[CENTRAL] Lunch Hour

Shrei melangkah ke depan sekali lagi, tinggal 3 orang sampai gilirannya tiba. Rasanya, mengantri siang ini terasa lebih lama dari biasanya... Ah, itu pasti karena kejadian-kejadian tidak biasa yang terus menerus terjadi siang ini.

"Tumben kau keluar dari kamarmu. Kurasa urusannya bersangkutan dengan perutmu juga, Shrei? Atau jangan-jangan kau mendengar lolongan minta tolongku dari kafeteria ini?"

Akhirnya setelah sekian lama, ada yang mengajaknya bicara juga. "... Karena alasan yang pertama, Giraile. Walaupun sebenarnya aku lebih suka makan siang di kamarku sendiri." jawabnya datar, tidak terlihat antusias dengan pertanyaan yang diberikan Giraile. Daripada itu, ia teringat akan pertanyaannya sendiri yang belum dijawab oleh General wanita yang bersangkutan. "Daripada itu, jam berapa kau akan ke kamar Michelli nanti?" Tentu, ia harus bersiap-siap kan?

"Daripada itu, jam berapa kau akan ke kamar Michelli nanti?"

General wanita itu menoleh ke belakangnya. Giraile menggaruk-garuk kepalanya dengan sangat tidak lady-like, sebelum ia mendengar ucapan Shrei. "Erggg, entah. Aku akan datang ketika aku ingin datang saja. Bukankah biasanya juga begitu?" Giraile memberikan jawabannya. Ia tidak suka menetapkan waktu pasti untuk suatu pertemuan... berhubung dirinya sendiri malas menurutinya.

Ia kembali melihat ke depan; betapa bahagianya dirinya ketika melihat tidak ada yang membatasinya lagi dengan apa yang diinginkannya dari entah berapa menit yang lalu; makanan! Tanpa sungkan-sungkan dan penuh antusiasme, Giraile yang sudah mengambil baki makanan meminta tiap makanan yang ada di menu istimewa hari ini.

"Ah... untuk jaga-jaga, tolong ambilkan dua potong roti itu, dengan sedikit mentega," tambahnya kepada staf yang melayaninya. "Dan satu gelas air." Yang jelas, ia tidak akan ingin mengantri lagi apabila kondisi antrian akan kembali ke semula seandainya perutnya meminta asupan makanan tambahan.

Puas dengan timbunan makanan yang ada di bakinya, General wanita dengan perut yang mampu menampung semua itu menyahut pada Shreizag, "Aku akan duduk bersama Michelli. Terserah kau mau kembali ke kamarmu atau ikut kami." Dengan itu, bersama baki yang diangkutnya dengan satu tangan, Giraile menuju meja di mana Ingressa menanti sendirian.

Ah... untuk jaga-jaga, tolong ambilkan dua potong roti itu, dengan sedikit mentega. Dan satu gelas air.

Ressa hanya tersenyum tipis mendengar pesanan Giraile. Tukang makan! Lagi-lagi itu terpikir olehnya. Sudah tukang makan, tukang minum pula. Tapi Ressa memilih untuk tidak bersuara. Ia tidak mau membuat masalah. Bagaimanapun juga, ia butuh teman minum nanti malam, terutama setelah urusannya dengan Shrei selesai.


Aku akan duduk bersama Michelli. Terserah kau mau kembali ke kamarmu atau ikut kami.

Senyum bahagia menghiasi wajah Ressa. Ahkirnya, ada teman juga. Dengan antusias ia menunjuk sebuah bangku kosong di mejanya.

"Grazie. Kau menyelamatkanku dari kebosanan," katanya pada Giraile yang tengah menuju mejanya.

Ravel, entah mengapa, kehilangan nafsu makannya.

Tolong jangan salahkan dirinya. Kalau saja ia tidak mendengar pembicaraan ekstensif mengenai brandi--ah, ada juga pula yang menyinggung vodka--mungkin ia masih memiliki nafsu makannya. Namun, mendengar pembicaraan tersebut (beserta potensi kesemrawutan yang mungkin akan tercipta dalam beberapa menit, namun sempat padam beberapa kali), Ravel Kohler positif kalau ia tidak merasa lapar lagi.

...

Baiklah, ia berbohong. Perutnya kembali berbunyi. Sepertinya menonton mereka semua yang tengan bercakap-cakap, hampir dibantai, ataupun mereka yang mengharapkan pembantaian untuk terjadi tidak bisa membuatnya kenyang.

Sepiring nasi goreng dari negri tenggara mungkin akan terasa enak. Namun pie juga sudah cukup memuaskan.

