Time | Selamat datang di Black Order Headquarters! Waktu dunia Black Order HQ saat ini adalah: Februari 1880 |
|
| [IN-PROGRESS] Angelo Cacciato | |
|
+3Líadan Ní Súilleabháin Song Eun Su Tek Xiao Ling 7 posters | Author | Message |
---|
Tek Xiao Ling Vatican Central
Posts : 330 Umur : 32 Pemilik : Agito
Biodata Posisi: General Cabang: Asia Umur: 23
| Subject: [IN-PROGRESS] Angelo Cacciato 21st August 2009, 08:03 | |
| Note : sebenarnya ada BANYAK kesalahan bahasa Italia yang saya pakai OTL mohon maklumi kebodohan saya... namanya juga belajar bahasa secara autodidak, jadinya kebanyakan ngawurnya daripada benernya... *dihajar*
Fic ini adalah cerita masa kecil Bianca. Bisa dibilang, ini penjabaran secara jelas Riwayat Hidup Pra-Black Order nya.
Terjemahan : In Giorno Freddo : Di suatu hari yang dingin Angelo Cacciato : Fallen Angel
Chapter 1 In Giorno Freddo
Di suatu hari yang dingin…
“Anak ini anak iblis! Dia bukan anakku!!” teriak seorang wanita sambil memalingkan wajah dari bayinya. Ia menangis dan berteriak, menolak keberadaan buah rahimnya sendiri. Seorang pelayan yang menggendong bayi tersebut tampak begitu sedih, entah untuk majikannya atau untuk bayi yang digendongnya.
“Sayang, lihatlah! Itu anakmu! Anak kita! Mengapa kau menolaknya?” tanya sang suami sambil memeluk istrinya yang masih histeris. Ia memberi tanda pada sang pelayan untuk mendekat, agar ia bisa melihat seperti apa wujud anaknya. Sang pelayan berjalan maju, lalu menyodorkan bayi tersebut sambil membisikkan hormat. Namun begitu sang ayah melihat seperti apa bayinya itu, ia pun membelalakkan matanya kaget.
“Kamu pun tidak menyukainya, ‘kan?! Jangan paksa aku menerimanya, apalagi mencintainya!! Itu bukan anak kita! Setan telah menukarnya dengan anaknya!” jerit si wanita. Sang suami kembali menatap istrinya tercinta, lalu mendekapnya lebih erat.
“Pelayan, tinggalkan bayi itu di suatu tempat. Saya tidak peduli di mana, yang penting jauhkan dia dari istriku,” perintah sang suami tegas. Sang pelayan tersentak, namun ia tidak memiliki pilihan lain selain melakukan apa yang diperintahkan tuannya.
“Segera, Tuan…” sahutnya pelan, lalu berjalan keluar dari kamar tersebut dalam keheningan. Sang pelayan menatap sekali lagi bayi yang didekapnya dengan tatapan kasihan. Bayi yang begitu mungil dan lemah, telah ditolak oleh kedua orang tuanya hanya karena ia sedikit berbeda dengan bayi pada umumnya.
“Jahat sekali mereka… Padahal menurutku kamu terlihat seperti anak malaikat, Tuan Muda…” bisik sang pelayan sambil membelai pipi bayi itu.
[END OF CHAPTER 1] | |
| | | Song Eun Su
Posts : 103 Umur : 31 Pemilik : Al2SiO5
Biodata Posisi: Disciple Cabang: Asia Umur: 16
| Subject: Re: [IN-PROGRESS] Angelo Cacciato 21st August 2009, 11:03 | |
| cepet banget chapter 1 nya belum bisa mengkomen apa-apa nih ayo lanjutkan | |
| | | Líadan Ní Súilleabháin
Posts : 145 Pemilik : Agito Poin RP : 20
Biodata Posisi: Disciple Cabang: Eropa Umur: 19
| Subject: Re: [IN-PROGRESS] Angelo Cacciato 21st August 2009, 11:22 | |
| Note : di sinilah kesalahan bahasa dimulai OTL saya mengambil bentuk feminin, padahal yang dikasih nama itu laki-laki...
Terjemahan : l'angelo viene a terra : Malaikat turun ke bumi
Chapter 2 L'Angelo Viene A Terra …malaikat turun ke bumi…
“Sungguh keterlaluan…” gerutu Pastur Pietra Corda saat ia sedang membersihkan aula gereja pagi itu. Remah-remah roti dan beberapa bungkusan bekas permen berserakan di bawah kursi paling belakang. Pastur Pietra menghela nafas panjang, lalu mulai menyapunya.
