, menyunggingkan kembali senyumnya yang sekaligus melemaskan otot-otot wajahnya. Siapa yang menyangka bahwa ternyata hatinya ikut merasa ringan seolah beban-beban yang selama ini terbelenggu pun terlepas.
Seperti sebuah balon yang terlepas ke udara dan melayang sendirian, Lian Jie ingin menghabiskan malam ini di sini, untuk beberapa saat lagi, tidak membangunkan gadis yang sedang dibuai mimpi di sampingnya ini. Lian Jie tak akan keberatan, kalau ini akan menjadi hal yang terakhir yang bisa dilakukannya bersama sahabatnya ini.
[FIN]