Tangannya pun segera mengambil satu loyang pie (tidak setengah, tidak seperempat) dengan ukuran besar. Minum? sejauh yang ia rasakan, belakangan ini ia sudah kebanyakan minum. Jadi... mungkin ia akan mengambil minum lain kali. Mengisi perut untuk saat ini adalah prioritas utama. No speial order for now, then.

Matanya pun mencari tempat duduk kosong yang ada di kafetaria. Alisnya terangkat--bukan karena tidak melihat adanya tempat kosong, namun karena bingung dimana sebaiknya ia duduk.

"Bianca, terima kasih untuk yang tadi. Kapan-kapan, akan kutraktir kau makan di kota!"

"Daripada kamu traktir aku nanti-nanti, Roman, lebih baik kamu traktir aku sekarang, kan?" balas Bianca sambil tersenyum usil.

"Tapi daripada itu, kita harus memikirkan bagaimana caranya kita bisa mendapatkan vodka yang enak. Aku sama sekali nggak tahu apa-apa soal vodka! Kalau wine sih, di kamarku ada 1 yang sudah lumayan matang. Usianya sekitar 40 tahun, 10 tahun lagi sudah bisa diminum atau dijual dengan harga maksimal," cerocos Bianca. Memang, kalau membicarakan tentang wine, terkadang ia tidak bisa berhenti.

Ia dapat merasakan barisan maju, dan mendengar pesanan Giraile yang nggak nanggung-nanggung. Baru saja ia berpikir apakah semua General makannya banyak atau hanya Giraile yang begitu, barisan kembali maju, dan ia bisa mendengar seseorang yang suaranya dikenalinya sebagai General Ravel Kohler memesan pie 1 loyang. Dengan cepat dan sembarangan, ia memutuskan bahwa semua General memang makannya banyak.

Ah iya... mau pesan apa ya? Mungkin nanti kutanyakan dulu special menu hari ini, siapa tahu ada yang kusukai.

"Erggg, entah. Aku akan datang ketika aku ingin datang saja. Bukankah biasanya juga begitu?"

Yaa, Shrei memang sudah mengantisipasi jawaban semacam itu keluar dari mulut Giraile. Dilihat dari sikap seenaknya, tampaknya General wanita itu akan datang di atas jam 10, dan itu berarti Shrei akan datang sebelum itu.

Antrian maju satu langkah lagi, akhirnya tiba giliran untuk Giraile. Dan seperti biasa, porsi makannya jauh lebih banyak daripada wanita pada umumnya... Shrei yang lelaki saja sepertinya tidak pernah makan sebanyak itu.

"Aku akan duduk bersama Michelli. Terserah kau mau kembali ke kamarmu atau ikut kami."

Shrei hanya memandang Giraile ketika wanita Armenia bilang begitu padanya, ia tidak berniat menjawab. Bisa dipastikan, Shrei akan kembali ke kamarnya untuk menikmati makan siangnya dengan tenang, tanpa harus berhadapan dengan resiko terjadi keributan lagi.

Antrian maju satu langkah lagi, kini tiba giliran Shrei. General Kohler, orang yang tadi di depannya sudah keluar dari antrian sambil membawa satu loyang besar pai apel. Ah, pasti ia sedang merasa sangat lapar hingga sanggup menghabiskannya sendirian. Tidak membuang waktu, Shrei juga langsung mengatakan pesanannya, "Lox dengan bagel satu, air putih dan secangkir teh darjeeling." titahnya singkat. Pesanannya pun disajikan, pria berambut putih itu menggumamkan 'terima kasih' sebelum keluar dari antrian.

Ia tidak mencari tempat duduk seperti orang lain kebanyakan, melainkan langsung menuju kamarnya. Ketika melewati meja di mana Ressa dan Giraile berada, ia berkata pelan, "Aku duluan." 'pamit'nya sambil terus melangkah.

"Daripada kamu traktir aku nanti-nanti, Roman, lebih baik kamu traktir aku sekarang, kan?"

"Hahaha! Bisa saja ya kamu, yaa, kalau kantin ini pakai sistem langsung bayar juga sudah kutraktir dari dulu kan?" sahut Roman sambil nyengir lebar. Memang kantin Black Order tidak mewajibkan para pelanggannya untuk membayar, karena seluruh akomodasi anggota Black Order telah dibiayai.

"Tapi daripada itu, kita harus memikirkan bagaimana caranya kita bisa mendapatkan vodka yang enak. Aku sama sekali nggak tahu apa-apa soal vodka! Kalau wine sih, di kamarku ada 1 yang sudah lumayan matang. Usianya sekitar 40 tahun, 10 tahun lagi sudah bisa diminum atau dijual dengan harga maksimal,"

Roman manggut-manggut saja mendengar penjelasan Bianca, anak ini memang tahu banyak soal wine. Walaupun orang Rusia, Roman tidak begitu suka minum Vodka atau minuman beralkohol... Ia lebih suka minum sbiten atau kisel. Atau yang lebih mantap, teh yang disajikan langsung dari samovar-nya! Mhhm.