“Anak-anak zaman sekarang… Rasanya sudah sering kuperingatkan untuk tidak makan di dalam gedung gereja… Jangan jadikan musim dingin sebagai alasan! Kalau lapar ya makan yang banyak dari rumah… Kalau terlambat bangun dan tidak sempat sarapan ya salahnya sendiri…” gerutu Pastur Pietra sambil terus menyapu. Ia kemudian membuka pintu gereja, hendak membuang sampah-sampah yang disapunya itu keluar. Namun alangkah terkejutnya ia saat ia menemukan sebuah keranjang dengan bayi di dalamnya.
“YA TUHAN!! Keterlaluan sekali! Siapa yang tega membuang bayi semungil ini di tengah musim dingin?!” teriak Pastur Pietra panik sambil buru-buru membawa keranjang bayi itu masuk. Bayi di dalamnya yang berbalut kain tampak begitu pucat. Pastur Pietra segera berlari ke ruang tamu pasturan dan meletakkan keranjang bayi tersebut di dekat perapian. Ia sendiri berjongkok di dekat keranjang bayi tersebut.
“Bapa, sepertinya tadi saya mendengar Bapa berteriak di gereja dan bergegas kemari. Ada apa?” tanya Suster Angela yang baru saja keluar dari dapur.
“Ada seseorang yang meninggalkan bayinya di depan gereja,” jawab Pastur Pietra sambil menunjuk bayi yang tadi dipungutnya. Suster Angela ikut berjongkok di sebelah Pastur Pietra, lalu menyentuh pipi bayi itu dengan hati-hati. Ia tampak terkejut dengan dinginnya suhu tubuh bayi tersebut.
“Api perapian tidak akan bisa menghangatkan anak ini. Biar saya yang menghangatkannya, Bapa tolong ambilkan kain yang kering dan bersih di tempat cuci. Sisanya, biar saya yang urus,” kata Suster Angela dengan wajah serius. Ia kemudian mengangkat bayi yang ada di dalam keranjang itu dan membungkusnya dengan celemeknya. Ia lalu berdiri dan membawa bayi tersebut ke dalam kamarnya, sementara Pastur Pietra beranjak ke tempat cuci untuk mengambil kain bersih.
Setelah satu jam dirawat oleh Suster Angela, suhu tubuh bayi tersebut mulai kembali. Suster Angela yang melihatnya segera bernafas lega, dan memanggil Pastur Pietra untuk melihat bayi tersebut. Sang Pastur lalu masuk untuk melihat bayi tersebut.
“Keadaannya sudah mulai membaik, tapi kalau tidak terus kita rawat, ada kemungkinan ia akan sakit lalu meninggal,” bisik Suster Angela pada Pastur Pietra. Matanya yang berwarna biru cemerlang menatap bayi itu dengan tatapan iba. Ia tidak menyangka ada orang tua yang tega membuang anaknya sendiri di tengah musim dingin.
“Kurasa tidak masalah. Biar dia kita rawat di sini. Semua kehidupan yang Tuhan ciptakan pasti memiliki makna, begitu juga bayi ini. Kalau orang tuanya tidak mau memberinya kesempatan untuk memberikan makna dalam hidupnya, biar kita yang memberi kesempatan itu,” kata Pastur Pietra.
“Lalu,” sahut Suster Angela, “kita harus memanggilnya dengan nama apa?”
Pastur Pietra mengerenyitkan alisnya. Ia lalu mendekati bayi tersebut untuk melihat keadaannya. Ia melihat bagaimana kulit sang bayi tampak begitu pucat, dan bagaimana seluruh rambut sang bayi berwarna putih bersih.
“Kurasa… Sesuai dengan warna hari ini, dan warna yang dibawanya dari lahir, kurasa aku akan menamainya… Bianca. Atau lengkapnya… Bianca Corda. Biar dia memakai nama keluargaku. Biar aku menjadi ayah baginya, supaya nanti ia bisa melayani Gereja seperti aku sekarang,” kata Pastur Pietra sambil tersenyum lebar, penuh kepuasan. Suster Angela hanya bisa tersenyum tipis melihatnya.
“Anda terlalu percaya diri, Bapa…” komentar Suster Angela, setengah tertawa.
[END OF CHAPTER 2] | |
| | | Abisak Avedisian
Posts : 77 Pemilik : Chief Poin RP : 20
Biodata Posisi: Section Staff Cabang: Eropa Umur: 25
| Subject: Re: [IN-PROGRESS] Angelo Cacciato 21st August 2009, 16:42 | |
| Whew, jahat sekali ibunya... Ya, tetapi saya jadi teringat dengan skenario Hunchback of Notre-Dame yang bahkan lebih parah. Biasanya yang aneh-aneh langsung diasosiasikan dengan setan dkk. sih Tapi itu perilaku yang realistis bagi orang jaman dulu yang berpikiran sempit dan tidak terlalu berpendidikan. Chapter-chapternya pendek (bagus juga sih, dari pada satu paket besar macam Imbroglio...), jadi pacing ceritanya nggak terlalu cepat juga ya :p Yaa, tidak sabar membaca bagian Bianca-nya sudah mencapai masa anak-anak~ | |
| | | Lim Jeong Hu
Posts : 172 Pemilik : Cairy Poin RP : 100
Biodata Posisi: General Cabang: Asia Umur: 33 tahun
| Subject: Re: [IN-PROGRESS] Angelo Cacciato 21st August 2009, 22:54 | |
| Ah... pendek niat, tapi tetep ingin komentar xD xD
Bianca... ternyata hidupnya lebih kejam daripada anakku yang ditinggal bapaknya (lirik Shu), oh Bianca itu artinya putih pucat ya ' 'a (baru tau lol)...
sama seperti komentar di atas, ingin lihat Bianca saat anak-anak xD | |
| | | Shreizag E. Halverson Vatican Central
Posts : 580 Umur : 32 Pemilik : S.E.H. Poin RP : 20
Biodata Posisi: General Cabang: Eropa Umur: 29
| Subject: Re: [IN-PROGRESS] Angelo Cacciato 23rd August 2009, 00:05 | |
| Chapter-chapternya yang pendek dan gaya penceritaannya yang sederhana menarik... Terutama, jadi bisa langsung melihat inti cerita dari setiap chapter Kasihan sekali Bianca... Ayo, lanjutkan~ Ingin baca lanjutannya~ | |
| | | Líadan Ní Súilleabháin
Posts : 145 Pemilik : Agito Poin RP : 20
Biodata Posisi: Disciple Cabang: Eropa Umur: 19
| Subject: Re: [IN-PROGRESS] Angelo Cacciato 25th August 2009, 20:18 | |
| Note : Atas rekues dari member2 di atas saya, inilah cerita pas Bianca umur 3 *mulai dari sinilah Bianca memupuk Endurance nya hingga jadi macho seperti sekarang* btw setelah ini kayaknya bakalan seret... saya rada pusing nulis gimana Bianca akhirnya jadi buta... Chapter 3 Ed È Diventato Umano…dan menjadi manusia…“Bianca! Ayo sini, bantu aku membersihkan piala!” panggil Pastur Pietra dari dalam ruang penyimpanan peralatan misa. Di salah satu meja, banyak piala dideretkannya. Ia juga meletakkan sebuah kersi kecil di samping meja untuk Bianca, agar ia bisa meraih piala yang diletakkannya di meja itu. “Ya, Bapa!” sahut Bianca dengan penuh semangat. Tak lama, seorang anak lelaki dengan kulit pucat, rambut putih, dan mata merah muncul dari balik pintu. Tanpa banyak bicara, ia segera memanjat kursi kecil yang diletakkan Pastur Pietra dan meraih sebuah lap yang sudah disediakannya pula. Keduanya lalu mulai mengelap piala satu per satu. Meski pekerjaan tersebut begitu membosankan, Bianca tampak riang melakukannya. “Hei, Bianca, apakah kamu tidak merasa jenuh membantuku dengan urusan Gereja, padahal kamu baru berumur 3 tahun?” tanya Pastur Pietra sambil melirik ke arah Bianca, yang masih mengelap piala dengan semangat sambil senyum-senyum sendiri. “Bapa nggak boleh meragukan imanku begitu, loh. Bukankah Bapa sendiri yang bilang aku ada untuk Gereja?” balas Bianca sambil tersenyum lebar. Pastur Pietra tersenyum tipis menatap anak didiknya itu. Belum pernah ia melihat ada anak seumurnya yang begitu taat beragama, apalagi rela disuruh-suruh melakukan urusan Gereja, entah sekecil apapun. “Ngomong-ngomong, nanti siang kamu ada acara apa?” tanya Pastur Pietra. Bianca tersenyum semakin lebar. “Mengunjungi Kak Gesso! Soalnya Kak Gesso sudah janji padaku dan teman-teman yang lain mau memberi kami jus anggur dari anggur yang ditanam di perkebunan keluarganya,” jawab Bianca