"Aku sih lumayan tahu soal vodka, tapi Nona Giraile cuma mau brendi. lho? Kita harus cari akal untuk dapat brendi kualitas terbaik~ Apa kutanya saja ya Nona Giraile suka merk brendi apa? Mungkin kita bisa tambahkan vodka dan wine sebagai bonus! Dia pasti senang~" jawabnya tak kalah antusias. Namun perkara 'menanyakan pada Giraile' sepertinya tidak menjadi opsi yang pas untuk Roman. Bagaimanapun, ia takut akan berbuat salah lagi.

Pria asal Novgorod inipun mendapat ide, "Ah! Bagaimana kalau besok kita ke kota untuk mencarinya, sekalian kutraktir kau makan! Besok kamu tidak ada tugas kan?" ajaknya bersemangat. Ini kesempatan yang cukup langka, dapat berjalan-jalan di kota dengan tujuan yang jelas : mencari brendi berkualitas tinggi.

Ketika barisan maju lagi, ia sadar bahwa General Halverson telah keluar dari antrian,
"Ah, Bianca, giliranmu tuh!" ujarnya memberitahu kawannya tersebut.

---

Ah, saya jadi ada ide untuk membuat RP dengan tema shopping Bianca & Roman~ xD

@ Roman: Actually, that kind of RP would be a great idea

---

Ia tidak mencari tempat duduk seperti orang lain kebanyakan, melainkan langsung menuju kamarnya. Ketika melewati meja di mana Ressa dan Giraile berada, ia berkata pelan, "Aku duluan." 'pamit'nya sambil terus melangkah.

Urat mencuat pada dahi Giraile, yang walaupun telah mendapatkan jawaban ini berkali-kali dari Shreizag, belum siap untuk sepenuhnya menerimanya. Seberapa antisosialkah Shrei ingin merepresentasikan dirinya sebagai?

... Tetapi Giraile tidak bisa menyangkal bahwa alasan utamanya menginginkan Shrei tetap berada di kafeteria adalah justru karena lelaki dingin itu tidak ingin berada di sana. Ada suatu bagian besar dari dirinya yang entah mengapa ingin melakukan kebalikan dari hal yang seharusnya dilakukannya. Ia menggelengkan kepala dalam hati; apapun alasannya, yang penting ia melakukan apa yang membuatnya lebih senang, bukankah benar?

"Tunggu dulu, General," ujar Giraile, yang bangkit dari tempat duduknya di sebelah Ingressa. Mendekat, ia melingkarkan lengannya pada lengan kiri Shrei, yang sudah siap meninggalkan kafeteria Black Order. "Kau tidak benar-benar berpikir untuk meninggalkan dua wanita seperti kami tanpa pendamping lelaki, kan, Shrei?" Ia pun mengapit lengan lelaki berambut putih itu dengan lebih erat, seiring dengan bertambah 'manis' suaranya.

"Tepatnya, jangan pun berpikir tentang melakukan itu. Baik?"

Siang itu Nathanael tidak memiliki banyak pekerjaan. Sejak pukul 4 pagi, ia hanya berdiam diri di kamarnya dan membuka-buka kembali jurnal lamanya, dan menyalinnya kembali ke jurnal besar miliknya. Jurnal besar itu berisi isi dari jurnal-jurnal lama Nathanael yang sudah penuh atau dirasa penting sehingga harus dicatat kembali.

Setelah hampir 9 jam hanya duduk dan terus menggoreskan pena, rasa lapar tidak dapat dihindari lagi. Perut Nathanael mulai terasa seperti terbakar di dalam. Karena itu ia beranjak dari kamarnya untuk mengisi perutnya yang menyiksa.

Ketika masuk ke dalam ruang makan, Nathanael terlihat bagaikan sebuah ranting kayu berjalan yang siap rubuh kapan saja. Matanya yang sayup hanya tertuju kepada nampan yang hendak ia ambil.

*Drap,, drap,, drap,, drap,,*
Langkah ringan Nathanael terdengar sayup diantara bisingnya suara yang ada di kantin dan berhenti setelah 7 langkah. Nathanael merenggut sebuah namppan yang ada di depannya dan memalingkan wajahnya ke arah barisan dan sedikit termenung.

"Ork!!" uik Odeus sambil melompat ke atas nampan dari dalam baju Nathanael.

"Sabar ya sayangku, aku juga belum makan sejak pagi.." ucap Nathanael sambil mendekatkan wajahnya kepada Odeus dan mengelusnya.

Nathanael pun mendekat ke arah barisan, namun di tengah langkahnya, ada suatu hal yang menarik perhatiannya.