riang. Kali ini, Pastur Pietra terdiam total mendengar jawaban Bianca. Ia lalu menepuk bahu Bianca agak keras, sampai anak itu menengok ke arah sang Pastur. “Bianca Corda, kamu tahu apa sebenarnya ‘jus anggur’ itu?” tanya Pastur Pietra serius. “Tahu, kok. Maksudnya wine, ‘kan? Yang biasa Bapa minum saat Ekaristi?” balas Bianca polos, namun tegas. Pastur Pietra mendekatkan wajahnya ke wajah Bianca, lalu menurunkan suaranya. “Kamu mengerti ‘kan kalau wine itu bukan minuman anak-anak?” tanya Pastur Pietra lagi. “Bapa…” sahut Bianca, “nanti kumintakan sebotol kecil untuk dibawa pulang. Dan tenang saja, aku akan menolak bagianku demi sebotol itu.” Pastur Pietra tersenyum senang, seperti anak kecil yang baru saja diberi hadiah. “Ehem!!” Suster Angela mendadak muncul dari balik pintu, dengan wajah agak marah. “Bapa, berapa kali saya harus mengingatkan Anda untuk tidak mengajarkan anak kecil hal-hal yang tidak perlu dipelajarinya?” kata Suster Angela dengan wajah super serius. Pastur Pietra hanya bisa meringis. “Nah, Bianca, daripada kamu menghabiskan waktumu percuma di sini dengan Bapa yang pastinya mengajakmu bicara yang aneh-aneh, lebih baik kamu ikut aku berbelanja, bagaimana?” tanya Suster Angela sambil tersenyum cerah, yang entah bagaimana dilihat Pastur Pietra sebagai sesuatu yang mengerikan. “Baik, Suster!” jawab Bianca sambil melipat kembali lapnya, lalu langsung turun dari kursinya dan berlari menghampiri Suster Angela. “Sampai nanti siang, Bapa!” katanya sambil melambaikan tangannya dengan penuh semangat. “Hei, hei, Angela… Nggak bisa begitu, dong. Bianca sudah bilang mau membantuku mengelap piala pagi ini!” kata Pastur Pietra sambil menghampiri Suster Angela. “Tidak bisa, Bapa. Setiap pagi Bianca sudah pasti pergi belanja denganku!” balas Suster Angela galak, sambil melipat kedua tangannya di depan dada, tanda ia pastinya tidak mau mengalah. Pastur Pietra merapatkan bibirnya, lalu ganti menatap ke arah Bianca. “Bianca, kamu sendiri maunya bagaimana? Membantu Suster Angela belanja atau membantuku mengelap piala?” tanya Pastur Pietra. Bianca menatap Pastur Pietra, lalu Suster Angela, lalu Pastur Pietra lagi. “Belanja pagi bersama Suster Angela, soalnya menurut tata krama, kita harus mendahulukan perempuan,” jawab Bianca polos namun tegas. Suster Angela tersenyum puas, sementara Pastur Pietra tampak kalah. “Sampai nanti siang, Bapa!” salam Suster Angela dan Bianca hampir bersamaan, lalu keduanya segera keluar dari ruangan tersebut. Pastur Pietra hanya bisa tersenyum tipis menatap keduanya pergi, lalu kembali meneruskan pekerjaannya. [END OF CHAPTER 3] | |
| | | Shreizag E. Halverson Vatican Central
Posts : 580 Umur : 32 Pemilik : S.E.H. Poin RP : 20
Biodata Posisi: General Cabang: Eropa Umur: 29
| Subject: Re: [IN-PROGRESS] Angelo Cacciato 25th August 2009, 20:43 | |
| Wah, Bianca kecil polos sekali... Pasti imut-imut ya Ceritanya lucu, Pastur Pietra pasti keki karena kalah dari Suster Angela xD Sama seperti sebelumnya, gaya penceritannya sederhana, jadi mudah dimengerti Saya menunggu chapter dengan point of view-nya Bianca~ Ayo, lebih diperpanjang lagi! | |
| | | Benjamin Baptiste
Posts : 102 Umur : 31 Pemilik : Woof
Biodata Posisi: Exorcist Cabang: Eropa Umur: 17
| Subject: Re: [IN-PROGRESS] Angelo Cacciato 30th September 2009, 19:05 | |
| Lha, kocak banget ngeliat jawaban Bianca. Udah baca dari atas. Bagus, koq, and kenapa bisa buta? kena LCA aja *digetok* anyway, daftar penunggu (serem amat?) thread ini bertambah satu sama saya | |
| | | Sponsored content
| Subject: Re: [IN-PROGRESS] Angelo Cacciato | |
| |
| | | | [IN-PROGRESS] Angelo Cacciato | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | You cannot reply to topics in this forum
| |
| |
|
|