"........"
Nathanael terdiam sambil menatap sepasang lelaki dan perempuan yang sedang bergandengan siku.
"....Wah aku tidak tahu ternyata jendral kita mempunyai suatu hubungan istimewa?" celoteh Nathanael dengan wajah polos dan tersenyum tipis, tanpa mengetahui cerita sebelum ia tiba di kafetaria.

@ Giraile : I'll think of that~

---

Baru saja ketika ia hendak meninggalkan kantin, suara sang General wanita mencegahnya untuk pergi lebih jauh.

"Tunggu dulu, General,"

Shreizag menolehkan kepalanya. Ia melihat Giraile yang telah beranjak dari tempat duduknya, dan kemudian mendekatinya. Tanpa aba-aba apapun, General berkebangsaan Armenia itu melingkarkan lengannya pada lengan kirinya, membuat posisi mereka cukup 'berdekatan'.

"Kau tidak benar-benar berpikir untuk meninggalkan dua wanita seperti kami tanpa pendamping lelaki, kan, Shrei? Tepatnya, jangan pun berpikir tentang melakukan itu. Baik?"

"......" Baru saja Shrei berpikir tentang menghindari resiko terjadinya keributan, sudah terjadi kejadian seperti ini. Apa sih yang sebenarnya Giraile inginkan? Bukankah dia saja, misalnya, lebih dari cukup untuk mendampingi bahkan melindungi Michelli? Mengingat Giraile sendiri punya kekuatan di atas rata-rata wanita normal. Lantas, buat apa dirinya berada di sini lagi? Yang notabene memilih diam seribu bahasa tanpa banyak melakukan tindakan yang berarti. Atau lebih tepatnya, 'berpengaruh'.

"....Wah aku tidak tahu ternyata jendral kita mempunyai suatu hubungan istimewa?"

Shrei segera melirik tajam pada orang yang mengeluarkan kalimat tadi, seorang Finder. Bila ia digosipkan dengan Michelli itu sudah biasa, tapi dengan Giraile? .....

Tidak berniat menjawab pertanyaan tak berdasar dari sang Finder, Shrei melepaskan lengannya dari lengan Giraile perlahan, lalu maju dan menaruh nampannya di atas meja Michelli. "Seperti permintaanmu, Giraile." katanya pada akhirnya singkat.

Quote :

Tidak berniat menjawab pertanyaan tak berdasar dari sang Finder, Shrei melepaskan lengannya dari lengan Giraile perlahan, lalu maju dan menaruh nampannya di atas meja Michelli.

Penasaran dicampur dengan perasaan takut dimarahi, senyum Nathanael berubah menjadi tawa tipis. Nathanael juga merasa sedikit bersalah karena sudah membuat atmosfir yang tidak enak.

"Ah betapa bodohnya saya, mohon maaf tuan Shrei. Sebagai permohonan maaf apakah bisa saya ambilkan sesuatu untuk tuan?? tawar Nathanael sambil menaruh kembali Odeus kembali ke dalam bajunya.

@ Nathanael: Hore, daging segar dalam RP... *ditendang*

---

"....Wah aku tidak tahu ternyata jendral kita mempunyai suatu hubungan istimewa?" celoteh Nathanael dengan wajah polos dan tersenyum tipis, tanpa mengetahui cerita sebelum ia tiba di kafetaria.

Tidak berniat menjawab pertanyaan tak berdasar dari sang Finder, Shrei melepaskan lengannya dari lengan Giraile perlahan, lalu maju dan menaruh nampannya di atas meja Michelli. "Seperti permintaanmu, Giraile." katanya pada akhirnya singkat.

Giraile yang baru menyadari bahwa selain mengintimidasi orang yang bersangkutan (Shrei), tindakannya melingkarkan lengannya juga bisa disalahpahami pihak luar, memisahkan lengannya dari milik rekan Generalnya, bertepatan dengan saat Shrei sendiri melakukannya. Dan ia sama sekali tidak sungkan menjawab pertanyaan yang dinilai Shrei sebagai tidak berdasar itu.

"Apa?! Դզեվերետ կե կետրեմ, րագատկով գելխեետ կե կերակեմ!!!" tanpa inhibisi, Giraile melontarkan salah satu ancaman terbaiknya... yang sayangnya (atau justru beruntungnya), tidak akan dimengerti siapapun. Dan mungkin memang lebih baik seperti itu saja, mengingat hal macam apa saja yang bisa keluar dari mulut General yang satu ini. "Ha! Hari di mana aku menjalin hubungan dengan androgyne ini adalah hari aku berhenti meminum brandi!"

"Ah betapa bodohnya saya, mohon maaf tuan Shrei. Sebagai permohonan maaf apakah bisa saya ambilkan sesuatu untuk tuan??"

Giraile tertawa sinis, menyilangkan lengannya. "Daripada itu, aku menginginkan babi panggang saat ini." Ia menatap binatang peliharaan sang Finder dengan tatapan layaknya pemangsa, sekedar untuk menakut-nakuti babi kecil itu. Ya, sebenarnya ia juga tidak terlalu menyukai babi sebagai santapan ataupun peliharaan, jadi ia harap Nathanael tidak akan menganggap serius ucapan main-mainnya.

"Apa?! Դզեվերետ կե կետրեմ, րագատկով գելխեետ կե կերակեմ!!!"

Nah benar kan. Dengan pemahaman bahasa Armenia yang minimal, Shrei hanya bisa menyimpulkan kalau Giraile baru saja mengatakan sesuatu yang sangat... kasar.

"Ha! Hari di mana aku menjalin hubungan dengan androgyne ini adalah hari aku berhenti meminum brandi!"

Tepat sekali. Dan hari di mana Shrei menjalin hubungan dengan General wanita barbar itu adalah hari di mana Masternya dihidupkan kembali. Dengan kata lain; tidak mungkin.

"Ah betapa bodohnya saya, mohon maaf tuan Shrei. Sebagai permohonan maaf apakah bisa saya ambilkan sesuatu untuk tuan??"

"Tidak perlu, terima kasih." jawabnya pelan. Namun tampaknya jawaban darinya ini kurang terdengar, pasalnya rekan General-nya ikut menyerobot pembicaraan, seperti apa yang sudah diduganya.

"Daripada itu, aku menginginkan babi panggang saat ini."

Shreizag menghela nafas. Candaanmu sedikit keterlaluan, Giraile... Bagaimana bila Finder itu menganggapnya serius? "Duduklah, Giraile. Atau aku yang keluar." pintanya pada General berkebangsaan Armenia itu. Dilihat dari sikapnya tadi, Giraile tidak akan senang bila ia meninggalkan tempat itu bukan? Lagipula sudah terlanjur; pria berumur 29 tahun ini juga sudah mulai menyantap hidangannya, Lox dengan bagel.

---

@ Nathanael : Mohon terbiasa dengan sikap Shrei yang ti'is dan sikap Giraile yang barbar

Orang di depannya sudah pergi dengan makanannya, jadi sekarang adalah gilirannya. Bianca segera menanyakan apa saja menu spesial hari itu, dan memutuskan untuk memesan lasagna dan custard pie.

"Err... dan teh manis hangat. Yang Earl Grey saja, terima kasih banyak. Semoga Tuhan memberkati Anda."

Bianca lalu mengangkat nampannya, tapi ia lalu bingung mau duduk di mana. Masalahnya, ia tidak tahu tempat mana yang kosong, karena di telinganya semua tempat itu sudah penuh berjejal.

"Roman, aku ikut denganmu saja, ya! Kutunggu," kata Bianca sambil berdiri diam di sebelah counter tersebut.

Giraile mengambil tempat duduk di sebelah Ingressa tanpa mengucapkan sepatah katapun; ia rasa tidak ada gunanya juga berargumen dengan Shreizag terus... terutama ketika perutnya mengerang kelaparan seperti sekarang. Ia mengambil makanan pembuka dari baki yang telah diletakkannya di atas meja; beigel beroleskan krim keju. Dengan lahap, ia menghabiskannya dalam sekejap.

"Ah, akhirnya perutku bisa tenang lagi sekarang..." Ia menghela napas puas, sebelum mulai menekan-nekan jellied eel miliknya dengan campuran rasa penasaran dan jijik. Ia pernah mencoba jellied eel, dan rasanya tidak bisa dibilang buruk, namun penampilannya tetap saja menghilangkan selera.

Ia mengapit satu dengan ibu jari dan telunjuknya, kemudian berbalik menghadap Shrei. "Mau mencoba ini tidak?"

Quote :

Giraile tertawa sinis, menyilangkan lengannya. "Daripada itu, aku menginginkan babi panggang saat ini." Ia menatap binatang peliharaan sang Finder dengan tatapan layaknya pemangsa, sekedar untuk menakut-nakuti babi kecil itu. Ya, sebenarnya ia juga tidak terlalu menyukai babi sebagai santapan ataupun peliharaan, jadi ia harap Nathanael tidak akan menganggap serius ucapan main-mainnya.

Odeus menyelam dari depan baju Nael dan muncul kembali di belakang leher Nael. Odeus mengintip Giraile dengan gemetar dan ketakutan.

"Ahahaha, maaf nona Giraile! Saya memang kurang mengerti dalam masalah seperti itu,, kau tahu lah,, cinta!" ucap Nael sambil tertawa. Ia mengambil Odeus dari belakang lehernya dan meletakannya kembali ke nampan.

Nael melanjutkan perjalanannya yang tertunda tadi. Sampai di depan counter, ia meletakkan nampannya.

"Tolong sepiring spaghetti, segelas air limun, dan sebuah apel,"

Koki yang awalnya hendak meletakkan makanan Nael, si koki menjadi ragu ketika melihat seekor babi duduk di atas nampan dengan wajah yang aneh.

Nathanael mengambil makanan dari tangan koki dan menaruhnya diatas nampannya dan mendekati Bianca.

"Roman, bianca, bisakah saya bergabung dengan kalian? Odeus tidak suka kalau hanya makan berdua"

Tanpa banyak bicara, Giraile menuruti permintaan Shrei. Hal yang wajar bila melihat kondisi perut wanita itu yang memang sangat membutuhkan makanan saat ini. Merekapun mulai menyantap hidangan masing-masing.

"Ahahaha, maaf nona Giraile! Saya memang kurang mengerti dalam masalah seperti itu,, kau tahu lah,, cinta!"

Tampaknya ini kalimat terakhir dari Finder itu untuk mereka. Tunggu, cinta? Jangan-jangan dia masih salah paham? Ayolah, Shrei juga belum mengenal cinta yang seperti itu; yang ia kenal hanyalah cinta dari Masternya, Raquel Erstad, yang sudah seperti ibunya sendiri. Ah, itu bukan topik yang pantas dibicarakan saat ini.

Sementara Giraile makan dengan lahap, Shrei dan Ingressa memakan hidangannya dengan kecepatan... yang biasa saja. Ketika akhirnya muncul tanda-tanda Giraile enggan memakan salah satu dari menunya hari ini, jellied eel, General wanita itupun menyodorkannya pada Shrei.

"Mau mencoba ini tidak?"

Pria bermata biru ini tidak langsung menjawab, bukannya Shrei mau menolak makanan yang ditawarkan Giraile, tapi... Caranya itu membuat Shrei ingin menolak. "..... Tidak, ini sudah cukup." tolaknya dengan pelan, sambil mengatakan itu, ia kembali menyantap Lox dan bagelnya.

"Roman, aku ikut denganmu saja, ya! Kutunggu,"

"Oke! Kamu tunggu sebentar ya di situ," ujar Roman mengiyakan permintaan Bianca. Dengan cepat ia langsung beralih ke counter makanan, "Borscht satu, pelmeni dengan isi daging sapi dua, pirozhki dua, lalu... Eng, es jeruk satu!" pesannya pada juru masak, hampir dipastikan, yang dipesan Roman adalah makanan Rusia semua. "Semuanya ada kan?" tanyanya penasaran, takut permintaannya tak bisa dipenuhi. Juru masak hanya mengangguk, kemudian memintanya menunggu sebentar.

Ketika akhirnya semua pesanannya diterimanya, Roman berkata nyaring, "Spasiba~!" Kemudian ia menghampiri Bianca, sambil mencari-cari meja yang kosong. "Ah! Yang itu kosong! Sini, Bianca," ajaknya sambil menuju meja kosong yang dimaksud Roman, cukup jauh dari meja di mana General Shreizag dan General Giraile berada.

"Roman, bianca, bisakah saya bergabung dengan kalian? Odeus tidak suka kalau hanya makan berdua"

Roman menoleh ke arah suara itu, seorang Finder, sama seperti dirinya. Pria berkebangsaan Rusia ini tersenyum, "Tentu boleh! Ya kan, Bianca?" sambutnya hangat sambil memastikan kesediaan temannya.

Giraile menyengir mendengar tolakan Shrei akan tawarannya. Kemudian, ia langsung memasukkan sepotong hidangan dari belut itu ke dalam mulutnya dan mengunyahnya. Agak sulit untuk melakukannya karena kealotannya, tetapi dalam waktu singkat Giraile sudah menghabiskannya dalam satu telan. "Ah, kau ini! Jangan bilang kau terlalu penakut untuk mencoba makanan baru, Shrei? Tenang, ini tidak mengandung bawang sama sekali, kok."

Dengan itu, ia kembali mencoba dengan cara baru; menyodorkan piring kecil yang menampung beberapa potong makanan yang sama langsung pada Shrei. Ia menutup mulutnya dengan tangan yang tidak memegang piring, dan menatap rekannya dengan menantang. "Khukhu... Kalau tidak, lihat saja apa yang dikatakan seisi Black Order nanti tentang Jenderal Shreizag yang terlalu takut untuk mencoba makanan baru..." Kemudian, Giraile meniru suara ayam, terus menantang Shrei untuk tidak berlagak chicken. "Chicken! Chicken!"

---

[OOT: Maafkan Giraile yang tidak dewasa...]

OOT : Grr, awas ya kamu! =))

---

Cengiran Giraile memberikan perasaan tidak enak pada Shrei; wanita ini pasti merencanakan sesuatu. Kalau tidak, kenapa juga ia nyengir seperti itu? Dengan cepat Giraile menghabiskan satu potong jellied eel yang tadi ditawarkannya padanya, lalu kembali berkata :

"Ah, kau ini! Jangan bilang kau terlalu penakut untuk mencoba makanan baru, Shrei? Tenang, ini tidak mengandung bawang sama sekali, kok."

Shrei mengangkat sebelah alisnya, "takut?" Ia sudah mencoba makanan itu berkali-kali, Shrei adalah pecinta seafood, ingat? Jadi jellied eel bukanlah makanan yang baru untuknya. Lagipula, ia tidak pilih-pilih soal makanan, kecuali untuk yang mengandung bawang bombay, tentunya.

Wanita itu menawarinya sekali lagi, kali ini, dengan cara yang lebih baik. Tapi bila mendengar apa yang dikatakannya setelah itu, rasanya ini sama sekali bukan cara yang baik.

"Khukhu... Kalau tidak, lihat saja apa yang dikatakan seisi Black Order nanti tentang Jenderal Shreizag yang terlalu takut untuk mencoba makanan baru... Chicken! Chicken!"

Shrei masih terdiam, namun dengan ekspresi jengkel di wajahnya. Seharusnya tadi ia cepat-cepat pergi ke kamarnya tanpa berpamitan terlebih dahulu. Seharusnya ia sedang di kamarnya yang tenang sekarang, sambil membaca buku tentang kebudayaan orang Asia. Seharusnya ia menghindari masalah, bukan menerimanya dengan sukarela. Walaupun Giraile akan mengejarnya sekalipun, ia bisa memakai Forsterke untuk kabur; atau bila General itu bersikeras, segel saja sekalian. Sungguh merepotkan.

Pria Norwegia ini menghela nafas kecil, lantas mengambil satu potongan jellied eel, dan menghabiskannya dalam waktu yang singkat. Iapun memandang Giraile, mengkonfirmasi bahwa ia tidak takut atau apapun itu yang dipikirkan olehnya. Tatapan matanya seakan berpesan, "Puas sekarang?"

Dengan itu, Shrei kembali memakan makanan yang dipesannya sendiri; sungguh, ia tidak memerlukan tambahan makanan, apalagi bila diberi bonus ancaman atau cemoohan.

---

OOT : Yeah, nggak ngomong lagi... |||oTL

Giraile tersenyum puas; ya, siapa yang tidak akan merasa puas jika seseorang telah menuruti perkataannya? Walau mungkin alasan Shrei menuruti keinginannya bukan karena terprovokasi oleh cemoohannya, melainkan sekedar untuk membuatnya berhenti melakukannya. Apapun itu, Giraile kembali menyantap makanannya dengan ekspresi bahagia.

"Ah ya, Michelli, aku hampir lupa," mulainya, setelah menelan potongan pai cukup besar yang baru saja digigitnya. Giraile meneguk air dari gelasnya. "Brandi macam apa yang kau bicarakan tadi? Jangan bilang bahwa kau benar-benar mendapatkan brandi dari Afrika Selatan?" Wanita itu sendiri menanti kiriman dari cabang di mana dulu ia bekerja, Afrika - Timur Tengah; Hakizi mengatakan melalui telegram bahwa 'Pada GAA: Pesanan akan tiba dalam lima minggu'.

... Dengan pesanan, yang dimaksud sang supervisor cabang adalah enam-botol brandi merek Viceroy, tentunya. Giraile menghela napas, sebelum ia kembali menggigit painya, kali ini memadukannya dengan mashed potato dari piring yang sama.

Ressa yang sejak tadi malas mengomentari aktivitas Giraile dan Shrei menengok setelah dipanggil oleh sang general wanita tersebut.

"Brandi macam apa yang kau bicarakan tadi? Jangan bilang bahwa kau benar-benar mendapatkan brandi dari Afrika Selatan?"

Yah, tentu saja dia tahu Giraile cinta mati pada brandi Afrika Selatan bermerek Viceroy itu. Dia secara rutin memesan brandi tersebut dari Afrika Selatan. Itu bukan brandi murahan, apalagi bila ditambah ongkos kirim dari ujung dunia yang satu ke ujung dunia lainnya di utara --- Markas mereka di Inggris.

"Iya, iya, Giraile. Itu brandi Viceroy kesukaanmu. Ingat beberapa bulan yang lalu aku ikut memesan brandi bersamamu? Aku masih punya satu botol lagi, sengaja kusisakan kalau-kalau kesempatan seperti ini datang," kata Ressa pelan, sambil menelan kembali makanannya. "General Halverson juga boleh ikut minum kalau mau. Toh kalau satu botol brandy tidak cukup, aku masih punya red wine."

Ressa kembali menatap makanannya. Hmm, kalau mereka datang ke kamarku malam ini, sepertiya akan ada hal menarik untuk dilakukan..

OMG Char saya kemana sejak tadi, tidur sambil duduk *disambit*
-------------------------------------------------------------------------------

"Nyaaang~!!"

Dari kerumunan para orang tua yang sedang asik mengobrol mengenai brandi, tiba-tiba anak ini kembali bersuara setelah meregangkan kedua tangan dan kakinya. Oh ya lagi-lagi seperti itu, jika kesadarannya diambil oleh si kembar kakak maka ia pasti akan tidur di manapun ia berada.

Nikolai terbangun dari tidurnya, setelah menghabiskan... berapa banyak tadi ia makan desert itu? Dan melirik sekitarnya, biasanya sih akan mencari sosok general berambut putih yang sudah seperti ayahnya (?). Oh ya ampun! Kenapa Shrei membiarkannya sendirian di antara tumpukan para finder jahil yang terpesona dengan keimutan dirinya hoek...

"Shreiriiiin~!! Kenapa kau meninggalkanku di sana dan malah asik pacaran dengan kedua wanita ini?" buru-buru menempel kembali pada generalnya begitu sadar ia sedang dikelilingi orang asing.

Ia lalu memerhatikan kedua wanita itu, oh ya Giraile yang tadi berdebat dengannya dan Ressa, keduanya atau ketiganya sedang asik berbicara soal brandi. Tertarik? Nikolai kemudian berbisik pada Shrei, "Malam ini mau bergosip dengan para ibu-ibu sambil minum sesuatu yang memabukan ya?" hanya pertanyaan jahil. "Waaah aku tidak pernah menyangka kalau Shreisei yang baik hati dan pendiam ini bisa ganas juga pada wanita~!" kali ini ia berbicara dengan suara agak keras.

Sejujurnya anak ini hanya sedang berusaha menarik perhatian dari generalnya yang sedang tadi terlihat asik sendiri.

Shreizag tidak ikut-ikutan berkomentar ketika Giraile dan Ressa berdiskusi soal brendi, dan ia hanya mengangguk ketika Ressa menawarinya red wine. Yang ia inginkan sekarang hanya menghabiskan makanannya dan cepat kembali ke kamar lalu beristirahat.

Ia perlu tenaga ekstra untuk nanti malam. Make-up artist itu bukan pekerjaan yang mudah.

Ya... Tapi tampaknya, lagi-lagi waktu istirahatnya akan diusik oleh keberadaan murid kesayangannya.

"Shreiriiiin~!! Kenapa kau meninggalkanku di sana dan malah asik pacaran dengan kedua wanita ini?"

"......" Oh ya. Apa perlu anak ini disegel lagi supaya diam?

"Malam ini mau bergosip dengan para ibu-ibu sambil minum sesuatu yang memabukan ya? Waaah aku tidak pernah menyangka kalau Shreisei yang baik hati dan pendiam ini bisa ganas juga pada wanita~!"

"... Jangan bicara sembarangan." sambil mengatakan itu, Shreizag menaruh peralatan makannya di atas piring, tanda bahwa ia sudah selesai. "Aku hanya mau membantu Nona Michelli soal make-up." sambil membereskan piringnya, iapun berdiri. "Ayo, Timcanpi," titahnya pada golem perak kesayangannya yang sedari tadi asik mengunyah sosis goreng untuk kembali bertengger di atas pundaknya.

Setelah golem perak itu kembali bertengger di tempat favoritnya, General berambut putih inipun mengembalikkan posisi kursi ke semula sebelum berpamitan, "Aku duluan. Nanti malam aku akan datang, Nona Michelli." ia mengangguk pada kedua rekannya itu, kemudian berbalik dan memandang Nikolai dengan tatapan 'Mau ikut atau masih mau di sini?'

Sebelum menerima respon lebih lanjut dari muridnya itu, Shrei melangkah keluar dari kafetaria.

Seorang pria (sepertinya. Suaranya sih pria...) meminta untuk duduk bersama dengan Bianca dan Roman. Bianca sebenarnya tidak begitu suka duduk dengan orang asing, tapi mendengar bahwa Roman membolehkan pria itu duduk bersama mereka, Bianca langsung merasa oke-oke saja.

"Baik, silahkan. Ngomong-ngomong, Anda siapa ya? Agak sulit mengenali suara Anda," sahut Bianca.

"Oh ya, Roman... kamu yang pimpin jalan, ya. Aku tidak bisa menebak di mana ada meja kosong..." kata Bianca lagi dengan nada pasrah.